Melalui kelihaian mengolah karya, kata, dan rasa, Arif Hidayat ditempa di Kawah Kepemimpinan Pelajar helatan Kemdikbud dan ragam kompetisi lainnya. Kecakapan yang sama mengantarkannya menyabet medali perunggu di Thailand Inventors’ Day.
Bawa perasaan alias “Baper,” boleh jadi sebuah kata yang dikenal luas generasi milenial Indonesia. Namun kata itu bisa dipastikan asing di telinga orang Thailand. Tempat dimana ia beradu gagasan dalam kompetisi Bangkok IPITEx, sebuah gelaran penelitian yang digelar Dewan Riset Nasional Thailand (NRCT) dalam rangka Inventors’ Day pada perio Februari 2019 lalu.
Walau demikian, perbedaan bahasa dan budaya tak menghentikan kreatifitas Arif dalam berinovasi menggunakan kata tersebut. Tujuannya tak lain dan tak bukan guna menarik perhatian dewan juri dan para pengunjung kegiatan.
Sehingga bersama dengan Restu Saputra, Farhan Aziz, dan Muhamad Royan, empat punggawa UKM Penelitian UNY itu akhirnya menyematkan julukan “Inovasi Baper,” Bioinsecticide Pest of Rice (Oryza sativa) from Kenanga Flower Extract and Seed Yam untuk karyanya
Secara sederhana, mereka menciptakan pestisida dari ekstrak bunga kenanga dan biji bengkoang. Sebuah solusi yang disebut Arif relatif sederhana, karena mengaplikasikan konsep yang sudah ada dan mengolahnya dari komoditas yang banyak tersedia di nusantara.
Namun dengan olah kata dan rasa yang kreatif, karya sederhana itu mengantarkan keempatnya menyabet medali perunggu. Menaklukkan ratusan peserta dari puluhan negara yang juga turun gunung dalam kompetisi yang sama.
“Di kategori lingkungan kami mendapat medali perunggu. Riset dan produk kami sederhana, namun dengan ide dan eksekusi yang baik, pertanyaan selalu muncul: kenapa bisa kepikiran membuat produk seperti ini? Itulah poinnya. Sederhana tapi belum dilakukan,” ungkap putra dari Rusli Haryanto dan Ermiyati itu.
Kegiatan tersebut, kemudian menjadi satu dari sekian banyak pengalaman Arif menggunakan tangan dinginnya berinovasi lewat kata. Kelihaian berkomunikasi telah mengantarkannya menjadi pucuk pimpinan OSIS SMAN 2 Bengkulu Selatan selaku sekretaris. Juga ditempa dalam Kawah Kepemimpinan Pelajar helatan Kemdikbud, lalu menimba Ilmu Komunikasi di UNY.
Lihai Berkomunikasi
Walaupun berstatus sebagai angkatan 2018, yang berarti belum segenap belajar di Kampus Karangmalang, prestasi dan kelihaiannya berkomunikasi menempatkannya sejajar dengan innovator senior dari berbagai dunia. Membanggakan UNY dan Indonesia.
Kelihaian tersebut sudah ada dalam diri Arif sejak masih duduk di bangku sekolah. Keturutsertaan Arif dalam kompetisi telah berlangsung sejak SMP dalam perlombaan Puisi, Cerpen, dan Pantun. Segala hal berbau sastra yang dipertunjukkan di depan khalayak umum ataupun dewan juri disabetnya.
Disanalah sebut Arif, kemampuan komunikasinya mulai terbentuk. Baik itu komunikasi tertulis dan public speaking.
“Saya belajar menulis sekaligus berkomunikasi pada orang,” sebut Arif.
Di jenjang SMA, Arif bergabung dalam organisasi Karya Ilmiah Remaja (KIR). Disitulah ia mengasah lagi kemampuan komunikasinya untuk menaklukkan dunia karya tertulis yang belum pernah ia jamah.
Dengan kerja keras untuk memahami mekanisme kepenulisan, perumusan masalah, pembuatan judul dan karya yang bermanfaat, ia menembus Olimpiade Penelitian Sains Ilmiah (OPSI) tingkat nasional pada tahun pertama ia ikut serta. Jakarta sebagai tuan rumah menjadi saksinya menggondol medali perak.
Di kelas dua SMA, kiprahnya memanfaatkan kemampuan berkomunikasi itu tak terbendung. Ia mengikuti Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI), dan langsung mendobrak di tingkat nasional. Menyabet medali perunggu kala kompetisi itu digelar di Yogyakarta.
Begitupula ketika mengikutkan karyanya dalam Malaysia Young Inventor Exhibition, ia langsung menyabet medali emas.
Atas pencapaian tersebut, karyanya sempat viral di media sosial dan media massa. Beberapa stasiun televisi bahkan sempat mendatangi sekolahnya, dan jejak digital atas karya tersebut masih tersedia di dunia maya hingga saat ini. Karya yang viral itu adalah Spray Anti Nyamuk Pencegah Demam Berdarah.
“Karya itu sebenarnya sederhana juga dan diolah dari biji mahoni. Tapi karena sifat inovasi, dan kita juluki pakai singkatan “San Pemarah”, jadilah viral. Sekolah senang karena karya ini dikenal luas,” kenang Arif bangga.
