Taqabbalallaahu minnaa wa minkum, taqabbal yaa kariim. Salam sejahtera dari kami punggawa redaksi Pewara Dinamika bagi para pembaca yang budiman. Idul Fitri memang sudah lama berlalu, tetapi, dengan semangat kemenangan, perkenankanlah segenap redaksi kami mengucapkan mohon maaf lahir batin kepada Anda sekalian.
Bergesernya simbolisme bulan suci Ramadhan ke atribut kebesaran momen kemenangan umat muslim, sebagai pemeluk agama mayoritas di Indonesia, menandakan sebuah ciri khas yang momentumnya selalu menggeliat dari tahun ke tahun. Pilihan waktunya kerap kali sama, jarang berbeda, kadang-kadang bergeser satu dua hari tapi tak pernah melebihi hitungan minggu. Jalanan kota-kota kecil bakal disulap padat seketika, sedangkan yang di kota-kota besar justru malah lengang tak biasanya. Mudik atau pulang kampung menjadi tradisi Idul Fitri, atau yang dikenal jamak oleh masyarakat kita sebagai Lebaran. Semangatnya memecut tiap budak korporat yang kerap memeras keringat lebih keras guna meraup kesempatan berkumpul bersama keluarga lebih lekas. Cuti-cuti dikeluarkan dari tabungan. Dan bagi mereka yang memang orang asli daerah tempatnya bermukim sekarang, akan menikmati budaya mudik dengan menyambut sanak saudara yang datang dari jauh.
Spirit mudik tidak hanya terlecut dari gedung-gedung tinggi nan masif perkantoran, tetapi juga dari rumah-rumah pendidikan, seperti universitas. Universitas Negeri Yogyakarta, misalnya, menggenapi perayaan kemenangan umat muslim ini dengan meliburkan civitas akademikanya ketika tanggal pada kalender akademik berubah merah. Mahasiswa, dosen, staf, akan lantas pulang menyantap hidangan khas Lebaran di kampung halaman.
Kebahagiaan dalam kebersamaan inilah yang hendak kami tuangkan dalam edisi bulan Juli; bagaimana UNY merangkul libur Lebaran sekaligus mempersiapkan ancang-ancang untuk memulai kembali masa perkuliahan aktif serampungnya liburan. Lewat lensa lapisan civitas akademika UNY, kami menyoroti mudik Lebaran, serta memberikan refleksi perencanaan akademis UNY yang lantas dituangkan menjadi berbagai kisah, khusus disajikan bagi para pembaca sekalian.
Di samping tuturan cerita mengenai kedormanan masa perkuliahan, kami juga menyuguhkan beragam rubrik yang harapannya mampu menggugah hasrat dialektika pembaca. Rubrik Opini, Resensi, dan Bina Rohani digarap secara partikular untuk menyemai benih didaktika yang semoga tak akan ikut terlelap bersamaan dengan rehatnya proses belajar mengajar. Cerpen, Puisi, serta Pojok Gelitik dihadirkan guna mendorong apresiasi artistik dari pembaca.
Akhir kata, selamat menikmati sajian dari dapur Pewara Dinamika yang kini tak sibuk mengolah tulisan, tetapi juga haturan permohonan maaf serta lezatnya sayur opor. Semoga kita diberkahi keselamatan dalam perjalanan pulang kampung dan saat kembali lagi ke tempat tinggal. Tabik.
No Responses