Caly Setiawan, Memanjat untuk Bangsa

 SOSOK

Menyabet Beasiswa Fullbright tak membuat dosen yang menggeluti panjat tebing ini lupa mencintai tanah air. Keahliannya digunakan menakhodai Bidang Pembinaan Prestasi PP FPTI, menjadi pelatih tim panjat tebing Indonesia di Asian Games, dan terus menyemai bibit olahragawan terbaik bangsa di FIK UNY.

Tangan Caly menggenggam kuat kemudi mobil sedannya, ketika melintasi hamparan savana coklat jalan interstate di suatu sudut negeri Paman Sam. Sekali dua kali, tangan itu melemas ketika tertawa bersama sang istri yang ada di kursi kanan dan anak-anaknya yang ada di kursi belakang.

 

Maklum saja, suasana roadtrip hari itu sungguhlah bahagia. Seperti apa yang dilantunkan John Denver, penyanyi kawakan yang populer tahun 1970an, perjalanan ini seakan sebuah penantian menuju surga: Almost heaven, West Virginia. Dan surga yang dimaksud Denver, adalah surga yang sama dengan apa yang ada dalam penantian Caly sekeluarganya: Blue Ridge Parkway National Parks.

 

Di taman nasional sepanjang 755 kilometer dan memiliki banyak sekali jalur pendakian, Caly sekeluarga kemudian menjelajah. Tenda, sleeping bag, kompor, dan beragam perkakas yang mereka sudah siapkan dari apartemennya di New York, digelar untuk menikmati keindahan malam  pegunungan Appalachian.

 

Terkhusus untuk Caly, dia menuntaskan jalur-jalur pendakian yang ada di taman nasional tersebut. Anak-anak maupun istrinya mencoba sekali dua kali. Menjadikan Blue Ridge Parkway sebagai satu dari 20 taman nasional di penjuru Amerika Serikat, yang jalur-jalur pendakian di taman nasionalnya telah ia tuntaskan.

“Orang Amerika Serikat saja heran, selama lima tahun di Amerika Serikat (untuk S2 dan S3), kami bisa menyelesaikan 20 National Parks (taman nasional). Berasa American Family banget. Tapi, kami selalu ingat: kami Indonesia. Jiwa kami Indonesia. Dan akan terus mengabdi untuk Indonesia,”  tukas Caly menegaskan bahwa walaupun ia dididik di New York dan telah meraih banyak fasilitas dari Amerika Serikat melalui Beasiswa Fullbright, hatinya tetap untuk Indonesia.

 

Dan semua kegiatan memanjat tersebut, dilakukannya untuk mencari ilmu guna dibaktikan bagi bangsa. Baik ketika nantinya pulang dan diberi amanah besar untuk menakhodai bidang Pembinaan Prestasi PP FPTI, menjadi pelatih tim panjat tebing Indonesia di Asian Games, sekaligus terus menyemai bibit olahragawan terbaik bangsa dengan menjadi dosen FIK UNY.

 

Bermula dari Hobi Rekreasi

 

Pendakian di 20 taman nasional kala studi di Amerika Serikat tersebut, adalah bagian dari kegemaran rekreasi yang telah diminatinya sejak kecil. Pegunungan Seribu di Bantul menjadi lokasi pertama yang dijamah Caly. Saat itu, Caly masih duduk di bangku SMP. Ketika menjadi siswa SMA Muhammadiyah 2 Jogja, barulah ia menekuni panjat tebing lebih aktif lagi karena tergabung sebagai pecinta alam. Baik panjat tebing yang sifatnya rekreasi, ataupun yang bersifat  kompetisi.

 

“Niatnya rame-rame saja berlima dengan teman. Menginap semalam dua malam, lalu mendaki dan senang saja kalau sudah sampai atas,” kenang Caly.

 

Perlombaan yang pertama diikuti Caly ketika SMA, adalah panjat tebing untuk pemula di tingkat DIY. Dengan latihan keras dan minat yang selama itu ia miliki, Caly langsung begitu saja menyabet gelar juara satu.

 

Karena kerap terlibat dan menjuarai kompetisi, Caly selepas SMA memilih untuk tak melanjutkan kuliah terlebih dahulu. Ia mengambil gap year selama beberapa tahun. Disitu, ia berlatih, bertanding, dan menyabet berbagai kompetisi tingkat daerah dan nasional di berbagai kota. Mulai dari Jakarta, Surabaya, hingga Lampung pernah disambanginya untuk meraih asa.

