Wawancara Khusus Hasto Wardoyo,Sp.OG(K)
Sebagai Dokter Spesialis Kandungan, Hasto percaya kemampuan manusia harus selalu diasah. Sinapsis antar neuron otak akan tersambung dan makin kuat, apabila senantiasa dipacu. Berpikir keras dalam meneliti dan berinovasi, jadi langkah strategis untuk melakukannya.
Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Hasto Wardoyo yang juga Bupati Kulonprogo berkisah bagaimana kemampuan asah otak tersebut tak hanya berkontribusi positif bagi pengembangan diri. Namun juga mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan mendorong pengembangan daerah dan bangsa.
Semua hal tersebut ia kisahkan di sela-sela Studium General PIMNAS yang digelar di Ruang Sidang Utama UNY, Kamis (30/08/2018) sore.
Dalam perspektif bapak sebagai dokter kandungan, apa manfaat yang bisa dipetik dari PIMNAS?
Walaupun seseorang sudah cerdas atau memahami banyak hal, kemampuan otak harus selalu diasah. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) diharapkan bisa menjadi wadah untuk melakukan hal tersebut. Sehingga kesempatan apapun, termasuk PIMNAS ini, adalah sangat bagus dan saya harapkan jadi wadah kita mengasah otak dan kemampuan,
Bidang keilmuan saya basisnya adalah kandungan, dengan subspesialis saya adalah bayi tabung dengan pemahaman atas sel-sel. Jadi, saya paham betul bahwa Tuhan mengkaruniakan kemampuan yang luar biasa dalam setiap zigot yang nantinya akan tumbuh menjadi manusia seutuhnya. Potensi yang sangat luar biasa. Termasuk ketika mereka menjadi mahasiswa.
Bayangkan bagaimana tidak unggul. Karena kita yang awalnya satu sel telur, dikeroyok oleh sekitar rata-rata 20 juta sel sperma. Hanya satu sel tersebut yang bisa unggul, hingga menjadi seorang insan. Untuk ikut PIMNAS pun, bahkan sebelumnya saat anda akan menjadi mahasiswa, mereka juga berebut. Ratusan ribu insan terbaik memperebutkan kursi yang tak seberapa.
Sehingga dari kompetisi-kompetisi tersebut, PIMNAS adalah hasil seleksi yang luar biasa.
Bagaimana kompetisi bisa berujung kepada peningkatan kualitas mahasiswa?
Karena terpacu. Lingkungan bisa jadi variabel independen ataupun variabel antara yang sangat menentukan. Kita hidup, kan tidak bisa membentuk lingkungan seperti yang kita inginkan. Tidak bisa lingkungan diberi variabel kontrol. Hidup ini keras, begitupula persaingan dalam hidup dan kompetisi.
Namun, saya senang sekali ketika ada 136 perguruan tinggi bisa dipertemukan disini sebagai anggota, delegasi, dan peserta PIMNAS. Kami sebagai jajaran Pemerintah Kulonprogo dan mitra UNY dalam banyak kesempatkan, ucapkan selamat kepada UNY yang luar biasa.
Mereka yang datang dalam PIMNAS adalah orang-orang pilihan semua. Posternya ada 400 lebih. Itu hasil seleksi yg luar biasa. Sehingga kalau hadir di sini sebagai pemenang itu saya kira wajar. Walaupun harapan saya ini tidak mungkin, tapi saya doakan semua dapat medali emas, Insyaallah.
Maka jikalau nanti para peserta PIMNAS berhasil muncul menjadi unggul, kreatif, dan inovatif dengan landasan karakter taqwa mandiri dan cendekia, maka bukanlah sebuah keheranan. Karakter-karakter itu justru menjadi sebuah keharusan karena mereka adalah insan dan bibit terbaik.
Dan akan menjadi keharusan mereka juga, untuk harus bisa membela bangsa. Untuk kebersamaan di dalam kerangka kebhinekaan itu sendiri, dengan berpegang teguh pada semangat untuk mengabdikan diri yang terbaik. Lewat inovasi-inovasi yang tak hanya mengasah otak. Tapi juga mendorong pembangunan daerah dan bangsa.
Lalu, apa urgensi mengasah otak bagi mahasiswa Indonesia hari ini?
Sinapsis antar neuron otak akan tersambung dan makin kuat, apabila senantiasa dipacu. Berpikir keras dalam meneliti dan berinovasi bisa jadi cara kita asah otak. Ini urgensinya, untuk pengembangan diri.
Namun sebagai mahasiswa dan insan bangsa, manfaat asah otak lewat kompetisi-kompetisi seperti ini tidak hanya menjadi diri yang lebih baik. Bangsa juga bisa makin baik, ditengah tantangan luar biasa era kompetisi. Semua seakan berada dalam Red Ocean Strategy, samudera merah penuh persaingan. Survival of the fittest tidak bisa kita lakukan sebagai bangsa, kalau kita lemah dan terus bergantung.
Contohnya?
