MEI 2017 – Ki Hajar Dewantoro telah Meneladankan, Kita Melanjutkan dengan Artikel Jurnal!

 LAPORAN UTAMA

Pakem pendidikan kita sudah jelas: Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Ki Hajar Dewantara, yang hari lahirnya pada 2 Mei ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional, telah menghadirkan bangsa ini landasan filosofis tentang bagaimana pendidikan hendaknya memerdekakan manusia secara lahir batin. Perpaduan karakter dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk menyejahterakan dan memerdekaan itu, selayaknya menjadi proses inklusif dan berkesinambungan.

 

Sehingga Universitas Negeri Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan, tak punya pilihan lain untuk menjawab tantangan tersebut. Publikasi artikel jurnal terindeks internasional kemudian mampu menjadi salah satu jawabnya. Diinisiasi sejak Mei 2017, UNY hendak “menggeber” dosen-dosennya agar mampu menghasilkan karya yang layak dipublikasikan dalam jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus maupun Thompson.

 

Targetnya jelas, UNY peringkat 500 versi QS pada tahun 2025. Untuk melancarkan aksi mengejar target tersebut, publikasi artikel dalam jurnal internasional bereputasi dan terindeks tak terelakkan lagi. UNY pun memfasilitasi dengan berbagai insentif dan reward bagi dosen yang mau membuat artikel. Gebrakan itu tak main-main, UNY siap menggelontorkan insentif hingga 20 juta, untuk tiap artikel jurnal terindeks yang berhasil terpublikasi.

 

“Saya menciptakan sistem ini agar karya ilmiah para dosen siap dan pantas dipublikasikan ke jurnal terindeks,” tutur Sutrisna. Kerangka konseptual yang dirumuskan Sutrisna meliputi tim penilai dan penyunting. Tim itu berhak mengarahkan alamat jurnal yang sesuai sebagai tempat publikasi.

 

Sutrisna mempercayakan bimbingan jurnal pra-scopus itu kepada WR I. “Selain itu, eksekusi di lapangan akan diampu LPPM,” jelasnya. Melalui WR I, Sutrisna terus mendukung publikasi daring. “Semua karya dosen harus ter-online-kan. Mereka juga wajib memiliki akun google scholar dan research gate sehingga karyanya terindeks,” harapnya. Bila semua itu terrealisasi, publik akan mengetahui artikel ilmiah mana yang paling banyak dikutip. “Semakin banyak digunakan semakin besar manfaatnya,” ungkap Sutrisna.

 

Dan terbukti, beberapa bulan pasca diluncurkannya program fasilitasi jurnal dan prosiding internasional oleh jajaran pimpinan UNY, angka jurnal yang terpublish naik signifikan.

Hal tersebut diakui oleh Didik Nurhadiyanto. Ketua tim fasilitasi publikasi jurnal tersebut mengungkapkan hingga batch ke-IV sejumlah jurnal karya para dosen sudah terpublish.

 

Grade-nya dinaikkan memang supaya memacu. Akhirnya betul gitu, dari waktu sebulan, dua-lima bulan ini animonya sangat tinggi. Sampai sekarang ada 140 jurnal yang sudah terpublish internasional. Di antara itu ada 39 jurnal yang belum terindeks. Terindeks Thomson, dan Scopus ada 101,” jelasnya.

 

Beberapa tantangan dalam pelaksanaannya memang masih bermunculan. Ada beberapa dosen yang masih merasa belum sempat untuk meneliti, karena kesibukan administratif dan mengajar yang memakan waktu. Tapi banyak juga, yang berbondong-bondong untuk menuliskan ide-ide segar yang telah lama dipendamnya karena belum memiliki semangat. Jiwa yang membara itulah yang memunculkan artikel terindeks bak bunga di musim semi dari Karangmalang. Ditengah keteladanan yang sudah dicetuskan oleh Ki Hajar, dan kewajiban UNY sebagai insan akademis untuk melanjutkannya!

 

 

—-

 

Infografis Fasilitasi Jurnal Internasional.

 

Jika Patih Gadjah Mada merumuskan Amukti Palapa untuk menggapai impiannya menyatukan Nusantara, UNY sudah menyiapkan Surat Keputusan Rektor lengkap dengan implementasinya untuk menggapai Ranking 500 QS pada tahun 2025, sesuai dengan Visi Rektor. Tanpa kenal lelah, dan takkan berhenti sampai impian itu ditaklukkan.

 

Misi dibalik itu sederhana. Menyatukan segenap kemampuan UNY untuk menyebar luaskan potensi kecendekiaan yang dimiliki UNY demi perkembangan ilmu pengetahuan, serta meningkatkan repurtasi UNY sebagai World Class University. Berikut kemudian sembilan langkah yang telah terimplementasi di UNY:

 

  1. Pemotongan beban SKS bagi para dosen

Dulu, dosen bisa mengajar sampai 32 SKS. Sekarang, kita batasi 16 SKS. 12 SKS mengajar, sisanya penelitian dan pengabdian masyarakat.

Walaupun sekarang masih masa transisi, 24 sks.

  1. Kewajiban bagi mahasiswa S3 di UNY untuk menerbitkan setidak-tidaknya satu artikel jurnal berepurtasi internasional sebagai syarat kelulusan. Serta himbauan dan anjuran bagi mahasiswa S2.
  2. Rekrutmen dalam “batch” kelompok penulisan jurnal. Kelompok belajar untuk saling sharing dan pembinaan

– Saat ini sudah Batch 4

– Dibina sampai selesai dan artikel terpublikasi, biasanya dua bulan.

  1. Tersedia meeting rutin untuk tiap tiap batch penulisan, untuk kroscek progress dan saling tukar pemikiran

– Dalam rapat, disediakan uang akomodasi dan makan besar. Biasanya digelar di Ruang Rapat Sidang Timur, atau di Ruang Senat

  1. Penyediaan tim Penerjemah Tetap di Pusat Pelatihan Bahasa UNY

Artikel yang bahasa Indonesia, diterjemahkan menjadi bahasa inggris oleh UNY secara gratis

  1. Menghadirkan reviewer secara tatap muka

Para ahli akan didatangkan langsung ke UNY untuk revisi secara langsung. Pada umumnya, secara satu minggu bimbingan intens. Dengan demikian, langsung revisi dan diskusi di tempat. Dan bisa langsung diperbaiki

  1. Menggelar seminar internasional di UNY

Agar artikel ilmiah civitas UNY bisa langsung diseminarkan, dan diupayakan lolos Proceding terindeks Scopus.

  1. Mengakomodasi civitas UNY untuk menjadi pemakalah di seminar internasional

Dibiayai biaya perjalanan serta akomodasinya secara penuh, bahkan sampai ke luar negeri.

  1. Memperoleh insentif jika artikel berhasil dipublikasikan dalam jurnal internasional

 

(Foto: Seminar Internasional di UNY, Sidang Skripsi/Tesis/Disertasi, Pengukuhan Doktor/Guru Besar, Penerbitan Jurnal, akreditaso)

No Responses

Comments are closed.