Mengawal Guru, Membangun Bangsa!
WAWANCARA KHUSUS Dr. PARISTIYANTI NURWARDANI
UNY menurut Paristiyanti memiliki kewajiban yuridis dan moral sebagai LPTK. Untuk menggelar pendidikan keguruan lengkap dengan sertifikasi profesinya, sekaligus mengawal tugas berat guru dan dunia pendidikan dalam membangun bangsa.
Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah di sela-sela Seminar Nasional Penyiapan Guru Profesional Di Era Revolusi Industri 4.0, pada Minggu (07/10/2018), Paristiyanti berkisah tentang apa saja tugas dan keluaran yang diharapkan dari keterlibatan Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) dalam pendidikan guru. Dalam kapasitasnya sebagai Direktur Pembelajaran Ditjen Belmawa Kemristekdikti, Paristiyanti kemudian mengharapkan kerja sinergi tersebut dapat memberi manfaat bagi
pembangunan bangsa.
Dalam rezim standarisasi dan profesi guru Indonesia saat ini, apa penugasan yang harus dipenuhi kampus?
Bersama Ibu Santi (Santi Ambarukmi, M.Ed., Kasubdit PKKTP Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, sama-sama pembicara dalam seminar tersebut), kami turut membuat standar guru di Indonesia mulai dari regulasi pokok berupa UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen, UU 12/2012 tentang Perguruan TInggi, serta Perpres 8/2012 dan Permenristekdikti 55/2017 tentang Standar Kompetensi Guru sebagai turunannya.
Dari aturan itu, kita sudah rumuskan bersama-sama dan bedah dalam panduan yang juga
dirumuskan kementerian bersama seluruh stakeholder guru, bahwa guru profesional adalah guru dengan empat kompetensi kualitas akademik dalam dirinya. Minimal S1 lalu ditambah 24 SKS untuk Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan, dan 36 SKS untuk PPG Prajabatan.
PPG inilah yang disebut dengan sertifikasi profesi guru. Dan sudah menjadi tugas LPTK untuk turut serta mendukung, menggelar, dan terus beri masukan sekaligus pengembangan atas program ini.
Bagaimana kiprah UNY sejauh ini dalam penugasan tersebut?
UNY, menurut saya adalah The Best LPTK. Setelah melaksanakan modelling terhadap PPG mulai dari tahun 2013-2017, peserta atau penyelenggara PPG yang paling baik selama tiga tahun berturut-turut, adalah Universitas Negeri Yogyakarta. Kenapa UNY menjadi LPTK terbaik? Coba dilihat tujuan pendidikan. Undang-undang kita menyebutkan Tujuan pendidikan negeri ini adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di UNY, hal tersebut dilaksanakan betul karena digunakan sebagai moto institusi. Kampus ini menerjemahkan tujuan pendidikan. Terus mendorong peningkatan hasil UKG (Ujian Kompetensi Guru) misalnya. Atau beri masukan dan terobosan bagi metodemetode pendidikan.
Jadi jangan lupa kepada peserta PPG, anda akan menjadi alumni UNY juga. Saya sangat yakin banyak diantara guru peserta PPG dalam jabatan yang baru pertama kali melihat kampus ini. Kampus yang sangat luar biasa. Insya allah mereka akan lulus PPG, tidak hanya membawa kebanggaan sebagai guru-guru alumni Universitas Negeri Yogyakarta, tapi juga tugas besar untuk membawa nama besar UNY. Kiprah baik UNY harus mereka teruskan.
Apa target-target yang diberikan Kemristekdikti kepada UNY?
Taget tidak spesifik kepada UNY. Kepada semua LPTK. Terkait dengan peningkatan hasil UKG, saat ini rata-ratanya masih di angka 53,39. Jadi guru itu kalau diuji kompetensinya sesuai standar-standar profesionalitas guru, masih dapat nilai segitu. Padahal itu kalau siswa ujian dapat nilai lima, lulus ngga?
Kemdikbud punya bayangan bahwa guru profesional harus 76 (minimal skor UKG). Ini jadi target kita memberi peningkatan kompetensi. Kemdikbud dan UNY bersinergi untuk menyelenggarakan PPG seluas-luasnya sesuai kapasitas, agar nilai memenuhi standar yang ditentukan.
Target lain yang dibebankan kepada LPTK adalah manfaat dan tunaikan izin menyelenggarakan PPG ini sebaik betul. Tidak semua LPTK diberi izin gelar PPG. Di seluruh Indonesia, hanya 57 dari 422 LPTK yang punya izin menggelar PPG.
