Atas Nama Medsos, Simsalabim, Hoaks Sirna

 LAPORAN UTAMA

“Ajang sapa dan berbagi pengetahuan memenuhi dinding media sosial. Ia juga digunakan untuk klarifikasi informasi. Tiga pejabat UNY memaksimalkan kesempatan itu.”

 

Sutrisna Wibawa, pucuk pimpinan UNY, punya jurus jitu menghadapi hoaks. Berbekal aktif di media sosial—Facebook dan Instagram—ia pantau tiap linimasa. Suatu ketika viral pengumuman bodong. Isinya seputar jadwal masuk kuliah. Tapi diberi keterangan kalau kuliah dimundurkan. Alasannya tak jelas. Namun, isi surat pemberitahuan itu, begitu meyakinkan. Ada stempel paraf resmi berikut cap instansi.

 

Beberapa menit surat itu viral, Sutrisna langsung membuat status. “Itu informasi tidak benar. Anak milenial ana-ana wae,” tulisnya. Surat bohong terlanjur menyebar segera disusul keterangan Sutrisna yang tak kalah viral. Klarifikasi itu dengan cepat diterima sivitas akademia UNY. Yang semula senang akhirnya tersenyum kecut. Sutrisna gerak cepat di jagat maya.

 

Terobosan Sutrisna di dunia internet patut diacungi jempol. Ia ikut arus modern dengan memaksimalkan media sosial. Selain sebagai ajang tukar informasi, ia juga melakukan koordinasi kultural. Metode ini ternyata gayung bersambut. Terutama direspons positif para mahasiswa yang juga termasuk generasi milenial itu.

 

“Ajak satu kampus nonton, Pak. Hitung-hitung melepas stres,” komentar Alif Shonida, Pendidikan Bahasa Inggris, pada dinding Instagram Sutrisna. Alif aktif komentar di status Rektor UNY yang pekan ketiga April lalu menyoal film Infinity War—sebuah film besutan Marvel yang sedang menjadi buah bibir di antara milenial. Di tengah kesibukannya sebagai rektor, Sutrisna tak luput menyapa warganet yang sebagian besar kuliah di UNY itu dengan ulasan populer.

 

Pola dan metode komunikasi pejabat UNY di media sosial terbukti sukses. Selain Sutrisna, mantan Rektor UNY, seperti Rochmat Wahab dan Suyanto, juga aktif menebar inspirasi dan informasi. Suyanto (rektor periode 1999-2006), akhir April, menulis, “Bismillah, paparan di seminar Profesionalisme Guru Abad ke-21.” Di bawah status, foto horizontal memvisualkan Ruang Sidang Utama (RSU) berisi ratusan peserta seminar menyorotnya, ditampilkan secara apik.

 

Dinding lain, Rochmat Wahab (rektor periode 2009-2017), minggu pertama April, mewartakan kegiatan akademiknya sebagai pembicara tunggal. Saat itu ia mengisi Seminar Nasional bertajuk Mendunia Bersama Generasi Berpretasi yang Penuh Kreasi di Akademi Manajemen Administrasi (AMA) Yogyakarta. Rochmat menarasikan acaranya itu dalam rangka milad ke-18 AMA. “… maka untuk memenangkan kompetisi, mahasiswa harus memiliki The 21ST Century Skills,” tulisnya.

 

Menengok dinding para penggawa rektor itu puluhan komentar saling bersambut. Baik mahasiswa, dosen, pegawai, maupun pakar lain, tak luput meresponsnya. Ini bukti betapa keterbukaan informasi bukan semata lewat dinding birokrasi yang ketat dan prosedural, melainkan juga kehangatan dinding media sosial.

No Responses

Comments are closed.