Memburu beasiswa tak hanya dilakukan mahasiswa Indonesia untuk bisa kuliah di luar negeri. Sebaliknya, Indonesia menjadi salah satu negara tujuan belajar mahasiswa dari mancanegara. Beragam kisah seru pun mewarnai perjalanan mereka mengenal kampus dan lingkungan barunya.
Sekelompok mahasiswa nampak asyik bercerita satu sama lain. Sesekali gelak tawa menambah riuh langkah kaki yang mereka ayunkan cepat di tangga kompleks gedung rektorat. Tepat di lantai tiga di gedung megah tersebut satu per satu dari mereka masuk untuk belajar bahasa Indonesia.
Puluhan mahasiswa asing dari mancanegara selama beberapa bulan terakhir tengah mengikuti kegiatan pelatihan bahasa Indonesia. Sebelum mengikuti perkuliahan, para mahasiswa ini wajib mengikuti kelas tersebut. UNY sendiri memilliki banyak program internasional seperti pertukaran pelajar, transfer credit, dan lain sebagainya. Tak ayal, UNY menjadi wahana bagi berkumpulnya mahasiswa dari berbagai belahan dunia.
Seorang mahasiswa asing, Godlove, mengaku senang bisa mengenyam pendidikan di Indonesia. Pria kelahiran Tanzania tersebut sudah beberapa bulan terakhir mengikuti kelas Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) sebelum ia mengikuti perkuliahan. Ia mendapatkan beasiswa master untuk tahun ajaran 2017/2018 ini. Indonesia ia pilih karena ia ingin belajar mengenai budaya dan pariwisata. Ia sendiri memperoleh informasi mengenai UNY melalui website. Ia melihat bahwa UNY melalui jurusannya adalah universitas yang baik untuk mempersiapkan para guru. “Saya melihat UNY adalah universitas yang tepat untuk mempersiapkan para guru,” ungkapnya dalam Bahasa Inggris.
Berbagai kesulitan tentu ia temui di negera dengan budaya dan bahasa yang sangat berbeda dengan negaranya. “Pada awalnya saya hanya menggunakan bahasa isyarat kalau berbelanja di pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Saya tidak tahu apa-apa. Tapi sekarang sudah sedikit mengerti,” tuturnya.
Selama di Indonesia, ia beserta beberapa teman dari negara lain tinggal di kamar kos yang terletak tak jauh dari kampus. Ada hal berbeda yang menurutnya aneh dilakukan mahasiswa lokal seperti tidur di lantai menggunakan kasur tanpa dipan. Sementara untuk urusan perut ia mengaku lebih senang untuk memasak sendiri. ”Saya berbelanja di pasar Demangan. Di sana harganya sangat murah. Jadi, saya bisa berbelanja banyak untuk saya masak beberapa hari,” ujarnya. Namun, jika sedang ada kelas, biasaya ia memilih untuk pergi ke foodcourt. Mahasiswa lulusan program Bahasa Inggris tersebut menjadikan capcay sebagai menu favoritnya. ”Saya suka capcay dimakan dengan nasi. Enak sekali,” ungkapnya. Meski begitu, makanan pedas masih menjadi problem-nya hingga saat ini.
Selain dirinya, terdapat beberapa mahasiswa lain yang juga mengikuti program kerja sama internasional yang diadakan UNY. Biasanya, mereka dibantu mahasiswa lokal dalam mengenal seluk beluk kampus dan lingkungannya.
Selain ditemani mencari tempat tinggal, para mahasiswa asing juga berkesempatan untuk mengikuti rangkaian program outbond dan liburan ke tempat-tempat wisata di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. “Bulan lalu kami mengunjungi pantai di Gunungkidul. Cantik sekali,” katanya.
Berbagai kendala tentu mewarnai setiap kehidupan mahasiswa asing di Indonesia. Namun, hal tersebut sirna bersamaan dengan sambutan yang ditunjukan masyarakat lokal yang terkenal dengan keramahannya. “Orang-orang di sini sangat ramah. Hal tersebut membuat saya nyaman di sini.”
Disela-sela aktivitasnya Kegiatan di luar kampus juga dilakukan para mahasiswa asing. Godlove menambahkan bahwa ia selalu bermain futsal bersama mahasiswa lainnya termasuk mahasiswa Indonesia. Pasca lulus dirinya berniat menjadi dosen di kampus tempatnya belajar pada jenjang S-1. “Sebelum ke sini saya sudah menjadi guru. Setelah menyelesaikan pendidikan saya ingin jadi dosen,” pungkasnya.
No Responses