Balon Pendapat Festival Pancasila UNY: Ketika Yogyakarta Bersatu
Selalu ada hikmah dibalik masa-masa sulit. Yogyakarta sebagai bagian integral dari NKRI dan bersama-sama khawatir atas maraknya intoleransi, radikalisme, dan terorisme, bersatu dalam satu asa untuk melawannya. Para tokoh Yogyakarta bersatu, mengumandangkan di depan khalayak civitas Universitas Negeri Yogyakarta dalam gelaran festival Pancasila, bahwa Pancasila masih tetap di hati mereka. Juga di hati seluruh warga Yogyakarta.
Berikut kutipan singkat para tokoh, kala berorasi dalam gelaran tersebut pada Rabu, 6 Juni 2018
Prof. Ahmad Syafii Maarif
Anggota Dewan Pengarah BPIP, Guru Besar FIS UNY
Kita sudah punya Pancasila, tapi bangsa ini harus kita yakini belum selesai perjuangannya. Memang telah banyak kemajuan dan prestasi, namun kita juga masih punya banyak persoalan. Ketimpangan sosial misalnya, menjadi pemicu kerentanan terorisme. Mari kita bawa nilai keadilan sosial dalam Pancasila untuk turun dan terlaksana dalam segi kehidupan bangsa, guna memperbaikinya!
Yudi Latief Ph.D.
Kepala BPIP (2018), Dosen PKnH UNY
Bertemunya peringatan pancasila di bulan puasa dalam satu titik konjungtur, merewind back memori kepada momen-momen masa lalu ketika pendiri bangsa menyatakan kemerdekaan negeri ini juga di bulan Ramadhan. Mereka telah meneladankan, bagaimana pelaksanaan merasuk dalam jiwa dan menjadikan jiwa kita menjadi lebar, bersatu, berbagi, dan saling mencintai. Semua berpadu dalam bentuk jiwa gotong royong.
Prof. Sutrisna Wibawa
Rektor Universitas Negeri Yogyakarta
Jangan katakan Pancasila ajaran thagut, sebab sila pertamanya adalah ajaran ketauhidan. Jangan katakan Pancasila tidak pro kerakyatan, sebab kemanusiaan dan keadilan sosial menjadi nyawa Pancasila. Ditengah gegap gempita kemajuan zaman yang penuh tantangan kebangsaan, mari kita sama-sama berdiri dan bersatu dalam bingkai Pancasila, sembari terus berprestasi untuk Indonesia raya. Mari berikrar dengan bangga: kita Pancasila, kita Indonesia!
Prof. Suyanto
Rektor Senior UNY, Guru Besar FE UNY
Internalisasi Pancasila di masa lalu, dianggap begitu menjengkelkan dan politis. Sehingga ketika saya mengetuai perancangan draft UU Sisdiknas, Pendidikan Pancasila dihapus dari kurikulum. Namun bukan berarti dihilangkan, ia bereorientasi. Karena tafsir Pancasila beraneka dan bukan harga mati, juga bukan milik sekelompok orang saja.
Prof. Panut Mulyono
Rektor Universitas Gadjah Mada
Pancasila sebagai dasar negara tidak akan, dan tidak seharusnya surut dalam jiwa kita semua. Ia adalah karakter dan identitas bangsa, sekaligus pengikat komitmen bersama seluruh elemen melintasi batas dan sekat-sekat perbedaan yang mungkin kita miliki. Mari tetap jadikan Pancasila sebagai wadah kebhinekaan, yang mempersatukan dan tertanam kuat dalam kepribadian.
Prof. Sari Bahagiarti
Rektor UPN Veteran Yogyakarta
Komtimen dan pernyataan sikap UPN Veteran Yogyakarta telah final: sebagai kampus bela negara. Mari kita menjadi garda terdepan menegakkan dan membela empat pilar kebangsaan, sembari terus membela Pancasila dari ancaman ideologi lain yang tak sejalan dengan jati diri bangsa. Mari kita tolak intoleransi dan radikalisme!
Dr. Bambang Supriyadi
Ketua Kopertis V Yogyakarta
Persatuan di Indonesi mudah terwujud jika pilihan, ketetapan, program, kebijakan, dan setiap langkah yang dilakukan dan dituju, senantiasa berlandaskan pada satu asa: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terpenuhinya keadilan adalah pilar yang vital bagi persatuan bangsa.
Prof. Yudian Wahyudi
Rektor UIN Sunan Kalijaga
Indonesia ini negara penuh mukjizat. Ia terjajah dan tercabik-cabik ratusan tahun, terdiri atas berbagai kerajaan, kedaerahan, serta agama, namun tetap menyatu seiring pekikan takbir kala mengangkat bambu runcing. Pancasila lah, yang mampu membuat kita keluar dari berbagai himpitan itu dan menghadirkan mukjizat bagi negeri ini.
Henry Feriadi, Ph.D.
Rektor Universitas Kristen Duta Wacana
Kita tak pernah memilih terlahir seperti apa, tapi dunia ini menjadi indah karena beragam. Pancasila, sebagai hadiah terbesar bagi negara ini, terus merawat keindahan tersebut.
Dr. Pardimin
Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Sebagai ruh dan hati bangsa, Pancasila ibarat penyebut yang sama dalam matematika. Kita boleh berbeda pembilang dan kuantitas. Tapi ketika dijumlahkan, kita tetap bisa bersatu dalam bingkai Indonesia.
Johannes Eka Priyatma, Ph.D.
Rektor Universitas Sanata Dharma
Pancasila adalah kerangka yang kuat dan hebat untuk menjamin kebersamaan hidup kita sebagai bangsa. Mari terus jaga kerangka ideologis ini, dan mengamalkannya dalam keseharian kita.
Prof. Suminto A. Sayuti
Guru Besar FBS UNY, Seniman
Dengan tiang keragaman budaya, huruf dan kata menjadi ornament dinding. Kita merumahkan diri, lewat lintasan lintasan sunyi tapi abadi. Pancasila rumah kita, rumah untuk kita semua.
Prof. dr. Sutaryo, Sp.A(K)
Guru Besar FK UGM, Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pancasila UGM
Doa kita senantiasa terhatur seiring semangat kebangsaan . Bahwa perjuangan dan amal bakti Bung Karno dan para pendiri bangsa, kita lanjutkan dengan tetap menjaga marwah Pancasila.
Raden Wedono Hasto Prakoso
Ketua Sekber Keistimewaan DIY
musuh-musuh Pancasila hari ini menyusup dan menginfiltrasi kemana-mana. Marilah kita bersama-sama bergandengan tangan untuk terus senantiasa membangun gerakan-gerakan untuk tumbuhnya Pancasila sampai kapanpun.
No Responses