Inovasi baru hadir di UNY. Jika sebagian besar wastafel harus disentuh atau dioperasikan dengan tangan, wastafel buatan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik UNY ini dioperasikan dengan cara diinjak. Mendukung pemutusan mata rantai penyebaran virus Corona.
WASTAFEL INJAK PORTABEL KARYA MAHASISWA TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNY
Membawa tujuan untuk mempermudah akses cuci tangan bagi masyarakat, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan berinisiatif menciptakan wastafel injak portable. Wastafel ini murah, mudah dibuat, dan meminimalisir kontak sentuhan karena bisa dinyalakan hanya dengan menginjak pedal di bagian bawah wastafel.
“Wastafel ini kolaborasi dan peran aktif Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencaanaan FT dalam ikut menangani Covid-19. Dibuat oleh Muhammad Riza, Didik Setiawan, dan Fauzan Surya Valistya di bawah bimbingan Nur Hidayat, M.Pd.,
Dr. Slamet Widodo, Dr. Nuryadin Raharjo, Dr. Satoto Endang Nayono, S.T., M.Eng., M.Sc. Sedangkan hand sanitizer dibuat Pendidikan Kimia FMIPA. Kami sama-sama berharap dapat berkarya untuk menyediakan akses cuci tangan,” ungkap Riza.
Memutus Corona dengan Cuci Tangan
Ide ini mulanya berangkat dari pengamatan para civitas Teknik Sipil UNY. Mereka menyaksikan berbagai pusat perbelanjaan dan pasar tradisional yang masih ramai dikunjungi banyak orang sehingga berisiko penularan Covid-19. Sehingga tercetuslah ide menyediakan sarana cuci tangan berupa wastafel portabel.
Sama seperti pembuatan baju APD, wastafel dibuat para civitas sejak awal bulan April. Bahan- bahan pembuatan wastafel seperti tong, ember, pipa, dan kran mudah didapatkan di pasaran. Proses perakitannya pun cepat dan mudah. Keunggulan westafel ini yaitu tidak perlu disentuh atau dioperasikan dengan tangan sehingga meminimalisir kemungkinan penyebaran virus.
“Kita tidak perlu menyentuh kran air serta sabun cair secara langsung karena keduanya secara teknis dapat dikendalikan menggunakan kaki dengan diinjak,” terang Nur Hidayat.
Latar belakang pembuatan alat ini karena ditengah kondisi pandemi Corona masih banyak tempat umum yang belum dilengkapi fasilitas cuci tangan seperti pasar- pasar tradisional, padahal tingkat kunjungan masyarakat masih tinggi. Hal ini diperparah dengan sebagian masyarakat yang masih enggan menggunakan fasilitas cuci tangan di tempat umum karena mungkin ragu akan kebersihannya.
Lebih jauh, Nur Hidayat menjelaskan bahwa penggunaan alat ini dengan cukup menginjak pedal seperti pada mobil hingga kran air terbuka dan sabun cair keluar dari botolnya. Wastafel portabel ini menggunakan sabun dan dibilas dengan air mengalir sehingga diharapkan mampu mencegah penularan virus Covid-19 di berbagai pusat keramaian “Selain itu, wastafel ini juga tidak memerlukan aliran listrik dan dapat dipindah-pindah (portable) sesuai kebutuhan, baik outdoor maupun indoor,” imbuh Nur Hidayat.
Alat ini sangat cocok untuk digunakan di berbagai tempat umum, seperti terminal, masjid, pasar, puskesmas, poliklinik, masjid, toko/minimarket, dan sejenisnya.
Dibagikan ke Internal dan Puskesmas Sekitar Kampus
Nur Hidayat menambahkan bahwa pembuatan prototipe menghabiskan waktu 3 hari. “Setelah prototipe jadi, kami hanya membutuhkan waktu 2 hari untuk pembuatan setiap unitnya,” lanjutnya.
Biaya pembuatan tiap unitnya sangat terjangkau (tidak lebih dari 1 juta per unit). Sementara ini, produksi westafel injak ini masih untuk intern UNY dan akan disumbangkan ke puskesmas disekitar kampus.
Harapannya, wastafel tersebut ketika diserahkan ke masyarakat dapat dipindah untuk ditempatkan di lokasi strategis. Selain itu, desain yang mudah juga dapat dicontoh masyarakat agar semakin banyak lagi fasilitas cuci tangan yang tersedia.
“Kami justru berharap alat wastafel portabel ini ditempatkan di tempat strategis, dilihat banyak orang, dan ditiru sehingga makin banyak orang yang bisa mengakses cuci tangan,” pungkas Riza.
No Responses