Dua tembang yang dilantunkan Prof. Sutrisna Wibawa bersama Pimpinan UNY, “Sedulur” dan “Jogja Istimewa”, sukses merasuk di Konser Musik Untuk Indonesia. Bersama Maliq & D’Essentials, tembang itu membawa pesan agar seluruh keluarga UNY terus menjaga rasa kekeluargaan dan keistimewaan Jogja.
Maliq & D’Essentials tampil di Konser Dies Natalis ke-55 UNY yang digelar pada Rabu (01/05) malam. Saat tim musik tersebut menapaki panggung, tepuk tangan menggema. Tapi siapa sangka, gemuruh tepuk tangan telah lebih dulu datang dan lebih kencang. Tepatnya, saat Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY naik ke atas panggung untuk memberi sambutan.
Layaknya disebut Harian Republika pada Kamis (02/05), sambutan meriah didapatkan sang rektor. Mulai dari pojok timur GOR UNY, hingga melintasi bangku penonton VIP di tengah GOR menuju ke panggung yang terletak di ujung barat, tepuk tangan menggema tak berhenti. Hari itu, Sutrisna berada di tengah-tengah mahasiswa. Raga maupun jiwanya.
“Tidak heran, kehadiran Sutrisna di GOR UNY beberapa saat sebelum Maliq tampil mendapat sambutan sangat meriah dari penonton. Tepuk tangan meriah mendampingi Sutrisna,” demikian tulis Republika pada halaman 2, yang mana juga dimuat daring di Republika.co.id.
Sutrisna hari itu mendapat penghormatan tertinggi. Atas ide kreatif yang digagasnya, serta kelihaiannya memusatkan perhatian publik negeri ini dalam konser bertajuk “Musik untuk Inovasi”.
Walau demikian, sambutan yang ia terima, sebagai sambutan yang UNY terima, sama sekali ditempatkannya bukan sebagai sebuah pencapaian. Namun menjadi cambuk yang sangat keras agar UNY terus berprestasi ke depan. UNY yang kini menjadi sorotan masyarakat, tak hanya wajib untuk terus menjaga kualitas. Mahasiswanya juga harus terus berprestasi.
“Konser ini pakai IPK. Artinya hanya yang ber-IPK baik, yang hadir disini. Semoga ke depan prestasi anak-anak semakin meningkat,” ungkap Sutrisna. Merefleksikan perjalanan panjang sekaligus mengejutkan dari konser Maliq & D’Essentials, yang sebelumnya tak direncanakan dalam dies.
Mendadak dan Mendidik
Konser Musik untuk Indonesia, diakui oleh Dr. Siswanto selaku Ketua Panitia Dies Natalis UNY, mulanya tak ada dalam rencana agenda kegiatan. Dies Natalis kala awal dirumuskan memiliki delapan kategori kegiatan. Didalamnya telah ada banyak kegiatan, termasuk kegiatan seni yang menghadirkan dalang pewayangan hingga Jathilan di Hari Pendidikan Nasional.
“Perumusan ini sejalan dengan arahan Pimpinan untuk merancang Dies yang efisien, efektif, dan optimal secara biaya,” ungkap Siswanto.
Perubahan terjadi ketika ada usulan dari Citra Scholastika selaku Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris UNY, yang disampaikan langsung kepada Sutrisna melalui DM. Ia menyampaikan keinginannya agar UNY juga menggelar konser musik di rangkaian dies natalis. Jawaban Sutrisna pun kala itu senada dengan semangat efisiensi yang dibangun. Yaitu meminta minat sponsor, dan akan menggelar acara tersebut dari pendanaan non-budgeter.
“Saya juga tak menyangka akan viral. Di media sosial saya sering menyampaikan guyon parikena. Bercanda yang diselipkan pesan. Termasuk minta sponsor dan IPK tinggi. Saya ingin mahasiswa tidak sekadar mendapatkan hiburan, tapi juga menghargai prestasi mereka,” ungkap Sutrisna.
Karena sponsor datang dan tanggapan masyarakat positif, bahkan disebut Sutrisna tanggapan dari luar kampus juga sangat tinggi dan konstruktif, mulai diinisiasi konser tersebut menjadi kenyataan. Pada 2 April 2019, Direksi BPD DIY datang ke Ruang Rektor untuk mendalami bagaimana pihaknya dapat menjadi sponsor untuk konser musik yang sedang viral tersebut.
Panitia kemudian disusun dengan melibatkan UKM Musik Sicma UNY, yang juga pada hari-H mengirimkan perwakilannya untuk tampil. GOR disiapkan dengan pengamanan yang melibatkan Resimen Mahasiswa (Menwa), dan penataan kursi oleh Tim Kemahasiswaan UNY dibawah arahan langsung Prof. Sumaryanto selaku Wakil Rektor III.
