Lewat komunitas, universitas tak hanya jadi tempat menuntut ilmu, namun juga bisa menjadi ajang silaturahmi dan pengembangan diri.
Berawal dari kegundahan tiga orang alumni saat masih aktif di kampus kebanggaan, Universitas Negeri Yogyakarta. Mereka tergerak hatinya untuk ikut andil dalam penyebaran informasi mengenai kampus kepada sivitas akademika maupun masyarakat luas. Tepat lima tahun berlalu, sebuah komunitas berdiri. Komunitas itu diberi nama UNY Community.
UNY Community atau UC merupakan sebuah komunitas yang beranggotakan mahasiswa dan alumni UNY. Komunitas yang lahir pada tahun 2012 ini memiliki tujuan menyebarkan informasi, menampung aspirasi, wadah publikasi karya dan sarana penghubung mahasiswa dengan alumni UNY. Untuk tetap eksis, UC memiliki tiga bidang di dalamnya, yaitu bidang konten, publikasi, dan marketing. Bidang konten bertugas mengakomodir konten-konten seperti tulisan maupun video yang nantinya akan di-publish oleh bidang publikasi. Sementara bidang marketing bertugas mempromosikan kegiatan-kegiatan UC agar dikenal dan diikuti oleh keluarga UNY.
Melalui laman unycommunity.com orang dapat membaca sejumlah artikel mengenai berita seputar kampus, serba-serbi kehidupan kampus, event kampus, prestasi mahasiswa, alumni UNY, dan masih banyak lagi. Tak hanya online, UC juga memiliki kegiatan offline. Kegiatan tersebut meliputi pertemuan rutin anggota, kegiatan entrepreneur, bakti sosial, pendakian, camping dan refreshing yang biasa diadakan tiap tiga bulan sekali.
Ditemui tim PEWARA Senin (7/8) Arsyad, satu dari tiga pendiri komunitas mengaku saat ini dirinya tengah sibuk mencari anggota yang berkomitmen untuk bergabung dengan UC. “Sekarang susah nyari yang komitmen, karena kita belum bisa memberikan honor buat yang nulis,” keluhnya. Selama ini dirinya mengaku mengelola website dan media sosial sendiri. Sesekali beberapa teman bersedia mengirimkan tulisan untuk kemudian diunggah. Namun, kini UC telah memiliki pengurus yang masing-masing terbagi dalam bidang yang telah disebutkan.
UC hanyalah satu dari sekian banyak komunitas yang ada di UNY. Selain Unit Kegiatan Mahasiswa atau UKM, tak sedikit mahasiswa yang tergabung dalam komunitas yang mereka bentuk atau memang sudah terbentuk sebelumnya.
Komunitas yang ada, lahir dari pelbagai latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya saja komunitas yang lahir karena kesamaan asal daerah yang biasa tergabung dalam keluarga mahasiswa daerah tertentu. Kesamaan hobi juga menjadi salah satu alasan. Sebagai contoh komunitas fotografi, street art, dan lain sebagainya. Tak jarang di setiap fakultas dengan ciri khas keterampilan mahasiswanya memunculkan komunitas-komunitas yang tidak ditemui di UKM. Sebut saja komunitas Juggling di Fakultas Teknik. Komunitas yang beranggotaan mahasiswa jurusan tata boga ini biasa berkumpul untuk mengasah kemampuan “juggling” atau menyajikan minuman yang dipadukan dengan seni pertunjukan. Juggling atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut sebagai bartending membutuhkan keterampilan khusus. Tak hanya mengerti berbagai minuman yang akan disajikan, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh seorang bartender sehingga mampu menampilkan performa yang memukau pengunjung. Melalui komunitas inilah, kemampuan tersebut diperdalam, selain tentunya diperoleh di dalam kelas.
Tak mesti sesuai dengan jurusan, komunitas berlatar belakang hobi juga banyak muncul. Misalnya saja komunitas basket dan futsal di Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Meski bukan berasal dari bidang keolahragaan, mahasiswa komunitas atau klub ini berkumpul karena satu kesamaan minat dan bakat. Ada pula komunitas Seni Loeminthu. Komunitas dengan motto “Meruang Mewaktu dan Lalu Kita Menjadi” tersebut bergerak di bidang seni berupa teater dan tari di FIS. Bagi mahasiswa yang memiliki kecintaan alam, komunitas pecinta alam juga hampir ada di setiap fakultas.
Tak jauh berbeda dengan UKM, komunitas memiliki kegiatan serupa dengan UKM universitas. Bedanya komunitas bersifat lebih fleksibel jika dilihat dari sistem keanggotaan dan teknis pelaksanaan. Arya, aktivis mahasiswa FIS angkatan 2016, membenarkan hal tersebut. “Komunitas itu lebih bebas, kalau organisasi lebih terikat,” katanya.
Keberadaan komunitas pada sebuah universitas tentu memberikan banyak dampak positif baik untuk anggota maupun bagi komunitas lainnya. Bagi anggota, kesempatan belajar menjadi manfaat pertama yang diperoleh dalam sebuah komunitas. Hal positif lainnya dapat diraih misalnya melalui kegiatan yang dilakukan antarkomunitas. Berbagi pengalaman atau bertukar pikiran dapat dilakukan untuk memperoleh pengalaman yang berbeda antaranggota. Melalui kegiatan tersebut, perluasan jaringan pertemanan menjadi hal yang tidak terelakkan, sehingga sangat memungkinkan untuk memperoleh koneksi. Hal tersebut diungkapkan Arya, “Penting. Sebagai pereratan pertemanan, perluasan jaringan,” tuturnya.
Hal menarik yang biasa dapat ditemukan pada sebuah komunitas adalah adanya ciri khusus yang biasa ditunjukkan melalui kaos, gelang, atau barang unik lain yang hanya dimiliki komunitas yang bersangkutan. Tak hanya untuk bergaya, keberadaan simbol sebuah komunitas memberikan semangat tersendiri bagi anggota-anggotanya terlebih untuk memunculkan rasa persatuan antaranggota komunitas.
Komunitas pada akhirnya dapat dijadikan alternatif khususnya bagi mahasiswa baru yang baru saja mengenal dunia kampus sekaligus sebagai ajang pencarian jati diri yang menyenangkan tanpa menghilangkan tugas utama mahasiswa untuk menuntut ilmu. Salah satu panitia Ospek UNY 2017 Nabila, mengungkapkan bahwa pengembangan ketrampilan dan pengalaman menjadi bekal khusus untuk menghadapi persaingan di luar kampus. “Jangan hanya duduk di kelas. Tapi ikut komunitas untuk dapat pengalaman lebih banyak. Pokoknya harus ngembangin diri, soalnya kalau ngandelin ilmu pasti susah bersaing di luar sana,” ungkapnya.
No Responses