Kegemarannya mengolah bola basket sejak SD hadir dengan asa yang sederhana: ingin masuk koran Jawa Pos. Waktu berjalan, menjebloskan tiga poin ke jaring lawan ternyata membuatnya kecanduan. Sebuah hobi positif yang melambungkan nama UNY, sekaligus menjadikan Intan manusia super kuat.
Tidak banyak tim yang mau dijuluki oleh komentator sebagai kuda hitam. Tapi pada saat bergabung di UKM Basket UNY pada tahun 2016 dan ikut sebagai salah satu tim yang mewakil UNY di Liga Mahasiswa, tim Intan justru dengan bangga menjuluki dirinya sendiri sebagai kuda hitam.
“Ada kakak tingkat dan temen yang ngebanggain banget. Wah anak basket UNY. Kayak artis dipuji sana-sini seolah menjadi artis fakultas. Tapi menurut saya, halah biasa saja. Kami ini kuda hitam, bahkan aku kurang setuju kalau aku disebut mahasiswa berprestasi,” ungkap Intan merendah sembari tertawa malu.
Usut punya usut, sebutan kuda hitam mulanya tak mereka maksudkan untuk menyebut timnya tak menduga akan menang. Mereka memiliki kompetensi, keahlian, dan ilmu basket yang mumpuni.
Kebetulan saja, banyak anggota tim mereka yang berkulit hitam dan mampu berlari sangat kencang. Jadilah intan bersama tim bersepakat. Mereka menjuluki diri sebagai tim kuda hitam tak hanya untuk merujuk pada fisik, tapi juga doa bahwa mereka bisa memperoleh prestasi setinggi-tingginya tanpa diduga banyak orang.
“Puji Tuhan akhirnya UNY Peringkat 3 Jogja dan masuk Play Off ke Semarang. Itu pertama kali saya merasakan play off, campur aduk dan bangga,” kenang Intan.
Pebasket sejak Dini
Pencapaian Intan bersama rekan timnya tak begitu mengejutkan. Latihan keras yang mereka lakukan di dalam UKM Basket UNY, berkombinasi dengan talenta alami yang telah mereka asah sejak dini. Saat masih kecil, motivasinya menekuni basket sederhana: ingin masuk koran Jawa Pos.
Alkisah, Intan sudah rutin bermain basket di kala SD bersama kakaknya. Sang kakak tersebutlah yang kemudian mengusulkan dirinya melanjutkan minat basket di jenjang SMP. Alasannya, SMP-SMP di Surabaya memiliki tim basket yang kompetitif. Selain itu di Surabya juga terdapat kompetisi basket tahunan yang relatif populer: Developmental Basketball League (DBL).
DBL digelar oleh Jawa Pos. Hampir setiap hari pertandingan, Jawa Pos menyedikan satu atau dua halaman khusus untuk membahas pertandingan tersebut. Karena itulah kakak Intan mengarahkan agar adiknya melanjutkan sekolah di SMP yang punya tim basket kompetitif.
“Begitu katanya: udah, main basket aja. Walau aku gak masuk SMP Negeri yang diharapkan dan punya nama di basket, dan sempat sedih, aku masuk di SMP Katolik Untung Suropati Sidoarjo. Disana aku ikut Ekskul (ekstra kurikuler) Basket. Keterusan basket sampai sekarang,” ungkapnya yang masuk SMP pada tahun 2008.
Ditempa jadi Manusia Kuat
Saat mengikuti ekstra kurikuler basket, Intan tak langsung begitu saja dimainkan di lapangan. Maria Margaretha, pelatih basket sekaligus guru BK di sekolah tersebut, punya pola asuhan yang sangat disiplin. Kedisiplinan tersebut menempa semangat sekaligus fisik Intan.
Latihan tersebut bermanfaat ketika melanjutkan di sekolah yayasan yang sama saat SMA dan Intan mulai punya jam terbang berkompetisi yang lebih banyak. Namun, konsekuensi yang harus dihadapi Intan juga besar seiring kompetitifnya pertandingan basket di Surabaya.
Pernah suatu ketika di pertandingan DBL, telinga Intan sampai sobek dan berdarah. Pertandingan sempat dihentikan sejenak. Untuk Intan dilarikan oleh petugas P3K ke tepi lapangan, lalu fasilitas medis terdekat.
Perjuangan itu terbayar tuntas ketika Intan mendapati timnya menang dan masuk di 8 besar.
