Garuda boleh jadi hanya burung imaji yang diterbangkan Wisnu. Tapi oleh Fauzi, sang Driver UNY, burung yang menjadi simbol negara Indonesia itu dikepakkan lebar-lebar di negeri orang. Bukan dengan cara dihempaskan di udara. Tapi lewat kelihaiannya menunggangi Garuda hingga garis finish, dalam ajang Shell Eco Maraton 2018 di Singapura dan London.
——
Di penjuru nusa, Garuda muncul dalam berbagai kisah mitologi kuno. Relief Prambanan, layaknya dikisahkan Sultan Hamid II sebagai perancang lambang negara tersebut, adalah salah satu yang mentautkan kisah sang burung sebagai kendaraan Wishnu. Melambangkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan, hingga kedisiplinan. Selepas negeri ini merdeka, ia ditautkan perisai yang menggaungkan lima landasan sekaligus cita-cita kita bersama.
72 tahun Indonesia merdeka, buih semangat cita-cita itu tak pernah diharapkan usai oleh segenap bangsa. Sehingga ketika knalpot mobil tipe Urban milik Garuda UNY berderu kencang di penjuru Queen Elizabeth Olympic Park Stratford, London, Fauzi bersama timnya berharap bahwa perjuangannya menggemakan hal yang sama.
Tunggangannya boleh jadi tak terbang. Tapi Fauzi, tetap semangat menunggangi sang besi bermotor dengan empat roda itu dari balik kemudi. Sembari tetap membumbungkan tinggi harapan, agar membanggakan setiap pendukungnya. Pendukung yang ia maksud, bukan hanya segenap suporter maupun orang tua yang ada di rumah. Namun juga seluruh universitas yang sedang dan telah mendoakannya, serta panji-panji bangsa yang hendak dikibarkannya.
“Semua perjalanan panjang, perjalanan panjang sejak kompetisi di tingkat Nsional dan Regional Asia, dan akhirnya berhasil mendapatkan tiket bertanding di Drivers’ World Championship di London, ini untuk UNY. Juga untuk nama “Garuda” yang kita bawa dan kita banggakan,” pungkas Fauzi mantap.
Awalnya dari Tumasek
Jika Patih Gadjah Mada dulu bersumpah untuk menaklukkan Tumasek sebagai bagian dari perjuangannya menyatukan Nusantara, Fauzi berkisah bahwa ia bersama tim pada awalnya harus menaklukkan Singapura untuk mengibarkan panji-panji Garuda lebih jauh lagi. Shell Eco-marathon Asia (SEMA) 2018 yang diadakan di Changi Exhibition Center, Singapura, menjadi ajangnya. Kompetisi tersebut berlangsung selama 5 hari, terhitung sejak hari pertama, Rabu (07/03/2018) hingga Minggu (11/03/2018).
Gelaran tersebut merupakan tahun kedua Garuda UNY Racing Team, kerap dijuluki sebagai GURT, berpartisipasi dalam kompetisi tersebut. Pada tahun pertama, GURT berhasil menyabet gelar juara 3 untuk kategori Urban Concept ICE (Internal Combustion Engine) dengan hasil 221 km/L.
Guna mempertahankan prestasi yang sama, Fauzi berkisah bahwa universitas pada tahun ini mengirimkan 16 orang delegasi dengan didampingi seorang advisor yang menjadi bagian dari tim. Mobil yang mereka bawa, dijuluki “Urban Garuda 18” (UG – 18). Pada awalnya, target yang ditetapkan tak muluk-muluk amat. Pokoknya, ujar Fauzi, wajib memperoleh hasil yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.
“Bila sebelumnya menduduki posisi ketiga, tim berharap pada ajang tersebut bisa meningkat. Kami juga berharap bisa lolos ke DWC (Drivers’ World Championship) di London bulan Juli nanti,” tutur Ilham Nofi Yoga, selaku team manager pada kala pertandingan di Singapura.
GUT telah selesai melaksanakan hari pertama kompetisi yang dimulai pukul 08.30 waktu setempat. Tim tiba di Changi Exhibition Centre pada pukul 11.00. Setibanya di venue, tim langsung melakukan check-in yang kemudian segera disusul pelaksanaan technical inspection (TI).
