Amanat undang-undang mendorong guru bersertifikat profesi lewat Program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Dalam komitmen mencerdaskan kehidupan bangsa, UNY turut serta mencetak guruguru handal dengan cita rasa Yogyakarta.
Sejak UU 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi merumuskan tentang pendidikan profesi, UNY sigap bak gayung bersambut. Setahun kemudian, UNY telah memperoleh izin serta
menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Dengan kualitas ketaqwaan, kemandirian, dan kecendekiaan lewat pembinaan secara unggul, kreatif, dan inovatif, UNY secara konsisten menggelar PPG hingga kelima kalinya dimulai sejak Agustus 2018 lalu. Selama lima tahun itu pula, UNY menjadi satu-satunya kampus di Yogyakarta yang diberi izin menggelar PPG.
Bagi Paristiyanti Nurwardani, izin itu tak datang tiba-tiba. Kualitas dan karakter pembinaan tersebut adalah satu diantaranya banyak pertimbangan yang membuat UNY menjadi The Best LPTK. Baik dalam pemeringkatan Kemristekdikti, ataupun pandangannya secara personal.
“Sehingga Kemristekdikti tidak ragu lagi memberikan izin menggelar PPG kepada UNY. UNY adalah The Best LPTK. Guru profesional cetakan Yogyakarta, made in Yogyakarta,
UNY yang pertama kali menggelar,” ungkap Paris kepada Pewara Dinamika, Minggu (07/10/2018). Seraya menekankan bahwa UNY tak hanya berstatus sebagai LPTK
terbaik, tapi juga punya konsekuensi besar untuk menghadirkan guru profesional yang terbaik pula.
PPG Prajabatan dan Dalam Jabatan
Guna menunaikan tugas mencetak guru profesional, UNY layaknya disebut oleh Suyud selaku Ketua Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Non-Kependidikan (P4TKN), melaksanakan PPG dalam dua kategori. Kategori pertama adalah
PPG Dalam Jabatan, dimana mereka yang mengikuti PPG telah berstatus sebagai guru yang tercatat di Kemdikbud (PNS/PPPK/Honorer K2) dan menjalankan studi tersebut
sebagai bagian dari penugasan instansinya. Sedangkan kategori kedua adalah PPG Luar Jabatan, yang boleh diikuti oleh masyarakat umum. Baik itu lulusan atau mahasiswa kependidikan, ataupun nonkependidikan dan ilmu murni.
“Hal ini dilakukan UNY sesuai dengan amanat dari Pusat dan Keputusan MK. Bahwa memang guru dari nonkependidikan itu dimungkinkan. Harapannya saling melengkapi kebutuhan menjadi guru profesional. Kampus tidak dalam posisi untuk berkomentar terkait interpretasi ini,” ujar Suyut.
Dari pembagian antara Prajabatan dan Dalam Jabatan tersebut, ada juga pembagian terkait pembiayaan PPG. Yaitu jalur bersubsidi, dan reguler. Jalur bersubsidi berarti sebagian atau seluruh biaya keikutsertaan PPG (di luar akomodasi seharihari) ditanggung oleh pemerintah, sedangkan jalur reguler berarti biaya ditanggung secara swadana.
Untuk PPG Prajabatan yang memperoleh subsidi, Prof. Margana selaku Wakil Rektor I UNY
menyebutkan bahwa kuota diberikan sesuai dengan kapasitas anggaran dari pemerintah yang ditugaskan kepada UNY. Nantinya, kuota tersebut akan diberikan kepada pendaftar jalur reguler atau Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).
“Untuk SM-3T, pasti dapat subsidi. Karena memang sudah janji dari Pemerintah Kemdikbud melalui penugasan mereka setahun di daerah terpencil. Jadi disuruh mengajar di pelosok dulu setahun, baru belajar lagi di UNY,” tukas Margana.
Hal yang sama juga berlangsung bagi PPG Dalam Jabatan. Ada yang bersubsidi, dan ada pula yang berasal dari jalur reguler. Mereka yang ikut , diungkapkan oleh Widarto, selaku Dekan FT UNY, diseleksi bekerjasama dengan Kemristekdikti Ditjen GTK Kemdikbud lewat tes administrasi, dan tes berbasis komputer yang materinya mencakup tes potensi akademik, tes kemampuan bidang dan tes bahasa Inggris.
