EXI BACKYARD SESSION : Youtuber Hits dari Karangmalang

 LAPORAN UTAMA

Tak pernah terlintas impian untuk memperoleh ratusan ribu viewers dan menjadi Youtuber hits dalam benak Muhammad Isa, mahasiswi UNY.

Ialah sang penggagas EXI Backyard Session, ketika awal menggagas EXI Backyard Sessions di tahun 2016. Pada kala itu, lagu Hello yang ditulis Adele menjadi awal perkenalan komunitas musik tersebut kepada khalayak dunia maya. Tanpa disangka, ribuan viewer dan komentar positif langsung menghantam kanal youtube band tersebut. Mengapresiasi video-video cover yang dibuat band tersebut dengan cara menyanyikan ulang lagu-lagu terkenal.

Gimana mau nyangka. Video pertama aja, suara ayam sliweran kedengeran petok-petok gitu pas kita lagi main. Pencahayaan videonya saja pakai lampu belajar. Ee…lha ndilalah (kebetulan) kok responnya bagus, pada minta kita bikin lagi,” kenang Isa sembari tertawa.

Hompimpa untuk Menunjuk Penyanyi

Hingga saat ini, EXI yang telah mengunggah puluhan video cover tersebut beranggotakan 13 punggawa komunitas. Disebut komunitas, karena mereka tak mau jika harus disebut band dan mengabdikan diri untuk mengkomersilkan musik. Bagi Isa dan kawan-kawannya yang sama sekali tak berlatar belakang musik, komunitas lintas jurusan UNY yang kini telah menjadi alumni tersebut disatukan dalam harmoni dan guyub yang dibawa oleh musik.

“Jadi niatnya itu have fun. Hobi. Kumpul kumpul aja selepas kesibukan kerja. Dan nama EXI itu, kebetulan nama kantor kita. Alumni UNY banyak yang ngumpul disitu dari jurusan sastra sampai IT dan ekonomi. Guyublah kita lewat komunitas itu,” ungkap Isa bangga.

Karena komunitas itu didasarkan atas mengisi waktu senggang saja, hingga saat ini mereka tak punya posisi tetap bagi masing-masing personelnya. Untuk posisi vokalis misal, siapapun yang saat itu sedang penat bekerja dan ingin bernyanyi langsung saja dipersilahkan untuk memegang mic dan melantunkan nada. Bahkan terkadang, jika tak ada yang mau menjadi vokalis, mereka kerap menunjuk salah seorang rekan di komunitas itu sebagai kalah-kalahan, maupun melakukan hompimpa untuk menunjuk siapa yang paling apes. Hal yang sama juga terjadi dalam penunjukan editor dan sound engineer. Semua orang pada umumnya asal saja ditunjuk maupun bergabung karena penasaran. Dari situ, mereka berusaha mematahkan stigma bahwa musik hanya dikuasai oleh orang-orang yang terlatih dan bermodal saja.

“Sebegitu selo-nya memang kita. Sampai hompimpa untuk menentukan siapa yang nyanyi. Ya karena memang gak ada yang mau, dan yang nyanyi itu kadang kita tunjuk kalah-kalahan. Bukan karena posisi vokalis itu gak baik. Cuma karena malu-malu aja biasanya,” canda Isa.

Seiring waktu, kepiawaian EXI dalam melantunkan musik dan membuat video Youtube yang dipandang cukup baik, membuat EXI kedapatan berbagai job. Mulai dari sekadar membuat video klip lagu untuk komunitas atau badan usaha, membuat video pernikahan dan dokumentasi acara berbasis musikal, serta menerima pendapatan iklan dari videonya yang dipasang di Youtube. Hal itulah yang membuat komunitas EXI semakin semangat untuk membagikan karyanya kepada khalayak, sembari terus belajar untuk memperbaiki kualitas sembari mendapatkan pundi-pundi rupiah.

Kini, EXI dalam setiap pembuatannya mengusung konsep one take cover. Yaitu pengambilan secara utuh satu lagu tanpa dipotong-potong, agar bisa menghasilkan video yang terkesan alami dan live. Walaupun diharapkan menghasilkan karya yang baik, seringkali pilihan tersebut harus berujung karena usaha ekstra karena adanya kesalahan mewajibkan mereka untuk melakukan pengambilan video ulang dari awal.

“Apalagi penyanyi kita kan bukan penyanyi beneran. Itulah kenapa kami pernah rekor take ulang, sampai 25 kali nyanyi lagu untuk video yang cuma lima menit. Tapi selama have fun, kenapa tidak?,” pungkas Iden, salah seorang anggota EXI.

No Responses

Comments are closed.