Sebelum check-in, tim terlebih dahulu menyiapkan dokumen-dokumen sejak pagi hari. Begitu check-in selesai, tim langsung membuka kargo mobil untuk kemudian di-repair bagian-bagian yang kurang sempurna. TI di hari pertama berlangsung selama 6 jam yang dimulai pada pukul 13.00 sampai dengan 19.00. Proses pengecekan kendaraan yang kemudian dilanjutkan hingga pukul 21.45 tersebut berhasil dilalui tim dengan melakukan pengecekan pada fuel line.
Namun dikarenakan waktu TI hari pertama sudah usai, tim diminta untuk melanjutkan TI di hari esok yang akan dimulai pada pukul 07.30. Untuk TI hari kedua, tim akan dihadapkan dengan pengecekan komponen lain pada kendaraan UG-18. Hari selanjutnya, ajang menjadi mobil paling irit sesuai dengan tajuk kompetisi “urban” yang dipertandingkannya, dimulai.
Keunikan dari kompetisi ini, ungkap Fauzi, adalah kewajiban tiap tim untuk memastikan bahwa kendaraan yang mereka bawa dan tunggangi bisa menyelesaikan 9 lap sejauh 10 kilometer, dengan bahan bakar dan kecepatan yang dibatasi panitia. Mereka yang menghabiskan bahan bakar dengan takaran kilometer per liter paling tinggi, atau dapat disebut sebagai kendaraan yang paling efisien menggunakan bahan bakar, akan menjadi pemenang ketika menembus garis finish terlebih dahulu
“Terus kerja keras, dan intinya kita lomba irit-iritan. Walaupun tantangannya menarik, karena mobil tipe urban itu secara desain diciptakan sebagai mobil hemat, tapi dalam praktiknya kita jadikan mobil balap sesama mobil hemat,” ungkap Fauzi.
Perjuangan tersebut kemudian berbuah manis. Tak hanya berhasil menduduki posisi ketiga dalam perlombaan tersebut, Festival Make The Future Asia di Singapura yang menjadi penutupan ajang kompetisi, meneguhkan tiga perwakilan Indonesia untuk menyapu bersih gelar pengemudi tercepat dan hemat energi di Asia bagi tiga kampus di Indonesia. Selain Garuda UNY Eco Team, nama resmi GURT dalam kompetisi ini, meraih podium ketiga, tempat pertama disabet oleh tim Semar Urban UGM dan tempat kedua diduduki oleh ITS Team 2.
Ketiga tim tersebut siap bersaing dengan tim-tim dari Amerika dan Eropa di kompetisi adu cepat mobil hemat energi di Drivers’ World Championship Final di London pada bulan Juli selanjutnya. Sementara itu, Garuda UNY ECO TEAM juga mendapat penghargaan Off-track untuk kategori Safety (keselamatan) untuk desain kendaraan UrbanConcept-nya.
“Selanjutnya ketiga tim pemenang akan berhadapan dengan tim-tim UrbanConcept terbaik dari kawasan Amerika dan Eropa dalam putaran Grand Final yang digelar di ajang Make the Future Live di London, Inggris pada 8 Juli 2018. Ini yang jadi pengalaman kita kala di London,” kenang Fauzi.
Terus Berlatih walau Puasa
Kemenangan pada bulan Maret, menurut Fauzi bukan akhir dari perjalanan. Agenda rutin latihan yang dilakoninya bersama kawan-kawan sejak persiapan lomba menuju ke SIngapura, justru berlangsung lebih intens. Mobil baru tiba di Indonesia selepas perjalanan kargo sekitar awal Mei. Menginjak awal puasa, Fauzi dan kawan-kawan tak terhalang untuk latihan kembali.
“Jadi puasa kami tetap berlatih. Walaupun jika dihitung-hitung, hanya 10 hari latihan. Karena setelah itu, mobil dikirim kembali ke London. Harus dikirim agak lama, karena kargo,” kenang Fauzi. Saat lebaran, Fauzi mengungapkan bahwa ia sebagai driver hanya ditugaskan menjaga kebugaran tubuh. Hal tersebut tetap dilakoninya di sela-sela libur lebaran, kala berkunjung ke rumah keluarga dan saudara di Gunungkidul dan Klaten.