Namun disebut Sumaryanto, ada dua hal yang lebih sulit dan sudah berlangsung jauh sebelum dimulainya acara: menghubungi artis, dan menyediakan tiket. Enam artis yang diminta oleh Citra: Tulus, RAN, HiVi, Maliq & D’Essentials, Raisa, dan Shiella on 7, semuanya sudah memiliki jadwal manggung yang padat.
Terlebih lagi, rangkaian gelaran Dies Natalis yang bertepatan di Bulan Mei tersebut memiliki banyak akhir pekan panjang dan momentum bulan Ramadhan. Tantangan tersebut kemudian ditambah dengan kebutuhan alat musik dan akomodasi yang kompleks dari para artis. Panitia harus berpacu dengan waktu untuk menyiapkan banyak hal dalam waktu yang sangat singkat tersebut.
“Memang artis kalau libur panjang apalagi Ramadhan, artisnya banyak job. Sudah dipesan jauh-jauh hari. Tapi Alhamdulillah bisa klop, Maliq & D’Essentials, tanggal 1 Mei, di GOR UNY,” ungkap Sumaryanto.
Menyediakan Tiket
Penyediaan tiket yang diarahkan Sutrisna untuk dikelola tim IT dan tim media sosial di Humas, juga memiliki tantangan tersendiri. Baru diumumkan sekitar akhir April lewat media sosial UNY, pendaftaran di website diesnatalis.uny.ac.id tersebut ludes hanya dalam empat jam. Padahal, ada 7.500 tiket yang disediakan.
Tantangan dalam pembagian tiket kemudian berlanjut ketika pembagian kursi dan persyaratan donasi. Untuk pembagian kursi, Sutrisna menyebut ada 1.800 lebih mahasiswa yang duduk di kelas VIP. Mereka berhak berada di kelas VIP karena memiliki IPK di atas 3,75.
“Artinya kita harus fair, memuliakan mahasiswa, maka ada 1.800 yang duduk di VIP. Mengatur layout kursi itu tantangan tersendiri,” imbuh Sutrisna.
Setelah tiket dibagikan, mahasiswa juga harus menebus dengan donasi sumbangan kemanusiaan. Dies Natalis UNY menetapkan minimal sumbangan Rp. 55. Akan tetapi sumbangan tersebut harus dilakukan melalui T-Money, dompet digital yang dikelola oleh BPD DIY. Artinya, mahasiswa harus menggunakan layanan BPD DIY tersebut agar bisa memperoleh tiket.
“Banyak siswa kesulitan Top Up. Mas Awan (Pengelola Sosial Media UNY), menerima banyak keluhan di akun UNY Official. Akhirnya di penghujung hari menjelang acara, saya hapus aturan itu. Tidak perlu donasi, semua bisa download tiket,” ungkap Sutrisna.
Perjuangan itu terbayar tuntas di Hari H. Dari pantauan Pewara Dinamika, 7.500 mahasiswa tersebut telah memadati GOR UNY sejak pukul 18.30. Mereka duduk dalam kelas-kelas yang dipisahkan berdasarkan IPK.
Kursi lipat dengan seprai putih misalnya, diletakkan tepat di depan panggung dan berposisi di tengah. Ini merupakan Kelas VIP konser, yang diduduki sekitar 1.200 mahasiswa. Sisanya, duduk di tribun yang paling dekat dengan panggung.
Suasana GOR UNY yang sudah penuh dengan mahasiswa juga pecah saat tiap bintang tamu unjuk kebolehan. Mulai dari UKM musik UNY, Maliq & D’Essentials, sampai sang Rektor yang sempat menyapa mahasiswanya dan membawakan lagu Hip Hop “Jogja Istimewa”
Ditambahkan oleh Prof. Sumaryanto selaku Wakil Rektor 3 UNY, Teriakan mahasiswa juga tak kalah semarak ketika MC mulai bertanya mengenai jumlah IPK mahasiswa yang datang ke GOR.
“Termasuk ada yang menonton di layar tancap luar GOR, serta konser ini bisa diakses live streaming di Youtube. Ini juga tak kalah ramai,” ungkap Sumaryanto.
Antusiasme tersebut disebut Sutrisna menandakan suasana konser tak hanya segar. Tapi berhasil membawa pesan agar mahasiswa semangat dalam menempuh studi.
“Di akhir acara, saya sampaikan, doakan kami tahun depan bisa menyelenggarakan acara serupa. Mahasiswa tingkatkan terus IPK, supaya bisa duduk di VIP,” pesannya.
No Responses