FC UNY petarung serius di lapangan hijau. Siap melibas segala lawan tanpa ampun.
Menit ke-67, Yunan Fardanu berhasil menyamakan kedudukan ketika main tandang melawan PS Protaba Bantul. Memecah kebuntuan pertandingan panas yang diwarnai enam kartu kuning, untuk akhirnya memetik satu poin krusial yang layak diacungi jempol karena para punggawa tim yang seluruhnya mahasiswa aktif UNY itu, harus bertanding di Liga 3. Melawan kesebalasan lawan yang nyaris seluruhnya profesional.
Tapi bagi Qo’id Naufal Aziz, sang pelatih FC UNY, pencapaian gemilang dan kiprah FC UNY di kancah persepakbolaan profesional itu sebenarnya bukan suatu hal yang spesial-spesial amat. Segala jalannya pertandingan, termasuk bagaimana pemain tim dan pemain lawan berperilaku, sebenarnya sudah dapat diketahui oleh sang pelatih. Bukan lewat cara-cara culas mengatur skor pertandingan, tapi dengan analisa prediksi pertandingan, dan aspek keilmuan yang coba dihadirkan oleh FC UNY.
“Kita bangun tim analisis terdiri atas tujuh orang. Tugasnya menonton pertandingan dan taktik calon lawan satu-satu, lalu kita pelajari keunggulan dan kelemahannya. Itulah yang sempat jadi keunggulan kami, karena tim Liga 1 saja masih jarang pakai analis. Seringnya waton saja. Sedangkan kita, pinginnya nendang bola itu harus pakai analisa!” ungkap Qo’id yang bangga atas tradisi keilmuan olahraga UNY. Menjadikan FC UNY sebagai bukti nyata bagaimana sport science bisa dikawinkan dengan aktivitas fisik di lapangan, hingga menghasilkan prestasi dalam kemesraannya.
Jadi Sorotan dalam Dua Tahun Kiprahnya
FC UNY, disebut Qo’id Naufal, sebenarnya dibentuk untuk coba-coba aja. Kala itu, mereka yang tergabung pada UKM Sepakbola UNY ingin mendapatkan jam terbang dan atmosfer kompetisi profesional sesungguhnya. Terlebih lagi, fasilitas yang selama ini digunakan untuk pelatihan sepakbola para mahasiswa UNY juga cukup mumpuni.
“Ya kan UNY itu, GOR ada, bola ada, tempat fitness ada, dosen-dosen pelatih banyak juga, anak-anak sudah punya dasar ilmu olahraga juga, dan sering jadi jujugan tim-tim nasional untuk berlatih dan asah kemampuan juga,” ungkap Qo’id.
Dari pertimbangan itulah, FC UNY kemudian didirikan dibawah pimpinan coach Guntur Cahyo Utomo, untuk ikut pada Liga Nusantara (sekarang Liga 3) di tahun 2016. Beberapa mahasiswa dari beragam jurusan se-UNY yang tergabung dalam UKM tersebut, serta dipandang oleh sang pelatih cukup kompeten, langsung direkrut ke dalam tim. Begitu pula dengan dana operasional yang disokong dari sponsor maupun kerjasama dengan UNY, sehingga tak pernah mengalami problematika kesulitan dana.
“Semua yang handle pengurus. Dana operasional pokoknya selalu cukup. Kita tinggal main dan banggakan UNY,” ungkap Qo’id
Dalam perjalanannya, betapa FC UNY senantiasa ingin menjadi profesional, tantangan khas keorganisasian mahasiswa juga dapat dipastikan muncul. Setiap latihan sore di hari Senin, Rabu, dan Jum’at, ada saja kadang mahasiswa yang berhalangan hadir karena kesibukan perkuliahan. Dalam beberapa kesempatan bahkan, jadwal pertandingan bertabrakan dengan jadwal kuliah maupun bimbingan dan sidang skripsi. Namun, FC UNY biasa membuatkan izin dispensasi pembelajaran bagi para anggotanya yang hendak mengikuti pertandingan, dan disambut baik oleh pihak kampus.
“Bagi kita kuliah tetap nomor satu, karena mereka datang ke UNY tujuan utamanya ya untuk kuliah. Termasuk kadang masalah yang paling berat itu, gizi. Mahasiswa kan makannya ngirit dan seringnya gak sehat,” ungkap Qo’id.
Namun, semua tantangan tersebut terbayarkan oleh FC UNY dengan pola latihan yang baik dan keberadaan tim analisis. Sport Science memberikan ruang bagi mereka untuk senantiasa memaksimalkan potensi yang ada ditengah keterbatasan. Waktu pun kemudian membuktikan kolaborasi kerja keras tim analis.
Dalam dua tahun kiprahnya, FC UNY berhasil mendapatkan Juara 3 Liga Nusantara Regional DIY tahun 2016 dan telah merintis tim akademi U-15 dan U-17 yang berisi para pelajar SMP dan SMA. Guntur yang dulunya menahkodai FC UNY, bahkan kini ditarik menjadi Asisten Pelatih Timnas U-19 karena dianggap piawai dan mumpuni secara keilmuan.
“Dan ke depan, target kami adalah terus berbenah menjadi profesional. Squad kami yang seluruhnya mahasiswa, harus dipandang sebagai kekuatan dan keunikan tersendiri. Dengan analisa dan kerja keras, bisa lah promosi ke Liga 2,” pungkas Qo’id dengan ambisius.
No Responses