Suksesi kepemimpinan berhasil melahirkan sosok pemimpin baru. Sebagai tokoh yang pernah duduk di kursi tertinggi universitas, mereka turut andil dalam mendukung sang nakhoda, merekalah para rektor pendahulu.
Di bawah rindangnya suasana Fakultas Ilmu Pendidikan yang asri dan sejuk kami tim dari Pewara Dinamika Senin, (08/05/2017) menghampiri sebuah gedung yang kokoh berdiri di salah satu sudut fakultas yang memiliki warna hijau sebagai identitasnya. Aura akademik serasa kuat disaat terlihat beberapa mahasiswa mengelompok mendiskusikan sesuatu di sekitaran luar gedung. Di dalamnya terdapat bilik-bilik setengah kayu dan kaca dengan nama si empu pada tiap pintunya.
Di salah satu ruang itulah Prof. Dr. Rochmad Wahab, M.Pd., MA. kini menghabiskan waktunya. Selain mengajar di kelas ia biasa berada di sana untuk mendengarkan konsultasi mahasiswanya. Rektor yang menjabat selama dua periode tersebut baru saja mengakhiri masa jabatannya pada Februari lalu.
Ditemui tim Pewara Dinamika ia memaparkan beberapa point mengenai kondisi UNY serta harapan ke depan untuk UNY yang lebih baik. Pria kelahiran Jombang tersebut memulai penjelasannya mengenai akreditasi. Berbagai upaya dan program telah dilaksanakan untuk meraih akreditasi A. Selanjutnya ia berharap perlu ditingkatkan dan dimanfaatkan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan akreditasi prodi agar mencapai lebih dari 50%. ”Kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk akreditasi. Alhamdulillah sudah A. Ke depan akreditasi jurusan saya harapkan lebih dari 50%,” ungkapnya.
Angka putus sekolah atau studi yang masih tinggi menjadi perhatian Rochmat Wahab. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk menanggulangi masalah tersebut dari UNY. Peningkatan sarana prasarana perguruan tinggi, peningkatan income generating melalui pengelolaan di bawah Badan Pengelolaan Pengembangan Usaha (BPPU) maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak Bdan Layanan Umum (PNBP BLU), peningkatan output/produk perguruan tinggi melalui penelitian, jurnal terakreditasi, artikel, proceeding dan jurnal terindeks nasional maupun internasional. “Masalah publikasi jurnal ini juga penting. Harapannya terus dikembangkan budaya menulis itu,” ungkapnya.
Selanjutnya pada bidang keuangan, implementasi keuangan berbasis kinerja dalam perencanaan maupun pengelolaan keuangan perlu dikaji dan dikembangkan, sehingga dapat diimplementasikan secara maksimal sistem penganggaran berbasis kinerja dan sistem remunerasi yang transparan dan akuntabel.
Pada bidang kemahasiswaan, lanjut Rachmat, perlu ditingkatkan jenis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sesuai keperluan dan pemantapan manajemen kegiatan kemahasiswaan serta pemberdayaan SDM untuk meningkatkan prestasi mahasiswa dalam berbagai kompetisi, dari tingkat wilayah, daerah, nasional, hingga internasional. Terkait hal tersebut, kebutuhan anggaran untuk kemahasiswaan sangat besar. Sayangnya dana tersebut masih terbatas, sehingga perlu upaya dan strategi untuk meraih dana dari sponsor atau mitra, ”Anggaran untuk kemahasiswaan itu besar. Sayang masih terbatas. Jadi perlu strategi agar bisa meraih dana dari mitra,”.
Sementara itu, ia juga melihat bahwa untuk menghadapi persaingan yang lebih ketat di era globalisasi, pengembangan, kerjasama dan internasionalisasi kelembagaan perlu ditingkatkan lagi. “Pengembangan dan kerjasama mutlak diperlukan agar UNY bisa berkembang. Jadi bisa menghadapai kompetisi perguran tinggi di era globalisasi ini,” katanya. Peningkatan tersebut dapat melalui kegiatan pemantapan manajemen dan kerja sama, perintisan internasionalisasi akreditasi prodi, seminar dan forum ilmiah tingkat internasional, transfer kredit, joint research, joint degree, dan peningkatan penguasaan bahasa internasional dan teknologi informasi.