Terkhusus untuk Jalur Reguler pada PPG Dalam Jabatan, guru pada umumnya dapat tidak sepenuhnya membiayai studi tersebut secara pribadi. Mekanisme yang bisa dilakukan dan ditemui oleh UNY, diantaranya dengan cara dibiayai instansi tempat mereka mengajar, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Provinsi, atau strategi-strategi lain seperti kebiasaan (custom) yang ada di daerah tersebut.
“Pada Agustus 2016, kami khusus FT menerima total 60 guru PPG Dalam Jabatan Bersubsidi, terbagi menjadi dua kelompok yaitu 40 untuk jurusan otomotif dan 20 untuk Elektronika,” ujar Widarto. Secara umum pada Agustus lalu dalam Kelompok III Tahun 2018, UNY menerima 132 orang peserta PPG Prajabatan Bersubsidi. UNY melaksanakan PPG untuk 6 program studi dari 18 perguruan tinggi negeri maupun swasta dari seluruh
Indonesia yang seluruhnya berkuota 142 orang.
Dengan rincian 23 orang Pendidikan Bahasa Indonesia, 20 orang Pendidikan Bahasa Inggris, 22 orang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), 26 orang Pendidikan IPA, 23
orang Pendidikan Matematika dan 18 orang Pendidikan Teknik Otomotif.
Sedangkan dalam PPG Dalam Jabatan, kuota yang diperoleh UNY adalah 540 orang. Dijelaskan oleh Suyud, delapan program studi yang diselenggarakan dalam PPG dalam
Jabatan di UNY, yaitu : 1) Akuntansi dan Keuangan (60 guru), 2) Bahasa Indonesia (30 guru), 3) Guru Kelas TK (60 guru), 4) Guru Kelas SD (117 guru), 5) Ilmu Pengetahuan Alam (60 guru), 6) Ilmu Pengetahuan Sosial (59 orang), 7) Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (29 orang), 8) Teknologi Komputer dan Informatika (117 guru).
Kegiatan selama PPG
Mereka yang diterima dalam studi PPG, disebut oleh Paristiyanti akan mengikuti pembelajaran yang sudah didesain khusus pada materi sesuai bidangnya. Bahasa Indonesia misalnya, akan mendalami materi-materi yang akan diajarkan kepada peserta
didik. Sesuai dengan jenjang yang jadi tujuan mengajar, dan juga sesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan yaitu Kurikulum 2013.
Khusus untuk PPG Dalam Jabatan, studi bahkan dilakukan lebih spesifik lagi. Peserta PPG Dalam Jabatan yang mengajar Bahasa Indonesia di tingkat SMA misalnya, akan dikelompokkan dalam satu rombongan belajar. Mendalami khusus materi Bahasa Indonesi di jenjang tersebut. Inilah kenapa sistem kuliah PPG diberi sebutan Specific Subject Pedagogic (SSP).
Keluaran yang diharapkan ialah peserta PPG tidak lagi belajar Sastra Indonesia ataupun Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia secara keseluruhan seperti apa yang dilakukan selama kuliah.
“Jadi misal Bahasa Indonesia, yang PPG akan belajar bagaimana materi mata pelajaran tersebut untuk anak kelas tujuh SMP sampai 12 SMA. Apa saja materinya di kurikulum. Belajar Bahasa Indonesia secara umum sudah cukup, di PPG waktunya mendalami keprofesiannya sebagai guru,” ungkap Paris.
Selain mendapatkan materi, metode pembelajaran juga akan diberikan intensif sebagai penekanan dalam keprofesian guru. Oleh karena itu dalam kegiatan PPG, layaknya dituturkan Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY, terdapat kegiatan-kegiatan pokok seperti: 1) Workshop Perangkat Pembelajaran, 2) Microteaching, 3) Praktik Lapangan Kependidikan, dan 4) Ujian Kelulusan PPG
Digelar pada semester pertama, Workshop Perangkat Pembelajaran memuat pengenalan dan praktik merumuskan Silabus, Analisis KD (Kompetensi Dasar), Program Tahunan, Program Semester, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sesuai jenjang pendidikan yang diajarkan oleh bidang studinya.
Selain itu, dalam workshop juga membekali mahasiswa PPG dengan landasan hukum seperti Peraturan Pemerintah, UndangUndang, Keputusan Menteri, hingga perubahan kebijakan, dan lain sebagainya yang terkait dengan pendidikan. Hasil workshop akan
dipresentasikan di depan kelas dan dinilai saat minggu Pleno.
