Pernahkan Anda menantikan tanda Like pada unggahan di akun Facebook (FB) Anda? Bahkan kadang-kadang melihat satu per satu: siapa saja yang memberikan tanda Like tersebut. Ada kelegaan tersendiri, bukan? Apalagi kalau tanda Like tersebut dari seseorang yang kita nanti-nantikan. Tanda yang dalam Bahasa Indonesia disebut tanda Suka itu mengartikan dia sudah melihat unggahan kita dan merespons dengan rasa sukanya. Kita bisa bela-belain tidak fokus kerja untuk menantikan sebuah tanda Like dari seseorang yang spesial. Hal tersebut saya perhatikan malah dari video- video musik Thailand seperti dalam lagu-lagu Thai Orathai.
Di Instagram (IG), tanda Like diwakili dengan simbol jantung. Berbeda dengan di FB yang berupa tanda jempol. Kini di IG hanya pemilik akun yang bisa melihat jumlah like dari sebuah unggahan. Beda dengan FB yang masih menampilkan jumlah like sehingga kita bisa melihat popularitas unggahan seseorang.
Beda lagi dengan WhatsApp (WA) yang ditandai dengan centang dua warna biru yang artinya pesan kita telah dibaca oleh orang yang kita kirimi. Mungkin dia akan merespons dengan jawaban kata-kata atau kalimat, simbol-simbol atau stiker tertentu, atau malah membiarkannya tanpa membalas. Simbol biru seringkali membuat kita lega karena si dia telah membacanya.
Dari akun semacam FB-lah kita bisa mengikuti perkembangan seseorang, mengikuti apa saja yang dilakukannya, apa saja yang dirasakannya, baik berupa kata- kata, foto, video, atau unggahan dalam bentuk lainnya. Konon, anak-anak milenial lebih suka pakai IG daripada FB. Orang-orang tualah yang lebih familiar dengan FB. Seperti saya ini, ha ha…
Tentu saja tidak semua orang suka memposting perihal dirinya ke medsos. Ada yang irit, ada yang rutin, bahkan ada yang sering atau malah terkesan mengobral postingan. Sifat kita seringkali jadi terpancar dari unggahan-unggahan kita di medsos. Kadang-kadang ada yang suka pamer. Dari situ saya jadi teringat ensiklopedi (P) americana, hi hi…
Kalau kita ingin mengikuti perkembangan atau dinamika seseorang, bisa dilihat dari akunnya, yang dulu-dulu atau pun secara rutin mengikuti unggahan terbarunya. Facebook sering kali memberi notifikasi akun orang-orang yang dekat secara otomatis. Daftar orang yang paling dekat, termasuk yang suka ngelihatin akun kita, akan muncul sebagai orang pertama di layar handphone sebagai pemberi respon Like. Kalau di laptop akan muncul dua daftar nama terdekat dengan kita. Anda akan senang jika si dia yang selalu muncul, bukan? Tapi sering kali seseorang itu melorot ke urutan bawah. Entahlah. Aplikasi medsos semacam FB memiliki algoritmanya sendiri yang memerlukan waktu belajar untuk tahu bagaimana prosesnya.
Kembali ke tanda Like. Pernahkah Anda memberikan tanda suka tersebut manakala seseorang yang dulunya pernah dekat dengan kita, mantan suami/istri, mantan pacar, mantan gebetan, memposting kebahagiaannya dengan orang lain? Tidak semua orang berani. Kalau melihat dan membaca postingan tersebut, hampir rasa kepo (knowing every particular object) kita mengarahkan jempol untuk membukanya. Tapi untuk meresponsnya dengan memberikan tanda Like, sepertinya tidak semua orang punya keberanian dan ketabahan untuk melakukannya.
Mungkin orang tersebut memberikan tanda Like dengan air mata yang menetes. Dia sedih ketika sang mantan berbahagia dengan orang lain, bukan dengannya. Tanda Like sudah cukup mewakili banyak hal. Sepertinya merespons dengan kata-kata diperlukan keberanian dan ketabahan tambahan. Apakah Anda pernah berada dalam posisi demikian?
No Responses