Pada bidang teknologi informasi, lanjut Rochmat, pengembangan Sistem Informasi Akreditasi yang sudah dilakukan masih perlu penyesuaian dengan requirements borang yang lebih baru, perluasan coverage area wifi baru mencapai 60% sehingga masih terdapat 40% wilayah yang belum terjangkau wifi. Pengembangan Computer Based Test (CBT) dan single sign-on (SSO) juga perlu dilakukan agar bersinergi dengan berbagai aspek layanan. ”Pengembangan CBT yang sudah mulai dirintis di program Pascasarjana perlu dikembangkan. SSO juga agar bisa bersinergi dengan aspek layanan,” ujarnya.
Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berorientasi pada kinerja dan modernisasi layanan perguruan tinggi masih belum sesuai harapan. Ia berharap pemberdayaan SDM dan budaya kerja yang berkualitas perlu dikembangkan untuk mengimbangi adanya peningkatan berbasis teknologi informasi. “SDM yang berorientasi IT dalam pelayanan universitas masih belum sesuai harapan. Semoga bisa dikembangkan,” paparnya.
Di tempat lain rektor UNY periode 1999-2005 Prof. Suyanto, Ph.D. mengaku mendukung kepemimpinan Sutrisna Wibawa. Ia diminta untuk menjadi tim pengembang UNY. Tim ini nantinya akan diminti pertimbangan-pertimbangan terkait bagaimana arah UNY ke depan. Suyanto sendiri diminta untuk menjadi tim bidang lingkungan yang menjaga green and clean. “Saya mendukung melalui tim pengembang, Saya diminta untuk menjadi tim yang menjaga green and clean kampus ini, untuk lingkungan,” jelasnya.
Tak hanya dirinya, para rektor pendahulu juga diajak Sutrisna dalam kepemimpinannya. Suyanto sendiri mengaku siap jika sewaktu-waktu dimintai pendapat demi kemajuan institusi.
Di awal periode ini ia melihat perhatian yang tinggi terhadap penerapan manajemen kebersamaan dan keterbukaan melalui tagline “Smart and Smile”. Menurutnya, setiap jaman memiliki tantangan yang berbeda-beda. Tantangan pada saat ia menjabat tentu berbeda dengan tantangan saat ini. Di bidang akademik, angka mahasiswa S2 sangat minim, dan finance sangat kecil anggarannnya. Sarana dan prasarana juga masih minim. Sebagai contoh mobil dinas tidak sebanyak saat ini. Dekan tidak memiliki mobil dinas pada saat itu. Walaupun kemudian diadakan dan digunakan secara bergiliran. Peningkatan nilai Toefl saat itu juga menjadi perhatian khusus. Jika ingin menjadi lektor, dosen harus memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang mumpuni. Suyanto dalam hal ini bertugas untuk meletakkan pondasi yang kokoh untuk UNY di masa mendatang “Jaman saya jadi rektor saya harus meletakkan pondasi yang kokoh untuk UNY di masa depan,” ungkapnya.
Dengan mengusung tagline publish or perish ia berusaha meningkatkan budaya menulis di kalangan civitas akademika. Siapapun yang dapat menulis di koran diberikan intensif. Hal tersebut masih diberlakukan hingga sekarang walaupun sampai saat ini belum ada perubahan tarif. Ia menekankan bahwa publikasi jurnal harus ditingkatkan. “Publikasi jurnal harus ditingkatkan. Harus dipaksa meningkat,” katanya.
Guru besar bidang ekonomi tersebut masih menjalin hubungan yang intens dengan Sutrisna. Pertemuan formal maupun informal masih mereka lakukan. Hubungan rektor baru dan lama katanya perlu dijaga dengan baik.
Harapan besarnya dengan dipilihnya Sutrisna sebagai rektor mampu membawa UNY menjadi universitas yang maju minimal di tingkat Asia Tenggara. “Saya kira tiap pemimpin punya cita-cita dan komitmen apalagi karena sudah berpengalaman juga. Harus sama-sama. Harapannya UNY harus maju, dan kemajuan itu jangan membuat kesengsaraan orang, bisa maju di kawasan Asia, minimal Asia Tenggara” pungkasnya.
No Responses