 

Seiring waktu, Caly sering berlatih dengan menggunakan papan panjat tebing yang ada di depan FIK UNY. Pada saat itu memang papan panjat tersebut menjadi yang terbaik dan paling mudah terjangkau lokasinya karena berada di seputaran Kota Jogja. Trisna jalaran saka kulina, akhirnya muncullah ketertarikan dalam hati Caly untuk berkuliah di kampus yang kerap menjadi jujugan latihan.

 

“Kesengsem saja waktu itu, karena latihannya dulu Jogja kan di UNY. Dulu saya juga latihan pakai itu (papan panjat tebing UNY).  Sempat ikut lomba, juga diadakannya di FIK UNY, menggunakan papan panjat tebing itu. Akhirnya saya pikir, kalau mau latihan dan papan panjat tebing itu jadi punyaku sendiri karena aku mahasiswa FIK, kan enak. Masuklah saya di UNY,” kenang Caly.

 

Menekuni Ilmu Pendidikan Olahraga

 

Pendidikan Olahraga kemudian menjadi program studi yang disasar Caly. Di dalam perkuliahan dan kewajiban akademik yang ia miliki sebagai mahasiswa, tugas serasa sangat berat. Ia tidak hanya belajar panjat tebing sebagai olahraga yang ia senangi, namun juga semua jenis olahraga mulai dari renang hingga basket.

 

“Karena memang belajar di Pendidikan Olahraga, kita diproyeksikan ngajar olahraga. Kalau guru sekolah itu kan semua jenis olahraga diajarkan. Kita harus siap,” kenang Caly.

 

Di tengah-tengah kesibukan kuliah, Caly tetap terus menekuni kompetisi panjat tebing yang telah lama dilakoninya. Pada tahun 1996, Caly menjadi perwakilan DIY untuk PON ke-14 yang digelar di Jakarta. Selain itu, Caly juga masih aktif dalam dunia pecinta alaman sebagai sarananya berrekreasi, lewat kegiatan seperti mendaki gunung, mendayung, serta panjat tebing.

 

“Sangat menyenangkan, tapi saya sempat cedera punggung karena memang latihan PON panjat tebing dan sambil kuliah olahraga, itu berat,” kenang Caly.

 

Perjuangan dan kegiatan rekreatif tersebut terus dilakoninya hingga tahun 2000. Saat itu, Caly sudah menikah dan mempunyai anak. Untuk menafkahi keluarga, Caly yang baru lulus akhirnya sempat bekerja macam-macam. Serabutan.

 

Salah satu pekerjaan yang ia jalani di tahun tersebut, adalah menjadi loper koran. Selain mudah dan hanya perlu berjualan di pagi hari, menjadi loper digemari Caly karena ia bisa membaca koran setiap harinya secara cuma-cuma. Di suatu siang saat membaca koran itulah, ia menemukan lowongan dosen di FIK UNY yang langsung diikutinya. Sempat gagal seleksi karena ia masih berstatus sarjana S1, Caly belakangan dipanggil secara khusus karena UNY membuka kuota khusus dosen baru.

 

“Jadi awalnya saya tidak lolos. Akan tetapi beberapa bulan kemudian, saya dipanggil lagi oleh UNY. Yang memanggil langsung Prof. Suyanto (saat itu Rektor UNY). UNY butuh dosen lagi, dan saya peringkat terbaik kedua waktu tes itu. Jadilah saya dosen,” tukas Caly yang memperoleh SK CPNS nya di tahun 2002.

 

Setelah itu, Caly cukup aktif menulis karya ilmiah dan praktik keolahragaan. Yang pertama, adalah menjadi Pelatih TIm Panjat Tebing DIY untuk PON 2004. Melatih legenda panjat tebing seperti Eti Hendrawati, menjadi tugasnya.

 

Di sela-sela tugas itulah, ia menyempatkan diri untuk belajar dan mendaftar beasiswa fullbright. Salah satu proses belajar yang paling berat, adalah mendalami bahasa Inggris. Ia perlu dua tahun pelatihan untuk memperoleh TOEFL 550.

 

“Karena saya belajar waktu itu dari nol. Semua itu saya lakukan untuk belajar dan mempersiapkan Beasiswa Fullbright, yang memang terkenal susah dan termasyhur alumninya,” ujar Caly.

