Mobil Listrik menjadi simbol inovasi. Menristekdikti menitipkan harapan agar UNY menekuni lebih banyak lagi sektor-sektor inovasi yang perlu segera digarap.
Lampu sorot dari panggung dan ujung sound gantung yang telah tergelar di halaman Rektorat UNY, menuju ke satu titik: undak-undakan kecil tempat dipajangnya mobil listrik Garuda UNY.
Jum’at (21/06) malam, masyarakat Indonesia menjadi saksi diresmikannya mahakarya tersebut. Lengkap dengan pose khas jempol yang melambangkan kesuksesan, diperagakan oleh Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir, Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa, dan mahasiswa Fakultas Teknik UNY yang tergabung dalam tim Garuda UNY.
Mobil listrik disebut Nasir menjadi simbol inovasi. Masa depan nampak cerah dengan target keras berupa produsi massal di tahun 2025. Akan tetapi, lampu sorot kesuksesan inovasi tersebut diharapkan Nasir tak hanya berfokus pada mobil listrik. Ada banyak sektor yang harus digarap bangsa ini, dan juga harus digarap oleh UNY. Hal itu tak bisa dinegosiasikan dan ditawar lagi. Demi sukses di era Revolusi Industri keempat.
“Saya titip harapan agar UNY menekuni lebih banyak lagi sektor-sektor inovasi yang perlu segera digarap. Mobil listrik terus dikembangkan, sektor lain harus segera inovasi juga,” pesan Nasir dalam sambutannya di acara tersebut. Sekaligus menyiratkan arahan sang menteri untuk UNY menelurkan inovasi-inovasi secara berkelanjutan.
Inovasi Pendidikan
Inovasi yang dibutuhkan UNY sebut Nasir ada dalam banyak sektor. Mulai dari peningkatan akreditasi, publikasi riset, peningkatan jumlah guru besar, dan nuansa akademik. Walaupun demikian, sektor tersebut sebenarnya tak jauh-jauh dari tugas pendidikan yang memang diemban UNY sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK)
Terkait akreditasi, Nasir menyitir laporan Rektor UNY yang disampaikan sebelum sambutannya. Telah ada 66 program studi yang terakreditasi A, dari 102 program studi yang ada di UNY.
Menurut Nasir, rasio sekitar 50% prodi terakreditasi A sudah bagus sekali. Walaupun demikian, capaian ini belum cukup untuk menjadi LPTK kelas dunia.
“Kerja keras capai prestasi yang setinggi-tingginya. Akreditasi internasional harus dioyak (diperjuangkan),” sebut Nasir.
Dalam peningkatan publikasi riset, UNY disebut Nasir telah mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi. Suatu prestasi yang membuatnya salut atas kerja keras yang dilakukan UNY, karena berdampak pada peningkatan peringkat dan kualitas universitas secara keseluruhan.
Saat ini UNY telah berada di peringkat 450-500 besar Asia, dengan jumlah riset terindeks Scopus sekitar 300-400 buah. Kenaikan tersebut dibilang cukup tinggi karena sebelum Nasir menjabat Menristekdikti, UNY bahkan belum tercatat di peringkat tersebut.
“Tren UNY naik pesat, sama dengan tren nasional. Saat saya awal jadi menteri, Indonesia punya 5.250 publikasi. Sekarang 33.275. Jika dibandingkan dengan Malaysia, 33.625 publikasi, kita kini terpaut sedikit. Ayo UNY bareng-bareng dengan semua PTN menyalip kampus-kampus luar negeri dan berperingkat unggul,” ungkap Nasir.
Terkait dengan peningkatan guru besar, Nasir mengungkapkan UNY telah cukup cepat mencetak guru besar baru. Hampir setiap bulan sebutnya, ada saja undangan pelantikan guru besar baru di UNY hadir di mejanya. Walaupun tidak hadir, ia mengapresiasi pencapaian tersebut dan telah mendelegasikan perwakilan Kemristekdikti untuk menghadiri acara dan memantau terus prestasi UNY.
“Prosesnya sekarang begitu cepat, dan UNY termasuk LPTK yang sudah mature, dewasa, dan mapan dalam memproses guru besar. Ayo para pimpinan dan dekan yang belum, segera guru besar!,” ujar Nasir seraya mengajak para civitas segera melanjutkan studinya setinggi mungkin.
Nuansa Akademik
Inovasi di bidang-bidang tersebut nantinya akan berdampak pada peningkatan kualitas akademik. Mahasiswa yang belajar disini, dapat memperoleh ilmu yang berkualitas dan juga nyaman. Begitupula kehadiran kampus dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan bangsa, sekaligus bermanfaat bagi masyarakat di sekitar lingkungannya.
Untuk semakin meningkatkan kualitas akademik tersebut, Nasir berpesan agar budaya Jawa dan kesejukan Jogja selalu dirawat oleh UNY. Suasana Jogja selama ini telah menjadi nilai tambah tersendiri yang menarik calon mahasiswa penjuru negeri untuk berkuliah di UNY.
Selain itu pendidikan inklusif juga harus terus dikembangkan dengan progresif. UNY disebutnya telah merintis inklusifitas secara baik, karena memiliki 28% mahasiswa yang berasal dari masyarakat golongan pra-sejahtera penerima Beasiswa Bidikmisi, UKT I (500 ribu per semester), dan UKT II (satu juta per semester).
“Kami berkomitmen, UNY ingin dan harus menjadi penjaga gawang kebudayaan sekaligus menjalankan kehidupan berbangsa yang baik. Sejalan dengan langkah Pemerintah merintis Kartu Indonesia Pintar Kuliah, UNY menyatakan siap melaksanakan sebagai bentuk mencerdaskan kehidupan bangsa” sambung Sutrisna menyatakan kesiapan UNY atas arahan inovasi dari Menristekdikti.
No Responses