Kado Peringkat Penghujung Tahun

 LAPORAN UTAMA

Setahun terakhir torehan prestasi UNY di kancah internasional makin membanggakan. Kerja kolektif menjadi titik juang UNY demi mencapai itu

Sebentar lagi kalender berganti. Tutup tahun tinggal menghitung jari. Memori setahun terakhir menjadi capaian berarti bagi UNY. Betapapun ia sebuah lembaga pendidikan tinggi yang ikut serta menuliskan sejarah. Ingatan silam melompat menjadi anjangsana capaian-capaian. Seperti ucapan Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, awal tahun, “Ketercapaian mesti diprioritaskan UNY agar tiap tahun berkembang menjadi lebih baik buat Indonesia.” Orang nomor satu di lembaga ini betul. UNY berhasil membidik target yang sudah direncanakan matang.

Pengumuman hasill klasterisasi Kemenristekdikti

Masih segar ingatan itu. Agustus lalu UNY dipercaya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan ilmiah prestisius tingkat nasional. PIMNAS ke-31 tahun ini diadakan di Yogya dengan UNY sebagai penyedia pikiran, tenaga, dan fasilitas. Perwakilan cenderkiawan muda lintas disiplin tiap perguruan tinggi berkumpul di sini. Mereka orang teripilih di kampusnya. Sebuah kehormatan tersendiri bagi UNY menerima tunas muda pemimpin bangsa di hari depan seperti mereka.

Kali pertama menjadi tuan rumah PIMNAS tak menyurutkan gelora mengejar prestasi. UNY mampu menyeimbangkan antara melayani dan berprestasi. Di satu sisi memberi pelayanan maksimal, sedangkan di sisi lain tegas sekaligus fokus mengejar jawara. Pada penghujung pengunguman UNY dinyatakan masuk lima besar. Wakil Rektor III, Sumaryanto, menyatakan kalau perolehan rangking itu warta menggembirakan. “Soalnya tahun ini peringkatnya naik. Lima digit dari tahun sebelumnya dapat urutan ke-10,” tuturnya. UNY merupakan salah satu LPTK yang mampu mengimbangi kampus top seperti UGM, UB, UNDIP, dan UI.

Lima besar bukan soal angka. Di sana tercitra jelas perolehan penghargaan: tiga medali setara emas, empat medali setara perak, dan dua medali setara perunggu. Semua itu berkat ketekunan dan kesungguhan 15 tim UNY. Tentu di balik itu dosen pembimbing berikut pegawai turut menyokong perjuangan mereka dari balik panggung. “Capaian ini,” jelas Sutrisna, “patut disyukuri tapi harus terus didorong agar kesempatan berikutnya lebih baik lagi.”

Sepekan sebelum PIMNAS, berita baik sontak datang dari Jakarta. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengungumkan Hasil Klasterisasi Perguruan Tinggi Non-Vokasi Tahun 2018.

Tempatnya di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek), Serpong. Baru disampaikan, berita itu lekas viral di media sosial. Terutama menjadi buah bibir di kalangan perguruan tinggi. Informasi itu bertepatan dengan perayaan ulang tahun ke-73 Republik Indonesia.

“Klasterisasi ini juga dapat dijadikan dasar bagi Kemenristekdikti untuk melakukan pembinaan perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia, penyusunan kebijakan untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi, serta memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai performa perguruan tinggi di Indonesia,” ungkapnya, seperti dilansir ristekdikti.go.id.

UNY diumumkan masuk urutan ke-11 dengan skor total 2,83. Di atas UNY ada Universitas Andalas yang menyabet angka 2,88, sedangkan di bawah pada rangking 12 ditempati Universitas Brawijaya 2,82 poin. Capaian UNY sedemikian membanggakan karena di antara 100 perguruan tinggi kampus berbasis pendidikan di Yogyakarta ini termasuk kluster jempolan.

Ristekdikti menandaskan parameter penilaian didasarkan atas evaluasi tahun 2017. Itupun sekadar untuk kelompok perguruan tinggi nonvokasi, sekolah tinggi, universitas, dan institut. Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Ristekdikti menambahkan satu indikator penilaian. Pihaknya menandaskan komponen Kinerja Inovasi hendaknya dimasukkan sebagai parameter.

Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Mohamad Nasir itu memublikasikan lima komponan utama penilaian. Pertama, kualitas SDM yang mencakup presentase jumlah dosen berpendidikan S3, presentase jumlah lektor kepala dan guru besar, dan rasio mahasiswa terhadap dosen. Kedua, Kualitas kelembagaan yang mencakup akreditasi institusi dan program studi, jumlah program studi terakreditasi internasional, jumlah mahasiswa asing, serta jumlah kerjasama perguruan tinggi.  Ketiga, kualitas kegiatan kemahasiswaan yang mencakup kinerja kemahasiswaan. Keempat, kualitas penelitian dan pengabdian pada Masyarakat yang mencakup kinerja penelitian, kinerja pengabdian pada masyarakat, dan jumlah artikel ilmiah terindeks scopus per jumlah dosen. Kelima, kualitas inovasi yang mencakup kinerja inovasi.

Semua poin itu dipublikasikan secara daring oleh Ristekdikti sebagai bukti transparansi informasi. “Urutan klasterisasi perguruan tinggi tersebut dipastikan merupakan data resmi dari Kemenristekdikti yang dapat digunakan sebagai informasi valid bagi masyarakat. Jadi, jangan percaya data hoaks yang tidak sesuai dengan daftar yang dikeluarkan Kementerian,” ujar Menristekdikti, Mohamad Nasir, di Jakarta.

Di samping berita dari dalam negeri, Sutrisna juga menyampaikan pencapaian internasional. Terhitung Oktober lalu UNY masuk Top 500 Asia. Angka itu menunjukkan eksistensi UNY di mancanegara yang kian memberi angin segar bagi civitas akademia. Posisi rangking di sana juga melejitkan spirit kolektif di internal UNY. Sutrisna gayung besambut atas kabar itu dan mengatakan, “UNY akan terus bekerja keras untuk meningkatkan reputasi akademik. Kalau tahun ini 500 besar, tahun 2019 semoga Top 400.”

Capaian tersebut ditambah produktivitas tulisan ilmiah dosen UNY makin meroket. Science and Technology Index (SINTA), khusus karya para dosen, terhitung 19 November 2018, mencapai 591 artikel internasional terindeks scopus. Posisi ini ditandaskan masuk urutan ke-17 nasional dengan sitasi scopus sebanyak 2469 serta sitasi Google Scholar sebanyak 88407. Suatu lompatan fantastis yang mengharumkan nama UNY.

No Responses

Comments are closed.