 

Saat mendaftar beasiswa, Caly akhirnya dinyatakan tak diterima. Namun seperti kala ia mendaftar dosen, sebulan kemudian namanya dipanggil untuk menghadap sang direktur regional Fullbright. Ia tiba-tiba dinyatakan lolos, dengan alasan bahwa kapasitas akademik dan praktik Caly yang unik. Caly tidak hanya rajin menelurkan karya ilmiah, tapi juga terlibat sebagai atlit dan teknokrat lewat tugas-tugasnya sebagai pelatih.

 

“Dipanggil siang itu, dibelikan tiket PP naik pesawat hanya untuk ketemu dia makan siang. Diberitahulah pada saat itu: saya harus melengkapi syarat tes, administrasi, dan berangkat kuliah di Amerika Serikat,” kenang Caly. Saat itulah, ia memulai perjalanan S2 Educational Policy, di State University of New York pada tahun 2005. Perjalanan yang tak hanya semata akademik, tapi bersama keluarganya juga memulai penjelajahan ke 20 National Park di penjuru negeri paman sam.

 

Langsung ditarik FPTI dan Asian Games

 

Selepas lulus dua tahun kemudian, Caly yang berbekal pengalaman sebagai awardee beasiswa fullbright dan ragam karya ilmiahnya, mendaftar lagi beasiswa Dikti untuk doktor di Amerika Serikat. Linear dengan studi Pendidikan yang ditekuninya, Caly mengambil major Sport Pedagogy di University of Northern Colorado. Studi yang ditempuhnya selama empat tahun hingga akhirnya dinyatakan tuntas pada musim gugur tahun 2015.

 

Pada tahun selesainya kewajiban studi yang mengantar Caly kembali ke Indonesia tersebut, Caly tidak serta merta kembali bersantai dengan rutinitas sebagai dosen di UNY. Ia langsung diberi amanah sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat (PP) Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). Caly saat itu relatif terkejut dengan amanah yang diberikan, karena ia tidak pernah tergabung dan terlibat dalam federasi tersebut.

 

“Biasanya yang aktif di pengurus pusat FPTI, adalah mereka yang sudah aktif di daerah. Saya kaget, tapi kalau ditugasi, ya harus siap,” ungkap Caly.

 

Dalam melakukan pembinaan atlet, Caly mengkombinasikan ilmu dan pengalaman yang dipelajari di Amerika Serikat dengan keunikan konteks Indonesia. Lewat Sport Science misalnya, Caly bisa mengarahkan desain pelatihan yang tidak sekedar padat, namun paling optimal bagi pengembangan atlit.

 

Strategi tersebut juga dilakukannya kala memimpin tim pelatih panjat tebing timnas Indonesia untuk Asian Games. Dengan kerja keras dan soliditas seluruh tim, hasilnya telah nampak. Tiga emas dikantongi tim panjat tebing dan meneguhkan Aries Susanti dkk sebagai juara Asia.

 

“Sedangkan ide yang belum berjalan, adalah terkait peran civil society. Di Amerika Serikat olahraganya maju, walaupun karena mereka liberal konsekuensinya adalah minim peran pemerintah. Amerika Serikat maju karena civil society terlibat dalam olahraga. Perusahaan misalnya, beri sponsor besar. Ini yang belum terjadi di Indonesia, dan saya idam-idamkan untuk dibuat regulasinya,” tukas Caly.

 

Kedepan, Caly akan sibuk mendampingi tim panjat tebing Indonesia untuk membidik prestasi di Olimpiade 2020 Tokyo. Belum ada target yang ditetapkan. Akan tetapi dengan kapasitas dan soliditas tim, target tersebut tak akan jauh dari genggaman.

 

“Termasuk, tahun depan mengikuti SEA Games. Dengan persiapan bersama, kita siap,” pungkas Caly yakin

 

Tempat Tanggal Lahir:

Latar Belakang Pendidikan:

S1 Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Yogyakarta, 2000

S2 Educational Policy, State University of New York, 2007

S3 Sport Pedagogy, University of Northern Colorado, 2015

 

Jabatan:

Dosen FIK UNY (2001-sekarang)

Pelatih Pekan Olahraga Nasional DIY (2003-2004)

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi Pengurus Pusat FPTI (2016-sekarang)

Ketua Tim Pelatih Timnas Panjat Tebing Indonesia di Asian Games (2017-2018)

Author: 

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Semua tulisan di laman pewaradinamikauny.com, telah diterbitkan di Majalah Pewara Dinamika, Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk membaca versi lengkap dari setiap artikel dengan gambar ilustrasi dan infografis, baca versi (.pdf) majalah yang bisa diakses dan diunduh melalui bilah menu "Download Majalah".

No Responses

Comments are closed.