Dalam kehidupan dunia ini, kebanyakan orang pernah mengalami penyesalan, dan mungkin kita juga pernah merasakannya. Penyesalan
itu terjadi karena beragam sebab, salah satunya adalah karena kehilangan peluang atau terlewat kesempatan emas, contohnya adalah investasi tanah. Beberapa belas tahun yang lalu harga tanah masih cukup murah, mungkin salah satu dari kita ketika itu punya uang yang cukup untuk membeli tanah yang luas dengan harga yang murah. Namun dengan berbagai pertimbangan tidak membelinya.
Saat ini ternyata harga tanah tersebut telah melambung tinggi berkali-kali lipat dibanding dahulu. Menyesal mengapa dahulu tidak menabung atau investasi tanah. Penyesalan seperti itu sekalipun cukup menyakitkan hati, namun sebenarnya masih bisa diperbaiki yang penting ada dana (uang). Semahal apapun harga tanah jika kita punya uang, maka masih bisa untuk dibeli kemudian diinvestasikan, toh beberapa belas tahun kemudian harga tanah pasti akan naik.
Itulah karakeristik penyesalan dalam urusan duniawi, masih berpeluang untuk diperbaiki. Namun ada satu jenis penyesalan yang tidak akan pernah berguna karena tidak mungkin bisa diperbaiki, yaitu penyesalan hamba di hari kiamat kelak. Allah berfirman;
(21) Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan); (22) dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris (23) dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu; (24) Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini” (TQS. al-Fajr ayat 21-24).
Ayat-ayat di atas membahas salah satu kejadian di hari kiamat yaitu digoncangkannya bumi tempat kita berpijak secara terus-menerus. Sehingga seluruh yang ada di atas muka bumi hancur, kemudian bumi rata serata-ratanya. Tidak ada lagi gunung apalagi bangunan berdiri tegak. Di tempat yang teramat luas dan rata itulah para manusia dan jin akan dikumpulkan. Lalu para Malaikat turun secara berangsur perlangit.
Malaikat penghuni langit pertama turun berbaris di shaf pertama, kemudian Malaikat penghuni langit kedua turun berbaris di shaf yang kedua, dan begitulah seterusnya hingga terbentuk tujuh shaf, di mana para Malaikat mengelilingi seluruh manusia dan jin di tengah tengahnya. Semuanya terkepung tanpa ada celah sedikitpun untuk melarikan diri. Ketika itulah Allah datang untuk memberi keputusan mengawali proses hisab dan penimbangan amalan.
Lalu neraka di datangkan. Saat itu manusia melihat neraka yang menyala-nyala, seketika timbul penyesalan yang maha dahsyat. Namun penyesalan itu tidak ada gunanya. Menyesal mengapa tidak sholat dengan benar, menyesal kenapa malas membaca al-Qur’an, menyesal kenapa enggan membayar zakat dan bersedekah, menyesal kenapa tidak berbakti kepada orang tua, menyesal kenapa tidak mendidik anak dan istri secara serius, menyesal kenapa tidak menunaikan amanah pekerjaan dengan baik, menyesal kenapa tidak segera bertaubat dari dosa dan maksiat.
Namun penyesalan-penyesalan itu tidak berguna, sebab penyesalan tersebut tidak mengubah nasib dan ketetapan Allah. Sebanyak apapun harta yang dimiliki bahkan jika mempunyai emas seluas langit dan bumi sekalipun, lalu digunakan untuk menebus siksa Allah, maka tebusan tersebut akan ditolak mentah-mentah.
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong (TQS. Ali Imron ayat 91).
Penyesalan yang bermanfaat dan berguna adalah penyesalan saat nafas masih di kandung badan. Penyesalan ketika Malaikat Maut belum datang menjemput. Sesenja apapun usia seseorang, ia masih mempunyai kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan biarkan syaithan meracuni pikiran kita dengan bisikan, ‘kamu sudah terlambat untuk menjadi orang baik, umurmu sudah terlalu tua, dosamu sudah terlampau banyak, tidak mungkin diampuni Allah”.
Enyahkan bisikan-bisikan syaithan tersebut, sungguh Allah selalu setia menanti taubat para hamba-Nya siang dan malam tanpa henti. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah dalam sabda-Nya;
Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubatnya orang yang melakukan kesalahan pada siang hari dan membentangkan Tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan pada malam hari, sampai matahari terbit dari arah barat (HR. Muslim).
Marilah sebelum ajal datang menjemput, kita muhasabah diri kita masing-masing supaya kita reduksi kekurangshalihan kita di masa lampau untuk kita perbaiki di masa sekarang dan yang akan datang.
No Responses