Stadion Maguwoharjo dan Stadion Sultan Agung, kala berlatih menjadi pilihan tim GURT untuk menjajal mobil urban tersebut. Kemampuan manuver kala berbelok hingga menjaga stabil kecepatan kendaraan, terus dipupuk dalam diri Fauzi. Sama sekali tak ada rasa debar dalam dada, kala pertandingan maupun berlatih. Tak terkecuali di Singapura, dan juga di London pada akhirnya. Menunjukkan keberanian, hingga jam terbang yang tinggi.
“Awalnya tentu, tetap pernah grogi. Terlebih waktu pertandingan pertama kali di Kenjeran Surabaya (KMWE 2017), dimana saya didapuk sebagai driver. Tapi saya sudah lama ikut GURT, dan waktu SMK juga ambil Teknik Otomotif. Hobi masa kecil juga memodifikasi sepeda. Sehingga saya telah lama akrab dengan sepeda,” kenang Fauzi yand diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif UNY lewat jalur SNMPTN
Semua hasil latihan tersebut, kemudian dilengkapi dengan pesan dan dukungan langsung dari lapangan yang diberikan Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa, kepada Fauzi dan seluruh delegasi, untuk menjaga kesehatan selama berkompetisi. Wakil Rektor I UNY, Prof. Dr. Margana, M.A. juga berpesan kepada tim untuk menjaga semangat dan sportivitas selama bertanding. “Hasil akhir telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Kita sebagai umat hanya dapat melakukan yang terbaik,” pesan beliau.
Tak hanya itu, pesan dan nasihat turut disampaikan oleh Wakil Rektor II UNY, Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd. “Kepercayaan diri dan doa adalah kunci utama, harus dijaga betul. Allah akan membimbing. Target utama kita adalah juara di samping dikenal dunia. Adik-adik bisa dikenal dunia sehingga nama universitas makin naik. Menjadi mahasiswa UNY tidak perlu minder. Adik-adik sedang mewujudkan hal itu,” ujarnya saat acara pelepasan delegasi.
Tanpa berleha-leha, begitu tiba di London, Fauzi dan tim langsung bergegas membongkar kargo dan menyeting kendaraan di venue yang bertempat di Queen Elizabeth Olympic Park, London. Panitia kompetisi sangat antusias menyambut tim dan langsung memberi arahan kepada tim-tim yang akan bertanding dengan mengadakan mandatory briefing pada pagi hari sebelum acara dibuka.
DWC bukanlah satu-satunya kompetisi yang tengah diadakan. Kompetisi adu inovasi untuk teknologi masa depan yaitu Shell Eco-marathon Eropa 2018 juga telah lebih dulu berlangsung sebelum DWC. Kompetisi tersebut lagi-lagi mengundang tim-tim terbaik Eropa untuk membuktikan kekuatan dan kehematan kendaraan buatan mereka di hadapan khalayak umum. Kesempatan bertandang ke Eropa terlebih sebagai perwakilan dari Asia tentu saja membuat Garuda UNY patut berbangga. Tim dapat berinteraksi dan berbagi pikiran dan ilmu dengan dunia luas sehingga menambah pengalaman bagi delegasi.
Diiringi dengan doa dan restu seluruh civitas akademika UNY dan masyarakat umum, delegasi Garuda UNY mengikuti kompetisi dengan bersemangat yang nampak saat tim melakukan penyetingan pada kendaraan yang dibawa, Garuda Urban Gasoline-18 (UG-18). Kendaraan diatur sedemikian rupa hanya dalam waktu 1 hari saja. Pada hari pertama kompetisi, UG-18 telah siap untuk diadu dalam technical inspection (TI) atau pemeriksaan teknis. Dengan berbekal persiapan yang matang, tim yakin akan lolos dan langsung mendapat kunci acara yang ditunggu-tunggu yaitu Grand Final 2018 Drivers’ World Championship.
“Langsung briefing, practice, dan Alhamdulillah dalam pertandingan final kita bisa menyelesaikan pertandingan. Walaupun hasilnya belum maksimal, dimana UNY belum mampu mengibarkan panji-panjinya sebagai jawara, ini jadi pelajaran dan pengembangan diri bagi saya dan kita semua,” tukas Fauzi.
Tempat Tanggal Lahir: Gunungkidul 9 Juli 1996
Latar Belakang Pendidikan:
Teknik Otomotif, SMK Yappi wonosari (2012-2015)
Pendidikan Teknik Otomotif, Universitas Negeri Yogyakarta (2015-sekarang)
No Responses