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kita sering bergantung dan ketinggalan. Jangankan menciptakan, memahami ilmu yang sudah ada ataupun mengembangkan dan mengaplikasikannya saja, masih keteteran. Padahal fenomena perkembangan ilmu pengetahuan saat ini yang berlangsung begitu cepat. Apa yang dipelajari seseorang , dapat mengalami perkembangan signifikan hanya dalam waktu beberapa tahun saja.
Contohnya misal, saat ini manusia bisa mengembangkan rekayasa reproduksi dengan begitu pesat hanya dalam waktu yang singkat. Masih belum lama ungkapnya, masyarakat dikejutkan dengan fenomena kloning.
Namun saat ini, peneliti sudah mampu memberi kejut listrik pada sel telur untuk melakukan pembuahan tanpa perlu sperma. Di University of Bath, sel manusia yang lain dan tak lazim untuk dibuahi, bahkan kini bisa dijadikan sarana untuk reproduksi.
Sedangkan dunia kedokteran secara umum, kini telah mengenal metode genom editing dengan mekanisme CRISPR. Dalam mekanisme ini, dokter dapat mengubah asam amino dalam DNA, untuk merubah sifat keturunan yang dihasilkan dalam proses reproduksi.
Misalnya, menjadikan keturunan tersebut berambut kriting atau bahkan berkekuatan super. Sehingga hari ini kalo pengen bikin manusia rambutnya tidak kriting, ya embrionya itu yg masih morula sebelum blastula celupkan di gen anti kritng, jadilah calon anak berambut lurus. Kita bisa menentukan sifat anak itu nantinya. Wah besok punya anak rambut lurus. Lalu kalau ingin bikin anak berambut keriting, bisa diatur.
Hal-hal tersebut, ketika kita masih gemar ribut apakah vaksin itu halal atau haram, sudah tak lagi mustahil. Bayangkan saja di Indonesia, kalau kita semua sudah memahami kalau sel telur ketika dikejutkan listrik, langsung bisa jadi bayi. Bapaknya siapa nanti?
Atau ketika kita melakukan gene editing, ingin anak berambut tertentu, maka kita seakan-akan menyalahi takdir dan bermain diri sebagai Tuhan. Itu yang diributkan.
Itulah mengapa, asah otak harus ditekankan. Perdebatan dan penentuan batas etika serta moral memang harus dilakukan. Sebagai dokter kandungan, saya mengecam pengguguran. Pertanggungjawbannya gimana itu nanti di mata Allah?
Namun, kita juga harus menguasai bahwa teknologi seperti itu ada. Agar tidak ada yang membodohi kita. Dan agar tidak ada yang menyalahgunakan teknologi demikian.
Kemampuan apa saja yang bisa dipetik dari gelaran PIMNAS?
Kemampuan untuk memajukan teknologi lewat riset-riset dan kemampuan inovasi. PIMNAS saya kira juga sangat luar biasa untuk melahirkan teori-teori. Ada kategori gagasan tertulis, untuk berdialektika.
Semangat untuk riset dan inovasi juga bisa menghasilkan generasi yang pinya softskill dan hardskill. Saya sering punya murid dokter IP nya 4,0, begitu pintar mendeteksi gejala dan merumuskan obat, tapi tidak dipercaya oleh para pasiennya. Sekedar karena tidak pintar komunikasi dan dianggap judes. Sedangkan yang IPnya lebih rendah, sering lebih supel. Karirnya melejit.
Skill-skill seperti itu, bisa dibangun dengan semangat. Misal ibaratkan saja, mahasiswa sejak awal masuk kuliah tiga tahun sebelumnya, telah berdoa setiap pagi: Saya akan menjadi pemenang PIMNAS di th 2018, kemudian saya juara.
Wah sehingga dia setiap bagun pagi itu, selalu semangat menjalani hari. Semangat belajar. Semangat berinovasi. Termasuk semangat kembangkan softskill, karena PIMNAS di akhir dinilai bukan sekedar dari hilirisasi. Tapi dari poster dan presentasi. Bagaimana hari ini menyampaikan ide ke juri, lalu keesokan harinya ke masyarakat
Beda kalau misal dari awal kuliah, sudah punya cita-cita sekedar ingin jadi istrinya polisi misal. Capek belajar, capek bekerja, inginnya nikah. Ini hanya emotional tension, bukan creative tension. Mengejar prestasi PIMNAS, mengejar IPK, mengejar pencapaian di berbagai bidang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, maka Insya Allah soft skill dan hard skill bisa terpetik.
Related Posts
Guru Itu Tugas Mulia, Penyalur dan Investasi Peradaban
Tilik Rancangan Dasar Hukum PTNBH UNY
Ir. Drajat Ruswandono, MT. (Sekretaris Daerah Gunungkidul) Pemkab Gunungkidul Dukung Penuh Kampus UNY!
Prof. Dr. Lantip Diat Prasojo, M.Pd. – Majukan UNY dengan Kecepatan Cahaya
GKR Hemas – Anugerah yang Sangat Layak
No Responses