Digilib dibonsai cantik agar ramah bagi mahasiswa. Menyesuaikan tren milenial, digilib digadang-gadang menjadi perpustakaan favorit. Bejibun karya akademik diharapkan melejit setelah bervakansi ke digilib
Dinding kaca utama lantai pertama digilib tampak kinclong. Meski dilihat sekitar tujuh langkah kaki dari rektorat, fasilitas bagian dalam terpampang jelas. Seakan tak ada sekat pemisah. Padahal kaca itu cukup tebal. Relatif tebal dari kaca konvensional. Pengunjung, sebagian besar mahasiswa UNY itu, bisa melihat keadaan dalam digilib dari kejauhan.
Mulanya Aya, mahasiswi Pendidikan Ekonomi, tak mengira kalau gedung bekas parkiran perpustakaan pusat itu hendak dibangun digilib. Ia hanya mendapat kabar lewat tutur tinular teman kuliahnya. Desas-desus itu terbayar sudah manakala lewat depan Museum Pendidikan Indonesia (MPI). “Ternyata benar. Ada perpus baru. Bagus,” ucapnya.
Aya ikut peresmian digilib pada 8 Maret. Bersama kelima sahabatnya ia mewakili Fakultas Ekonomi. Menyimak penjelasan Dirjen Belmawa dan Rektor UNY, Aya tak sabar memanfaatkan fasilitas digilib. “Kan dijelaskan kalau perpus baru itu enak buat diskusi dan mengerjakan tugas,” katanya.
Digilib dipercantik, tak sekadar bebas WiFi, tapi juga fasilitas canggih sekaligus ornamen kekinian. Perpustakaan megah ini sengaja dibangun sesuai selera milenial. Pandangan perpustakaan yang dingin, kuno, dan tak ramah bagi pengunjung segera ditampik.
Digilib menawarkan kebaruan ruang dan suasana yang memungkinkan pendatang bercengkerama secara intelektual. Bahkan juga memberikan ruang khusus berkontemplasi agar semakin bergairah untuk berkarya secara akademik. Keempat lantai dibonsai sedemikian rupa dengan tata kelola modern dan profesional.
Seratus unit komputer bermerek Apple bertengger di lantai pertama. Satu musala, dua ruang diskusi, dan ruang kreatif bisa dijumpai di lantai kedua. Ruang kolaboratif, audio-visual, dan konferensi mini ditempatkan di lantai tiga. Yang terakhir, lantai keempat, terdapat gedung pertemuan berkapasitas 300-an orang. “Pembagian komputernya, lantai dua 70 unit dan lantai tiga 60 unit,” tutur Zamtinah, Kepala Perpustakaan Pusat UNY. Tiap lantai sama-sama memanjakan pengunjung.
Konsep ruang dan dekorasi digilib mendekati kantor Google. Ia dibentuk dan ditata sesuai tren anak muda. Asosiasi perpustakaan lampau yang menakutkan tak lagi diteruskan. Menurut Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, digilib dikondisikan agar sivitas akademia betah di perpustakaan. Untuk menjaga kenyamanan dibutuhkan terobosan kreatif sesuai gaya milenial.
“Target tahun 2018 seribu artikel ilmiah!” tegas Sutrisna. Ia mengharapkan dengan adanya digilib dorongan berkarya semakin melejit. Apalagi referensi digital bebas diakses di digilib. Ini menegaskan tak ada lagi alasan defisit pustaka. Semua itu, menurut Sutrisnya, semata-mata memfasilitasi mahasiswa dan dosen untuk melanggengkan tradisi akademik.
Komputer yang tersedia di digilib akan disambungkan dengan komputer lain di tiap fakultas. Zamtinah pula telah menyiapkan dua teknisi khusus digilib. “Mereka ditugaskan untuk mengelola bagian digilib,” ujarnya. Digilib difungsikan sebagai perpustakaan pusat, sedangkan pascasarjana, fakultas, dan gedung utama lain akan menerima percikan literasi digital itu.
“Digilib dipercantik, tak sekadar bebas WiFi, tapi juga fasilitas canggih sekaligus ornamen kekinian. Perpustakaan megah ini sengaja dibangun sesuai selera milenial”
No Responses