Ditempa untuk Berkarya
Pandai berkomunikasi kemudian tak hanya dilakukannya dalam berkompetisi. Kepada teman-teman sekolahnya, ia juga relative supel. Itulah kenapa ia diberi tugas untuk menjadi salah satu pucuk pimpinan OSIS di sekolahnya. Dengan jabatan sekretaris, ia banyak bergaul dan mengajak teman-temannya untuk terus berkarya.
Jabatan tersebut juga datang dengan tugas besar. Pada 2017, ia ditunjuk sebagai salah satu perwakilan sekolah mengikuti Kawah Kepemimpinan Pelajar. Dikirim ke Jakarta ia mengikuti rangkaian Pendidikan karakter di Istana Negara, balai diklat, hingga bersama tentara dan BNN. Lepas dari kegiatan yang digelar Kemdikbud tersebut membuatnya seakan keluar dari kawah candradimuka.
Layaknya Gatutkaca, tugas Arif untuk terus berkarya belum selesai walaupun telah menuntaskan jenjang SMA dan menyabet beragam prestasi. Ia ingin terus mengasah kompetensinya dalam berkomunikasi. Oleh karena itu dalam rangkaian seleksi universitas, ia selalu memilih prodi Ilmu Komunikasi.
Akhirnya, UNY lah yang berjodoh dengan lulusan asal Bengkulu Selatan ini. Melalui jalur Seleksi Mandiri Prestasi. Pada saat mendaftar, Arif sengaja menyimpan keputusannya sebagai kejutan dengan tidak memberi tahu orang tuanya dan membayar dengan uang sendiri. Kabar baru disampaikan selepas ia dinyatakan lolos.
“Di SMA waktu itu dikenal guru, dan disarankan teman ada jalur prestasi UNY. Syaratnya rapor, sertifikat, dan berkas tambahan. Alhamdulillah Arif masih diberikan kesempatan ke PTN favorit, karena Arif memang mengincar masuk PTN 10 besar nasional,” ungkapnya.
Di bangku kuliah, kemampuan komunikasi yang makin terasah itu membuatnya makin progresif dalam berkarya. Belum genap satu tahun di kampus, ia telah mengikuti lomba esai dan perencanaan bisnis di Riau, lomba penelitian ilmiah di Kalimantan Tengah, hingga lomba di Thailand yang Februari lalu menampilkan karya “Inovasi baper” tersebut.
Keberangkatan di Thailand disiapkan sejak tahun 2018 bersama dengan rekan di organisasi UKM Penelitian. Dalam organisasi tersebut ia belajar mengajukan dana ke universitas, fakultas, serta merencanakan kebutuhan bepergian layaknya paspor hingga tiket pesawat.
Setelah tiba di Thailand, ia langsung mengikuti rangkaian kegiatan yang terdiri atas pemasangan poster, booth, meja, dan presentasi di hadapan tiga juri yang secara giliran berkeliling. Ketika para dewan juri tiba, ia harus menjelaskan 5W+1H secara komplit terkait produk yang ia buat lengkap dengan cara dan manfaatnya.
“Karena peserta sangat banyak itulah kami belajar betul, kalau berinovasi produk maka packaging, desain, dan penamaannya harus menarik agar memikat. Itulah yang kita lakukan kita olah kata, menyebutnya “Inovasi Baper”,” tukas Arif.
Karena tingginya frekuensi Arif bepergian mengikuti lomba, ia kini bekerjasama membuat sebuah startup yang menjajakan tiket pesawat. Tugas Arif menjadi Official Agency, yang menghubungkan kepada operator ketika ada teman dan pelanggan di sekitar Jogja yang hendak memesan tiket.
“Yang punya startup teman saya dari Riau. Kami bisa kasih promo harga lebih murah dari website airlines atau bahkan aplikasi travelling terkenal,” ujar Arif.
Dan walaupun sering keluar kota, Arif tak melupakan kewajibannya untuk berkuliah. Semua persiapan lomba dilakukannya di sore atau malam hari ketika tidak ada kelas. Jika harus tidak hadir karena sedang kegiatan lomba, ia selalu membereskan segala keperluan administrasi di jurusannya sebelum lomba tersebut dimulai. Serta menghubungi setiap dosen pengajarnya untuk meminta kompensasi.
“Sama teman juga saya kontak, ada tugas apa? Kalau tugansya bisa dikerjakan saat lomba, ya saya kerjakan dari jauh saat itu juga,” ungkap Arif.
Ketekunan seperti itulah yang menurut Arif, dapat membuka pintu kesempatan bagi para mahasiswa untuk berkarya. Walaupun masih angkatan muda, Arif juga berpesan agar jangan takut untuk berkarya dan bersaing. Termasuk harus mau ditempa dan mengalami kesulitan-kesulitan tertentu.
“Hadapi semuanya. Selalu ke depan, karena nanti ada pintu untuk membuka cahaya,” pungkas Arif.
SOSOK
Tempat Tanggal Lahir: Bengkulu Selatan, 11 April 2000
Latar Belakang Pendidikan:
SMAN 2 Bengkulu Selatan (2015-2018)
S1 Ilmu Komunikasi, FIS UNY (2018-sekarang)
No Responses