Kebijakan Program Profesi Guru menjadi angin sejuk bagi dunia kependidikan. Program ini sebagai bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas kompetensi guru menjadi tenaga profesional. Sampai saat ini Program PPG sudah mulai memasuki gelombang ketiga. Antusiasme calon guru dari berbagai darah masih tinggi di setiap pengumuman pembukaan pendaftarannya.
Mengacu pada Undangundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pemerintah menciptakan kebijakan Program Profesi Guru dalam rangka memfasilitasi para guru untuk mendapatkan sertifikasi. Tujuan dari adanya pelaksanaan pemberian sertifikasi yaitu untuk memberikan pengakuan kepada para guru sebagai
tenaga profesional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang ada. Hal inilah yang membuat para calon guru berbondong untuk mendaftar. Antusiasme yang tinggi dari para calon guru membuat kuota peserta pada setiap tahunnya makin bertambah. Pada tahun ini saja pemerintah menyediakan kuota sebanyak 59.019 untuk Program PPG Prajabatan dan Program PPG Kemenag 6.300. Untuk PPG Dalam Jabatan tahun ini difokuskan pada kategori B.
Tujuan dari adanya pelaksanaan pemberian sertifikasi yaitu untuk memberikan pengakuan kepada para guru sebagai tenaga profesional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang ada.
Calon guru dari berbagai daerah mendaftar untuk Program PPG. Banyaknya jumlah pendaftar membuat banyak guru yang harus mengikuti seleksi di gelombang selanjutnya karena gagal. Salah satunya Primarita guru dari SDN 1 Karangduwet 1 yang akhirnya berhasil diterima setelah beberapa kali gagal pada tahapan pre-test.
“Kemarin lewat beberapa proses seperti pre-test, tapi beberapa kali gagal. Alhamdulillah sekarang sudah di tahap file-nya,” ungkap Primarita salah seorang peserta PPG Dalam Jabatan UNY.
Pre-test seleksi PPG sebenarnya sudah sempat dilakukan pada tahun 2019, tapi tidak jadi dilanjutkan karena terhalang pandemi.
“Karena saya ikutnya Kemenag ya. Lulus pre-test sudah dari 2019. Karena corona jadi ditiadakan. Terus 2021 diambil dari usia dan masa kerja. Nah, tahun ini diusahakan pretest 2019 habis. Semoga ya tahun ini bisa ikut gelombang 2 atau 3,” ungkap Raficha Wulandari salah satu guru honorer di daerah Gunungkidul.
Primarita mengungkapkan bahwa terdapat beberapa tahapan yang harus ia lalui untuk diterima sebagai mahasiswa Program PPG. Dari mulai pre-test hingga tahap pemberkasan. Setelah melalui tahapan itu, Ia kemudian bisa menjadi bagian dari mahasiswa PPG. Lokasi Program PPG Primarita berada di UNY.
“Kalau kemarin tu melewari beberapa proses, kaya pre-test. Saya yang pre-test tu beberapa kali gagal. Dipercobaan ketiga baru lolos. Kalau untuk lokasinya saya di LPTK UNY,” tambah Primarita.
Pembelajaran selama Program PPG ini dilakukan selama tiga bulan dengan fokus pada aspek praktik. Primarita menjelaskan bahwa selama kegiatan terdapat testes yang harus ditempuh. Tes ini berbentuk penugasan mengajar yang mengkombinasikan antara teknik mengajar dan pembuatan media pembelajaran.
“Ada bimbingan juga, dengan tutor yang selalu mendukung kami. Sebelum ukin nanti di uji komprehensif. Kita ntar membuat beberapa penelitian dan karya ilmiah. Kalau saya sekarang kurang UP nya saja dan menunggu
pengumuman di bulan Juli,” jawab Primarita.
Ia juga menjelaskan mengenai proses yang dilalunya selama melakukan Tes Ukin. Tes ini sendiri sering dibahas oleh mahasiswa PPG. Banyak yang menganggap bahwa tes ini cukup sulit dilakukan karena memerlukan waktu yang lama. “Kita membutuhkan persiapan yang luar biasa. Jadi nanti kita harus mengunggah file dan sertifikat yang bisa menunjang. Kita juga harus membuat LKPD atau refleksi agar kegiatan bisa bermakna. Kemudian kita juga membuat suatu inovasi dan gebrakan untuk membantu proses pembelajaran anak,” jelas Primarita.
Pre-test seleksi PPG sebenarnya sudah sempat dilakukan pada tahun 2019, tapi tidak jadi dilanjutkan karena terhalang pandemi.
Primarita juga mengungkapkan bahwa selama menempuh PPG di UNY, ia merasa mendapat banyak pengetahuan baru. Penugasan dan ujian diserahkan secara daring sehingga dapat diakses dari rumah. Pada penilaian praktik, para mahasiswa program PPG melakukan di sekolah masing dengan cara menghidupkan kamera zoom agar dapat dipantau secara langsung oleh dosen.
“Kita bener-bener live selama PPL. Kita dituntut harus fokus dan menguasai anak. Saya yang sebelumnya ngga tahu RPP dan media pembelajaran jadi tahu setelah ikut PPG. Dari PPG ini hasil pembelajaran seperti karya inovasi dan LKPD nanti bisa diterapkan langsung di anak. Selain itu, sebagai guru kita merasa lebih diakui keprofesionalannya melalui program ini,” pungkas Primarita.
No Responses