Selanjutnya dalam Microteaching, secara sederhana bisa dimaknai sebagai praktek mengajar di depan kelas. Menghadap para mahasiswa lain serta dosen, peserta kelas
akan mempraktekkan seolah-olah mengajarkan materi sesuai bidang studinya. Sesuai dengan silabus dan RPP yang telah mereka rancang saat Workshop, dan peserta keras
diibaraktkan siswa di sekolah yang sedang mendengarkan.
Sehingga urutannya secara umum: Workshop – Presentasi – Revisi – Peerteaching – Penjilidan. Sutrisna menyebut peserta PPG nanti kirakira melakukan peerteaching setidaknya selama lima kali. Satu SSP diibaratkan materi satu semester mengajar di sekolah, dengan semester 1-5 biasanya digunakan untuk materi, dan semester 6 adalah
drill untuk Ujian Nasional sehingga tidak banyak materi baru
“Desain PPG sangat intensif. Pakem desain yang saya sebutkan tadi sejatinya fleksibel. Jumlah workshop bisa lebih dari itu, misalnya workshop untuk menyusun Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Bisa disesuaikan sesuai bagaimana metode sang dosen mengajar atau kebutuhan bidang mapel itu,” tutur Sutrisna.
Dalam kegiatan PPG, terdapat kegiatan-kegiatan pokok: Workshop Perangkat
Pembelajaran, Microteaching, Praktik Lapangan Kependidikan, dan Ujian Kelulusan PPG.
Di samping praktek dalam kelas, peserta PPG akan melaksanakan Praktek Lapangan Kependidikan di sekolah mitra pada semester dua selama kisaran 4 bulan (satu semester). Selama praktik mengajar tersebut mahasiswa PPG akan menjalani tugas-tugas guru di sekolah berupa penyusunan perangkat pembelajaran, terlibat kegiatan ekstrakurikuler, hingga termasuk memenuhi tugas-tugas adminsitratif lainnya.
Selain itu, selama praktik mengajar tersebut juga dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini nantinya akan diuji dan dinilai dalam Ujian Kelulusan PPG, yang juga memuat Ujian TUlis Lokal dan Ujian Tulis Nasional (UTN). Materi-materi dalam ujian ini diantaranya kompetensi Sosial, Kepribadian, Pedagogik, dan Profesional.
“Itulah tahapan-tahapan PPG. Peserta PPG dinyatakan lulus UTN jika memenuhi nilai ambang batas yang ditentukan oleh Kemristekdikti. Bila belum lulus, berhak mengikuti ujian ulang. Yang lulus berhak ikut yudisium, Wisuda dengan pemberian gelar .Gr sebagai sertifikasi profesi keguruan yang diberikan Pemerintah,” tukas Sutrisna
Disediakan Fasilitas Asrama
Selain menjalani kehidupan akademik, peserta PPG prajabatan UNY disebut Sutrisna juga wajib tinggal di asrama. Baik itu Asrama Condronegaran yang terletak di Kampus FIP UNY Bantul, atau Asrama Wates.
Kuliah PPG terdiri dari 2 tempat yaitu Kampus UNY Wates dan Kampus UNY Pusat. Kampus UNY Wates digunakan oleh prodi PGSD,PG PAUD, Geografi, Ekonomi,
Sosiologi, Sejarah, PJKR dan PKn. Kampus UNY Pusat digunakan oleh prodi Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Teknik Mesin, dan Teknik Otomotif. Jika memerlukan transportasi dari asrama menuju ke Kampus Pusat UNY di Karangmalang, disediakan bis shuttle.
“Jadi para calon guru profesional tidak hanya kita didik secara akademis, tapi juga karakter dari hubungan sosial. Lewat kehidupan berasrama,” ungkap Sutrisna.
Tahapan tinggal di asrama kampus dimulai dari lapor diri dan orientasi. Akan ada tiga hari orientasi yang berisisi pendidikan wawasan kebangsaan dan seputar informasi kehidupan kampus serta akademik. Lalu, kehidupan asrama akan berlangsung seperti biasa.
Mahasiswa beristirahat di asrama, mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah, dan tak lupa bangun pada pagi harinya untuk mengikuti kuliah PPG. “Untuk makan siang di Kantin Kampus Wates, kami sediakan. Intinya PPG dibuat padat, intensif, dan menyiapkan anda sebagai guru profesional jebolan UNY, jebolan Yogyakarta,” pungkas Sutrisna.
No Responses