Sibuknya jadi Peserta PPG

 LAPORAN UTAMA

Aktivitas PPG begitu padat. Bagi peserta PPG Dalam Jabatan, tantangan itu ditambah status mereka yang telah berusia lebih tua dan telah berkeluarga. Menyiasati waktu untuk belajar dan bersosialisasi, penting agar kehidupan tetap seimbang

Jam enam pagi buta di hari Senin, Tri Sartika Mandasari yang mengontrak di daerah Sorowajan Baru Banguntapan, harus sudah memesan taksi online. Nantinya, ia bersama lima orang teman lainnya sesama peserta PPG Dalam Jabatan yang kebetulan satu kontrakan, akan berangkat ke Komplek FBS UNY di Karangmalang.

Disitulah kesibukannya dimulai. Belajar mulai dari jam tujuh pagi hingga setengah enam sore, pulang, lalu menghabiskan malam untuk mengerjakan tugas yang dikumpulkan keesokan harinya. Padatnya rutinitas tersebut akan dilakoni peserta PPG Dalam Jabatan
mulai dari Senin hingga Sabtu. Bahkan tak jarang, jika diperlukan, hari Minggu akan diselenggarakan kegiatan kuliah.

“Kegiatannya sangat padat. Kami berharap kegiatan itu bisa dibuat lebih fleksibel, jadwal diatur tidak padat. Tapi tetap harus semangat luar biasa kami berikan untuk rangkain PPG,” tukas Tri menyatakan rasa pantang menyerahnya.

Dengan semangat tersebut, peserta PPG diyakininya bisa menyiasati waktu tak hanya untuk kebutuhan sosial dan belajar, tapi juga berlibur serta tetap menjaga hubungan
baik dengan keluarga mereka di rumah guna menyeimbangkan hidup. Karena apa yang para peserta PPG lakukan, adalah sarana meningkatkan profesionalitas dirinya sekaligus mengembangkan dunia pendidikan yang lebih baik bagi bangsa.

Kemauan yang Kuat
Nurhaidah, peserta PPG Dalam Jabatan, menyebutkan bahwa kesibukan tersebut ditambah dengan kondisinya yang memang sedang lahir besar. Sehingga sebelum kegiatan kelas PPG diselenggarakan sekitar bulan Agustus, Nur melahirkan Ahmad Azam, putranya dengan operasi sesar di Yogyakarta.

“Saya beri nama Ahmad Azzam, artinya Kemauan yang Kuat. Artinya dia memang terlahir di suasana dengan kemauan kuat. Sebagai guru yang jauh ke Jogja dan Jawa untuk belajar lagi,” ungkap Nur yang juga mengungkapkan bahwa suami baru bisa menyusulnya ke Yogyakarta satu minggu kemudian untuk tanda tangan persetujuan sesar.

Tantangan membagi waktu juga dialami Yanti Lukman dan Siti Aisah. Mereka berdua membawa anaknya karena baru selesai lahiran dan masih balita. Disitulah menurut Hendro Budiyatmoko, Ketua Kelas A PPG Gurdasus Bahasa Inggris, kelasnya senantiasa berupaya menghadirkan situasi dan lingkungan yang ramah, bersahabat, dan saling tolong menolong agar semuanya bisa memiliki kemauankuat dalam menuntaskan tugas
sebagai pendidik ini. “Semuanya sangat baik dan saling support,” ujar Hendro. Dosen juga disebut Hendro, tak kalah memiliki kemauan yang kuat pula dengan para mahasiswanya. Ditengah jadwal mengajar yang padat, mereka tetap hadir. Bahkan disebutkan oleh Basikin selaku Sekretaris Eksekutif Rektor UNY dan pengajar Bahasa Inggris, ia bersama rekanrekan dosen jika diperlukan kerap mengorbankan jadwal yang lain karena agenda tersebut bertabrakan dengan kelas PPG.

“Malah terkadang dosennya S1 saja, saking sayangnya sama kami, disayang kita. Jadi semangat kita selalu sama kayak anak muda semua, tapi mungkin fisiknya yang nggak kuat,” sebut Hendro sembari terkekeh.

Piknik dan Penyegaran
Untuk menjaga kebugaran fisik dan pikiran tersebut, peserta PPG kerap meluangkan waktu senggang untuk sejenak piknik dan melakukan penyegaran diri. Kelas Hendro misalnya, sempat ke Merapi dan Borobudur dengan menyewa bis bersama-sama. Mereka
juga patungan untuk makan, serta kebutuhan akomodasi yang lain.

Pernah juga sekali dua kali, beberapa peserta kelas mengendarai motor sendiri hingga ke Parangtritis. Robin Juanida sebagai peserta kelas menyebut, suasana Jogja yang awalnya ramai dan mereka takuti sebagai perantau, justru akhirnya kerap dirindukan dan membuat mereka ingin berpetualang di kala senggang.

“Sampai pernah, menerobos jalan satu arah dan tidak bawa SIM atau KTP. Untung tidak dimarahi sama polisi, hanya diberi tilang, tau kita perantau,” kenang seorang rekan kelas Robin sembari terkekeh. Kedepan, mereka berharap bahwa intensitas tinggi program tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi mereka. Jam pelajaran utamanya, jangan dibuat terlalu panjang. Selain itu, akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu seyogyanya benar-benar diliburkan.

Atas masukan tersebut, Prof. Margana selaku Wakil Rektor UNY akan terus mengeksplorasi segala kemungkinan yang bisa dilakukan. Kewajiban 48 SKS bagi peserta PPG Prajabatan, dan 36 SKS bagi peserta PPG Dalam Jabatan, akan disesuaikan dengan kapabilitas kampus. “Program PPG akan terus dikembangkan sesuai dengan kewajiban, kapasitas, dan kebutuhan seluruh stakeholder yang ada,” pungkasnya

Author: 

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Semua tulisan di laman pewaradinamikauny.com, telah diterbitkan di Majalah Pewara Dinamika, Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk membaca versi lengkap dari setiap artikel dengan gambar ilustrasi dan infografis, baca versi (.pdf) majalah yang bisa diakses dan diunduh melalui bilah menu "Download Majalah".

No Responses

Comments are closed.