24 Juli 2017, menjadi penanda berlangsungnya pembangunan 13 gedung baru IDB. Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir dan segenap stakeholder kementerian bersama IDB, menyaksikan secara langsung bagaimana deru alat kerja mulai bersahutan. Mendirikan deretan gedung yang nantinya akan menghadirkan kependidikan kelas wahid di negeri ini. Pasca groundbreaking, UNY hadir untuk memastikan tantangan dan penjadwalan ulang yang kerap berlangsung sejak 2006 tak terulang kembali. Belajar dari tantangan yang dihadapi di masa lalu, diiringi perencanaan yang matang jadi kunci utama. Karena peningkatan kualitas pembelajaran sebagai taruhannya. Targetnya jelas, 14 bulan sejak kontrak ditandatangani pada 14 Juli 2017 yang lalu di Gedung Kemristekdikti.
“Dan kami optimis dengan target itu. Bagaimana kita belajar, dari yang sudah-sudah, agar kita menjadi lebih baik,” tegas Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY. Ketegasan yang juga diamini Dr. Slamet Widodo, Direktur IDB PIU UNY, dan harus dibayar dengan menilik kembali segala tantangan yang pernah dihadapi.
Proses pembangunan IDB sebenarnya telah disaksikan oleh tiga rektor UNY. Gedung Laboratorium Seni Musik dan Tari pada awalnya berada satu paket sumber dana dari IDB. Namun keputusan pemerintah yang mengubahnya bersumber dari dana rupiah murni, membuatnya terbangun dan telah digunakan lebih awal dibanding 13 gedung lainnya. Yang terdiri atas Laboratorium Teknik Sipil dan Struktur, Laboratorium Teknik Mesin dan Otomotif, dan Laboratorium Teknik Elektro dan Elektronika (FT); Laboratorium Ekonomi dan Bisnis (FE), Laboratorium Terpadu Ilmu Sosial (FIS), Laboratorium Terpadu Matematika dan IPA (FMIPA), performance stage (FBS), Gedung Perkuliahan Umum, Health and Sport Center, Laboratorium PAUD dan PGSD (FIP), Training Center, dan Digital Library.
13 Gedung inilah yang mengalami lengkap tiga tantangan utama pembangunan. Proses pembuatan proposal jadi yang pertama dan utama. Koordinasi lintas kementerian yang memakan waktu dengan tenaga memang tak terelakkan. Begitupula dengan nahkoda UNY yang silih berganti selama proyek ini bergulir. Almarhum Prof Sugeng Mardiyanto memang menjadi inisiatornya. Dengan Prof Sutrisna Wibawa waktu itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II mengkoordinasi langsung perencanaan proyek ini.
Ketika Prof Rochmat Wahab menggantikan Sugeng, penyesuaian dilakukan dibawah arahan sang rektor. Penyesuaian yang juga dilakukan oleh Sutrisna sendiri dalam posisinya sebagai Direktur IDB PIU UNY 2014-2015. Tidak ada perubahan drastis bahkan penghentian proyek memang. Akan tetapi Slamet mengungkapkan bahwa terdapat satu dua penyesuaian yang konstruktif bagi tantangan pembangunan di masing-masing era. Tantangan yang harus disikapi dengan sikap siap dan tangan terbuka untuk berpacu dalam proyek ini.
“Almarhum Prof Sugeng yang mengawali. Pak Tris mengkoordinasi semua di IDB ini untuk mengajukan proposal awal. Tapi memang berganti rektor dan masing-masing yang bersangkutan punya program strategis dan skala prioritas tersendiri yang sama unik dan bagusnya. Kami menyesuaikan,” ungkap Slamet.
Tantangan selanjutnya juga hadir dalam perubahan skema proyek. Dari yang awalnya program individu masing-masing kampus untuk diusulkan kepada pemerintah, hingga akhirnya disatukan sebagai satu kesatuan 7in1 bertajuk The Support Of Development Higher Education In Indonesia. Penyatuan yang berlangsung pada tahun 2010, dan harus membuat rencana awal yang ditelurkan sejak 2006 tersebut berubah total.
“Artinya kita harus membuat konsorsium 7 in 1. Bertemu, koordinasi, membahas bersama, dengan teman teman 7 universitas. Sinergi ini tidak mudah. Tapi tidak ada kata berhenti dan menyerah,” ungkap Slamet.
Tujuh kampus yang disatukan tersebut diantaranya Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dari pulau Jawa, Universitas Negeri Gorontalo (UNG) dan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) dari Pulau Sulawesi, Universitas Tanjungpura (Untan) dan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dari Pulau Kalimantan, serta Universitas Syiah Kuala dari Pulau Sumatera. Adapun sumber dana dalam proyek ini seluruhnya berasal dari IDB kecuali Unsyiah, yang diperoleh dari Saudi Fund and Development (SFD). Dimana proyek tersebut diharapkan juga meliputi penambahan kapasitas layanan mahasiswa, peningkatan jumlah dosen bergelar Doktor dan peningkatan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah di tingkat nasional maupun internasional.
“Memang kalau mengandalkan dana dari APBN, tentu tidak akan ketemu. Oleh karena itu manfaatkan sebaik-baiknya agar bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran dan proses pelayanan lebih baik,” imbau Menristekdikti Prof. Muhammad Natsir, dalam penandatanganan proyek 7 in 1 yang diresmikan pada hari Kamis, (14/7/2017) di gedung D Kemenristekdikti.
Sedangkan tantangan yang ketiga dan terberat, datang dari prosedural pengadaan konstruksi. Penggunaan dana IDB berarti UNY harus mengikuti standar yang dijadikan acuan bagi bank tersebut. Termasuk, acuan pengadaan barang dan jasa yang berlangsung lebih detil dan lebih panjang. IDB PIU UNY juga harus mempelajari terlebih dahulu mekanisme tersebut agar bisa melangkah pasti.
“Jika biasanya pakai Perpres, prosesnya 40 hari untuk lelang. Loan agreement ini acuannya IDB Guideline. Sedikit berbeda dengan yang biasa dilakukan di pemerintah. Sesuai SOP IDB, kalau tidak ada kendala saja prosesnya 9 bulan. Realisasi kita justru 16 bulan,”
Slamet juga mengungkapkan, bahwa mekanisme IDB pada dasarnya juga sama baiknya dengan mekanisme pemerintah serta memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Salah satu kelebihan IDB adalah proses International Competitive Bidding yang mewajibkan suatu proyek untuk mengundang kontraktor dari seluruh dunia untuk bersaing. Dengan demikian, harga termurah dalam suatu proyek bisa didapatkan dan mewujudkan efisiensi.
“Tapi dari waktunya yang panjang, itu juga jadi setback tersendiri. Akhirnya yang menang juga Waskita karya (red: perusahaan Indonesia),” pungkas Slamet.
Kini, semua tantangan itu sudah selesai. Waktu kelak akan menjawab bagaimana gedung-gedung ini akan berkontribusi. Misi menjadikan UNY sebagai Green Campus juga menggelinding penuh semangat. Sehingga bantuan dari bank islam itu nantinya, insya Allah menjadi rahmatan lil alamin. Setidak-tidaknya, menjadi rahmat bagi UNY dan pendidikan Indonesia!
No Responses