“Pesta demokrasi FIS berjalan mulus. Hasil musyawarah mufakat menunjuk putra terbaiknya bernama Suhadi Purwantara. Rekan kompetisi, Suranto, mendampingi sebagai wakil dekan”
Pekan pertama hari Jumat Juli lalu Ruang Ki Hadjar Dewantara, FIS, tak seperti biasanya. Ruang sakral yang kerap dijadikan tempat seminar itu kini dipenuhi semua anggota senat. Termasuk juga dua representasi dosen perjurusan, seorang tendik dari subbag, dan satu perwakilan aktivis Ormawa.
Sebelum salat Jumat, Senat FIS menggelar rapat. FIS sedang punya gawe memilih dekan anyar. Kedua bakal calon (Balon), Suhadi Purwantara dan Suranto, adalah perwakilan terpilh yang maju berkontestasi. Pak Pur, panggilan takzim Suhadi Purwantara, dosen Pendidikan Geografi, terpilih berdasarkan mekanisme musyawarah mufakat.
Rapat senat dibagi menjadi dua tipe. Terbuka dan tertutup. Tiap Balon berhak menyampaikan visi-misi di rapat terbuka. Suhadi, memboyong visi “FIS selambat-lambatnya tahun 2022 harus bertaraf internasional dengan melaksanakan penelitian dan penerbitan karya ilmiah kelas dunia yang unggul, kreatif, dan inovatif didasari nilai-nilai Pancasila berlandaskan ketakwaan, kemandirian, dan kecendekiaan.”
Sementara Suranto mengusung visi “pembentukan karakter mulia” dan misi “menjadikan jurnal atau artikel dosen dan mahasiswa bertaraf internasional”. Lebih lanjut, dikatakan Suranto, “Saya berharap agar terwujudnya penerbitan jurnal internasional yang terakreditasi, penambahan Prodi baru dan menambah secara kuantitatif kunjungan tamu internasional. Sekaligus pula pengiriman dosen ke luar negeri.”
Sedangkan rapat tertutup yang dihadiri oleh anggota senat dan panitia diproyeksikan untuk memilih salah satu Balon. Rapat tertutup itu tak melakukan mekanisme votum tapi musyawarah internal antara Suhadi dan Suranto. Suasana menghangat meski pendingin ruangan disetel paling bawah.
Sekian menit kedua Balon berembuk. Tak ada yang tahu isi pembiacaran kedua putra terbaik FIS itu. “Hasil musyawarah kami menegaskan bahwa saya, Suranto, menyatakan pada hari ini menyerahkan formasi atau jabatan calon dekan terpilih kepada bapak Dr. Suhadi Purwantara, M.Si. Kemudian kami sepakat bahwa saya akan mendampingi beliau sebagai wakil dekan,” tutur Suranto.
Pak Pur pernah menyabet diploma di ITC Enschede Netherlands untuk konsentrasi Geographical Landscape Anaylsis tahun 1990. Berlatar belakang geografi membuatnya memiliki jiwa “keruangan”. Kini ia penggawa di sebuah ruang fakultas yang acap mewacanakan Pancasila dan keindonesiaan. Geografi, bagi dirinya, bukan sebatas ruang fisik yang terbentang, melainkan juga lanskap kepemimpinan. Sementara tempat yang hendak ia pimpin selama periode 2019-2023 itu berupa kampus dengan citra pahatan patung Ki Hadjar Dewantara.
No Responses