“Putra terbaik FIK berada di balik kesuksesan Timnas U-23. Bukan sebagai pemain, melainkan terapis olahraga”
Pagi itu Harun menghirup napas sejuk di Sappada, kawasan Pegunungan Alpen, Italia. Di Italia ia bersama Timnas U-23 dalam rangka persiapan latihan Asian Games Cabor sepak bola yang akan diselenggarakan pertengahan September 2014 di Incheon, Korea Selatan. Sebelum dan setelah latihan, Harun bertanggung jawab merawat dan memulihkan cedera pemain. “Bagaimana caranya pemain bisa cepat sembuh. Tugasku sebagai seorang terapi olahraga di situ,” tuturnya kepada reporter Pewara Dinamika.
Di negeri tempat lahir Dante Alighieri, penulis puisi klasik The Devine Comedy, itu Timnas U-23 uji coba melawan A.S. Roma, S.S. Lazio, dan Cagliari. “Kami tanding di tiga tempat berbeda,” kata Harun, “Centro d’Italia, Comunale, dan Campo Sportivo.” Sepanjang pertandingan Harun bersiap dengan ketangkasannya sebagai penjaga medis. Tanpa cekatan, menurut Harun, cedera pemain akan bertambah parah. “Kalau begitu kan mereka tidak bisa bermain dengan maksimal,” ungkapnya.
Pengalaman sebagai sports therapist Harun dapatkan semasa kuliah. Ia studi S-1 di Prodi Ilmu Keolahragaan (IKORA) angkatan 2010. Semasa kuliah Harun tak hanya beraktivitas di dalam kelas, tetapi juga aktif sebagai Wakil Ketua BEM FIK 2013, pengurus UKM Penelitian, Panahan, dan HIMA.
“Saya merasa, setelah ikut Ormawa, pikiran saya lebih terbuka terhadap perbedaan. Karena di organisasi kita dituntut bekerja bersama dengan berbagai pemikiran dan latar belakang. Tapi punya tujuan sama,” jelasnya.
Betapapun, selama mengalami proses pendidikan di UNY, Harun tetap profesional: menyeimbangkan waktu kuliah dan organisasi. Walaupun aktivitasnya padat, Harun terus menyelinap di ruang privat untuk mendalami subjek yang digeluti.
Tanpa kesungguhan belajar, cita-cita Harun di sektor profesional seperti promosi kesehatan, pengembangan olahraga preventif-kuratif, dan bisnis serta manajemen olahraga akan tak tercapai. “Jadi, konsistensi itu sangatlah penting. Jangan sampai disorientasi.”
Kebulatan tekad belajar sepanjang hayat tertanam dalam diri Harun. Usai kerja di Klinik Spesialis Kedokteran Olahraga di Yogyakarta, pada medio tahun 2016, Harun mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Ia dinyatakan lolos dan dibiayai penuh S-2 di Jurusan Ilmu Keolahragaan, ITB.
Di awal kuliah di kota kembang yang sejuk itu Harun telah merencanakan konsep penelitian. “Risetnya tentang Injury Prevention Program atau progran latihan pencegahan cedera olahraga. Kenapa saya tertarik di bidang ini? Karena background saya di terapi dan rehabilitasi olahraga,” ujarnya.
Selama menghadapi cedera, Harun melihat terdapat kecenderungan luka yang serius di bagian lutut. Menurutnya itu bisa berakhir di meja operasi. “Biayanya juga sangat mahal. Belum lagi efek setelahnya. Kariernya bisa terhambat,” ucapnya.
Bagi Harun kecelakaan itu bisa dicegah dengan latihan secara terjadwal. Ia mengutip penelitian aktual yang membuktikan bahwa program latihan yang dirancang khusus bisa menurunkan angka cedera sebesar 40-80%.
“Nah, cabor yang saya jadikan subjek penelitian adalah bulu tangkis. Olahraga ini sangat populer di indonesia dan setiap penyelenggaraan olimpiade pemenang akan mendapatkan emas. Angka kejadian cederanya masih cukup tinggi, khususnya cedera tubuh bagian bawah,” pungkasnya.
No Responses