LEAD: Per November 2018, UNY sudah punya 591 artikel internasional terindeks Scopus. Melesat bersama dengan tingginya sitasi, karya, hak kekayaan intelektual, serta capaian inovasi yang terus ditelurkan para cendekiawan kampus ini.
———-
Ada satu yang selama ini belum digenggam UNY, kala membicarakan diri sebagai Universitas Kependidikan Kelas Dunia (UKKD). Kealpaan tersebut, adalah tidak adanya nama UNY dalam pemeringkatan QS (Quacquarelli Symonds) World University Rangking (WUR), sebagai lembaga survei internasional yang memberi peringkat universitas di dunia berdasarkan karya ilmiahnya.
Selama ini, UNY tidak ada di peringkat tersebut karena artikel karya para civitasnya berada di bawah batas minimal artikel terindeks Scopus: 500 artikel. Dengan telah tercapainya angka istimewa ini, sesegara mungkin UNY bisa merangsek dan unjuk gigi di kancah internasional.
“Repurtasi akademik sangat mempengaruhi, hampir 40% menentukan World University Ranking. 500 is the lucky number (adalah angka tujuan, minimal artikel terindeks Scopus),” ungkap Mandy Mok selaku CEO QS Asia. Mengungkapkan apresiasinya atas UNY, seiring dengan meningkatnya pula buah karya lain yang ditelurkan cendekiawan kampus ini layaknya karya, hak kekayaan intelektual, serta capaian inovasi.
Capaian Internasional
591 artikel internasional terindeks Scopus tersebut, diperoleh datanya dari SINTA selaku sistem pemeringkatan yang dibuat oleh Kemristekdikti. Capaian ini sementara waktu menempatkan UNY sebagai urutan ke-17 kampus dengan karya artikel jurnal internasional terindeks terbanyak secara nasional.
Bagi Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY, pencapaian tersebut sejalan dengan apa yang selama ini diperjuangkan kampus. Dosen, mahasiswa, serta seluruh civitas akademia, terus didorong untuk berkarya di bidangnya masing-masing.
“Dan akan terus didorong. Hasil yang baik itu akan terus ditingkatkan, jadi makin baik,” tukas Sutrisna.
Mendampingi jumlah artikel terindeks Scopus, adalah jumlah sitasi atas karya-karya civitas UNY yang terindeks di Scopus atau Google Scholar. Angkanya tak kalah fantastis: 2.469 artikel jurnal di Scopus mengutip karya civitas UNY, sedangkan di Google Scholar ada 88.407 artikel jurnal yang melakukan kutipan serupa.
“Impact factor yang baik. Artinya, karya kita dibaca, disitasi, dan bermanfaat,” ungkap Sutrisna/
Selain dengan buah pemikiran tertulis, civitas UNY juga terjun dalam karya terapan. Dalam hak kekayaan intelektual misalnya, UNY pada 2017 telah mendaftarkan 250 karya dan setahun kemudian menambah 248 koleksi baru. Untuk capaian karya inovasi, ada 254 judul yang didaftarkan pada tahun 2017 dan 46 lainnya di tahun 2018. Jumlah pada tahun 2018 tersebut, bisa tambah lagi karena banyak karya yang sedang dalam proses ataupun belum tuntas, karena belum tutup tahun.
“Saya berharap terus meningkat, dan sebagai dampak lanjutannya meningkatkan atmosfir akademik di UNY,” ungkap Sutrisna.
Dosen dan Tendik Berprestasi
Karya-karya yang dibuahkan civitas tersebut, kemudian tak hanya berperan pada peningkatan repurtasi dan publikasi kampus. Tapi juga mengembangkan pencapaian individu. Prof. Sutrisna Wibawa misalnya, meraih penghargaan sebagai tokoh publik berbahasa terbaik dari Balai Bahasa Yogyakarta. Penghargaan ini diberikan karena karya dan kepemimpinan Sutrisna dipandang konstruktif bagi pengembangan bahasa nusantara.
Halili selaku Dosen PKn UNY, juga memperoleh best presentation prize dalam The 4th Asia Future Conference yang digelar Agustus lalu di Korea Selatan, dalam prosesnya melakukan publikasi karya ilmiah. Dalam penghargaan insan pendidik dan tenaga kependidikan, Kuswarsantyo memperoleh anugerah kategori Dosen Berprestasi bidang Soshum bersama dengan Heru Subekti selaku Tendik UNY yang berhasil menyabet gelar arsiparis terbaik di tingkat nasional.
“Selain itu, ada juga dosen-dosen yang juara dalam kompetisi. Seperti Pak Afif juara karnaval internasional, dan banyak lagi. Kedepan akan dijaga untuk terus berprestasi,” pungkas Sutrisna.
No Responses