Sedangkan terkhusus di Yogyakarta, hingga tahun ini hanya UNY yang punya. Universitas Ahmad Dahlan baru diresmikan prodi PPG pada Agustus lalu, dan pada tahap perintisan.
Tujuan dari pemberian target tersebut?
Para guru yang jebolan dari UNY ini, nantinya diharapkan bisa mengerek standar internasional. Kapasitasnya sesuai dengan kompetisi global hari ini, seperti kemampuan Sains, Matematika, dan Literasi untuk para peserta didiknya kelak. Guru nantinya berkolaborasi dengan teknologi dan internet, bukan digantikan oleh internet. Karena sumber literasi sangat melimpah, tapi perlu ekspertis untuk memberi makna dan karakter atas literasi tersebut kepada para peserta didik.
Caranya, dilatih sejak di kampus. Pendidikan di kampus dilakukan dengan Blended Learning dan Student Centered learning, pembelajaran bauran online-offline dan berpusat pada siswa. Kalau di PPG mereka dididik demikian, maka nanti mereka bisa melakukan
yang sama atau lebih baik kepada peserta didiknya.
Lalu, apa hal baru yang bisa didapatkan para guru dari PPG?
Untuk mendukung kolaborasi guru dan internet, PPG utamanya Dalam Jabatan kita
paksakan tiga bulan harus melaksanakan pengajaran via online. Artinya, mereka belajar menggunakan media-media yang ada di internet untuk mengajar. Mulai dari bahan ajar, kolaborasi literatur, sampai video conference. Supaya terpaksa, dan akhirnya terbiasa.
Pembuatan rencana pembelajaran dan evaluasi juga dilakukan beriringan dengan pelaksanaan pembelajaran yang sudah online. Intinya, kita tidak boleh kalah dengan siswa-siswa yang sejak kecil sudah pegang gadget. Kita pastikan gadget itu diisi modul media pembelajaran, jangan cuma internetan yang kurang baik.
Dari pembinaan proses pendidikan tersebut, kita latih tatanan berpikir (thinking skill) yang basisnya 4C: Critical Thinking (Kritis), Creative (Kreatif ), Communication (Komunikatif ), and Collaboration (Kolaboratif ). Jadi guru keluar dari PPG paham betul bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan tidak sekedar dimantrakan lewat narasi di depan kelas, tapi harus disertai dengan internalisasi nilai dan pengayaan literasi-literasi baru yang ada di abad 21 seperti Big Data.
Apakah selama ini guru tidak paham tentang pembelajaran Online. Bukannya hal itu sudah umum?
Jangan salah. Kita di Jawa, boleh jadi anggap itu umum. Tapi coba di Jawa, masuklah ke
daerah yang tidak begitu maju. Atau ke luar Jawa yang jangankan internet, listrik saja susah.
Pembelajaran masih jauh dari literasi abad 21 dan basis 4C. Beberapa tahu tapi tidak terfasilitasi, tapi lebih banyak lagi yang tidak tahu sama sekali. Di sinilah Pemerintah hadir dan bekerja. Memastikan semua bisa maju beriringan. Yang sudah paham tapi belum terfasilitasi, kita rintis perbaikan pelan-pelan lewat banyak program. Yang belum, dan untuk generasi penerusnya, kita harus buat mereka berstandar champion, berstandar juara.
Harapannya, PPG akan mendorong hal itu. Sesuai dengan SN Dikti 55/2017 dan 44/2015 yang menyatakan bahwa guru lulusan LPTK itu harus punya kompetensi profesional pedagogik kepribadian dan sosial, yang nantinya bisa melakukan proses pembelajaran abad 21.
Berbasis High Order Thinking Skill, sehingga jebolan PPG bersama dengan muridnya bisa jadi agent of change. Dan dengan mengawal tugas berat guru dan dunia pendidikan ini, kerja sinergi UNY sebagai LPTK dapat memberi manfaat bagi pembangunan bangsa. Kita taruh harapan besar bagi UNY
Related Posts
Guru Itu Tugas Mulia, Penyalur dan Investasi Peradaban
Tilik Rancangan Dasar Hukum PTNBH UNY
Ir. Drajat Ruswandono, MT. (Sekretaris Daerah Gunungkidul) Pemkab Gunungkidul Dukung Penuh Kampus UNY!
Prof. Dr. Lantip Diat Prasojo, M.Pd. – Majukan UNY dengan Kecepatan Cahaya
GKR Hemas – Anugerah yang Sangat Layak
No Responses