Era disrupsi teknologi saat ini, tak hanya mengubah pola produksi sumber daya konsumsi kita menjadi lebih masif ataupun lebih efisien layaknya yang terjadi dalam revolusi industri sebelumnya. Kedatangannya yang keempat kali dalam sejarah umat manusia, menghadirkan perubahan pola pikir dan gaya hidup masyarakat di segala lini. Tak terkecuali, para anak muda Indonesia yang berdasarkan data BKKBN pada 2017 lalu berjumlah 66,3 juta jiwa. Atau nyaris 25% dari total penduduk Indonesia adalah pemuda.
Kita semua sepertinya sudah terbiasa mengumandangkan bahwa anak muda kelak akan memimpin dan menjadi tulang punggung bangsa. Namun yang kerap luput dalam pandangan kita adalah fakta bahwa anak muda tersebut juga membutuhkan bimbingan dan suri tauladan. Zaman Now yang bersifat nonlinear dan begitu kompetitif melintasi sekat-batas negara, membuat mereka nantinya perlu menyesuaikan perkembangan yang terjadi dengan cara mengembangkan pergaulan yang berwawasan global. Jauh lebih berat dari apa yang sedang kita hadapi saat ini, maupun kita hadapi di era sebelumnya.
Untuk itulah, komunikasi dan saling memahami lintas generasi menjadi penting. Penyesuaian dengan zaman yang sedang berkembang menjadi sentral bagi kita, termasuk Universitas Negeri Yogyakarta, guna memenuhi kebutuhan di zaman digital seperti sekarang. Sebagai amanat undang-undang, keterbukaan informasi publik selayaknya tak sekadar dimaknai sebagai kehadiran kita di kala masyarakat membutuhkan. Tapi juga menyesuaikan dan beradaptasi dengan medium yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi, tak terkecuali media sosial.
Oleh karena itu, sejak 2017, saya selaku Rektor UNY telah memutuskan untuk membuat akun resmi UNY untuk media sosial. Tidak hanya membuat, tapi juga senantiasa mengkoordinasikan agar akun tersebut aktif, guna menggiatkan publikasi media sosial yang kerap digunakan masyarakat.
Semua akun media sosial yang dimiliki UNY, baik Facebook, Instagram, Youtube, dan Twitter, diberi username unyofficial dan nama Universitas Negeri Yogyakarta. Dari situ, saya berupaya mengamati pola dan pesan komunikasi para warganet. Saya pun juga menyampaikan pesan dan informasi pelbagai kegiatan lewat akun pribadi saya di Instagram dan Facebook.
Bagi saya, aktivitas menyapa para sivitas akademika dan alumni UNY adalah penting. Karena tak hanya mampu menjadi salah satu instrumen silaturahmi maupun mengabarkan aktivitas kampus dan kebijakan UNY, ia juga meneguhkan bahwa saya dan kita semua sebagai institusi senantiasa menempatkan diri untuk cair di manapun tanpa menyisakan jarak. Apapun komentar di media sosial, langsung kami tindaklanjuti dengan respons cepat. Sembari menghadirkan keterbukaan informasi dengan mengombinasikan institusi dan prosedur formal yang kita miliki.
Untuk itulah, ruang rektor senantiasa terbuka untuk menerima tamu dari kalangan manapun. Bahkan tanpa perlu janjian, selama saya ada di ruangan. Selain itu, UNY lewat maklumat keterbukaan informasi publik, telah meneguhkan komitmen untuk menyediakan layanan informasi yang mumpuni dan terintegrasi. Tinggal klik website maupun datang ke Unit Layanan Terpadu, apapun yang dibutuhkan maupun hendak diketahui tentang UNY, bisa didapatkan tanpa perlu repot. Tidak ada informasi yang ditutup-tutupi, dan semua urusan dimudahkan.
Legalisir ijazah dan transkrip nilai, misalnya, juga sudah kami integrasikan secara online sehingga alumni tidak perlu datang jauh-jauh ke Jogja jika berada di luar kota. Cukup klik di website ult.uny.ac.id, lalu tunggu proses pengiriman ijazah legalisir melalui kurir pengiriman yang dikehendaki alumni tersebut. Sedangkan membayar UKT, juga bisa dilakukan secara daring bahkan tanpa meninggalkan rumah.
Daulat sebagai peringkat delapan universitas dengan pengelolaan keterbukaan informasi publik, telah kita raih pada tahun 2017 atas kerja-kerja keras tersebut. Akan tetapi, keterbukaan informasi tak boleh berhenti. Ia selayaknya menjadi cambuk bagi kita semua untuk lebih semangat menghadirkan diri di tengah-tengah seluruh sivitas dan masyarakat. Siap?
No Responses