“Di tahun kedua, SMA ku mengang dan masuk empat besar. Saat Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), kami juga juara kabupaten dan mewakili Sidoarjo. Puji Tuhan Sidoarjo (Tim Intan), juara 3 provinsi,” ungkap Intan
Jadi Anak Sejarah
Tuntas SMA, Intan memilih kuliah di Yogyakarta agar lebih dekat dengan orang tua dan keluarga besarnya yang lebih banyak tinggal di Klaten. Ilmu Sejarah kemudian menjadi salah satu pilihannya saat mendaftar kuliah. Jurusan yang kemudian berjodoh dengannya dan masih ditekuni hingga saat ini.
Jadilah masa kuliah Intan dihabiskan tak hanya sebagai anak sejarah. Namun juga sebagai anak basket. Di Jogja, Intan bertemu dengan banyak teman dengan hobi yang sama. Misalnya sejak tahun pertama kuliah, Intan siudah aktif di Liga Mahasiswa. Sekaligus sejak 2015 menjadi panitia lomba basket bergengsi, Indonesia Basketball Legaue.
“Eh keterusan. Tiap tahun jadi panitia DBL, PORDA, dll. Lebih banyak karena orang-orangnya enak diajak temenan. Jadi lebih nyambung, ketemu banyak orang yang hobinya sama” kenang Intan.
Selain aktif di kepanitaan basket, Intan sudah ikut lomba basket sejak tahun pertama di UNY. Pada 2014, ia bergabung dalam tim fakultasnya dalam Lomba Basket FISIP se-DIY dan Jateng yang digelar di UGM. Langsung menyabet juara 3. Prestasi tak kalah hebat juga datang saat Intan bergabung dengan tim universitas, yang menyabet gelar juara 3 walau menjuluki timnya sebagai kuda hitam.
“Beberapa kompetisi lain juga ada, di Atma pada tahun 2018 saya ikut tim fakultas (FIS) dan dapat juara 3. Pas UNY ngadain, kami juara 2. Mungkin, buat aku sendiri, aku emang bukan mahasiswa yang sangat-sangat berprestasi di UNY. Atau bahkan aku mempunyai piala banyak seperti mahasiswa berprestasi lainnya,” ujar Intan dengan rendah hati.
Pantang Menyerah
Walau kali ini punya jam terbang tinggi, bukan berarti karir Intan di dunia basket mulus. Fasilitas dari kampus disebutnya kerap terbatas, sehingga Intan harus naik bis dan tidur di tempat yang kurang layak dalam kompetisi-kompetisi tertentu.
Dan pada dua minggu menjelang Liga Mahasiswa 2018, Intan cedera lutut. Salah satu otot di lututnya sobek sehingga harus operasi. Disitu, sebut Intan, ia kehilangan harapan. Bahkan sempat menangis dan mengurung diri, sehingga berat badannya menurun drastis.
“Aku kacau, aku kecewa, aku patah hati. Aku berharap semua ini gak terjadi sama aku. karna yang aku pikirin aku gak bisa ikutan berjuang ditengah lapangan sama mereka saudara-saudaraku,” kenang Intan.
Latihan dan persiapan kompetisi liga Mahasiswa 2018 kemudian menjadi akhir Intan di tengah lapangan. Namun bukan berarti hobi Intan menjebloskan tiga poin ke jaring lawan berakhir. Ia kini beralih menjadi senior untuk membimbing, menjaga, dan melatih para juniornya di tim basket UNY maupun fakultas.
Menerima kenyataan tersebut bagi Intan sangatlah berat. Tapi asa Intan tetap teguh untuk bisa mengembangkan UNY dalam bidang basket. Dengan cara menjadi senior dan pelatih, Intan bertahan dalam lingkaran mimpi yang telah dirumuskannya tersebut. Mimpi untuk menjaga tiga poin terus dicetak oleh para punggawa tim basket UNY.
Untuk itulah Intan berpesan pada sejawatnya sesama mahasiswa guna terus belajar, mengasah diri, dan berkompetisi. Tidak boleh menyerah apapun kondisinya.
“Menyerah pada diri sendiri, menyerah untuk membela kampus, tidak boleh ada di kamus,” tegas Intan.
Tempat Tanggal Lahir:
Prestasi:
Juara 3 Lomba Basket FISIP se-DIY dan Jateng
Aktif di Pertandingan Basket Liga Mahasiswa 2014-2018
Wakil Ketua UKM Bola Basket UNY 2017
Latar Belakang Pendidikan
SMP-SMA Katolik Untung Suropati Sidoarjo (2008-2014)
Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (2014-sekarang)
—–
No Responses