Rektor UNY: PIMNAS Jadi Wahana Belajar 

 LAPORAN UTAMA

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), bagi Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY tak pernah menjadi sekedar gengsi universitas. Entah itu gengsi universitas yang menjadi peserta, jawara, termasuk UNY yang menjadi tuan rumah. 

Pimnas tidak cuma penting bagi kampus-kampus, tapi justru bagi mahasiswa-mahasiswa yang bertanding. Sebab, mereka akan mendapat pengalaman yang tidak akan diperoleh di perkuliahan. 

Melalui Pimnas, mahasiswa-mahasiswa diajak untuk senantiasa berpikir secara kritis, dituntut mampu menganalisis data, dan memahami cara menjadi peneliti. Artinya, mereka mampu mengetahui bagaimana ilmu pengetahuan diciptakan. 

Rektor UNY, Sutrisna Wibawa menekankan, masuk Pimnas merupakan satu prestasi membanggakan tidak cuma bagi mahasiswa. Melainkan bagi seluruh sivitas akademika universitas masing-masing. 

 

Terlebih, langkah kaki finalis-finalis untuk sampai ke Pimnas harus dilalui melalui perjuangan yang panjang. Karenanya, mereka dirasa sangat layak mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi pula. 

“Perjuangan dan pengalaman dalam PIMNAS selaras untuk menciptakan generasi unggul yang mampu mempertahankan kebhinekaan. Wahananya untuk belajar hal tersebut, ya lewat PIMNAS ini,” ujar Sutrisna. 

 

Kesempatan Berinovasi 

Kesempatan untuk menjadikan PIMNAS sebagai wahana belajar, tak hanya datang dari pengalaman magis berada dalam suatu kompetisi. Dorongan dari Menristekdikti yang terus didengungkan Sutrisna Wibawa, salah satunya adalah memastikan bahwa program kreativitas mahasiswa ke depan tak selayaknya berhenti pada tataran gagasan 

Dunia industri atau usaha masyarakat harus bisa turut merasakan buah pikir para cendekiawan-cendekiawan muda. PIMNAS kemudian dianggap laksana kawah candradimuka untuk menggodok pikiran-pikiran itu. Mengupayakan agar kewirausahaan, teknologi, hingga gagasan tertulis dan karya cipta yang telah dicetuskan mahasiswa, agar harus dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia. 

“Layaknya diungkapkan Bapak Menteri, kita sebagai akademika punya tugas besar untuk Bagaimana hal ini bisa hilirisasi dan dikomersialisasikan hasil-hasil riset pada dunia usaha atau masyarakat,” tutur Sutrisna di sela-sela pembukaan PIMNAS, (30/08/2018). 

Atas niat dan penekanan tersebut, gelaran PIMNAS yang lalu senantiasa memasukan kreatifitas mahasiswa dibidang inovasi sebagai penekanan. Sehingga karya ilmiah mahasiswa kedepan bisa menghasilkan inovasi yang mampu menciptakan kewirausahaan baru.  

Selama ini, yang dilakukan perguruan tinggi semuanya kerap diasosiakan bersifat karya ilmiah dan belum konkrit ataupun bermanfaat praktis. Entah itu kewirausahaannya, tentang teknologi, sosial humaniora, exacta dan lainya semua masih di hulu. Sehingga harus didorong jangan hanya sampai pada penelitian saja tetapi harus menjadi inovasi.  

Untuk itu, PIMNAS bisa menjadi ajang untuk menyampaikan gagasan mahasiswa melalui program kreatif Mahasiswa (PKM). Baik PKM Wirausaha, PKM Teknologi maupun PKM penelitian eksakta hingga karya tulis. Hasil karya ini harus dikembangkan agar bisa lebih bermakna. 

Arahan dari Kemristekdikti yang senantiasa ditunaikan pula di UNY, adalah menyeimbangkan aplikasi atas ilmu-ilmu tersebut. Sutrisna mengungkapkan bahwa di satu sisi, amanat untuk hilirisasi dan komersialisasi kerap dekat dengan aktivitas industri. Ibarat kita menciptakan sesuatu lalu mendapatkan profit. 

Namun, bila sekedar melakukan hal tersebut, maka cendekiawan yang selayaknya memberi sumbangsih buah pikir justru tak ada bedanya dengan tukang biasa. Melakukan sesuatu yang as usual demi kepentingannya pribadi. Tanpa inovatif menciptakan produk yang bermanfaat di masyarakat. 

“Itulah mengapa PIMNAS harus dijadikan kesempatan berinovasi. Jangan sampai kita pintar namun akhirnya menjadi tukang. Tanpa inovatif menciptakan produk yang bermanfaat di masyarakat, sayang sekali ilmunya,” tutur Menristekdikti didampingi Sutrisna pada gelaran yang sama. 

 

Membuka Peluang dan Potensi 

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, melalui sambutan yang diba- cakan Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X, saat pembukaan Pimnas 31 di GOR UNY, Kamis (30/08/2018), juga menuturkan hal senada. Beliau turut memberikan apresiasinya atas perhe- latan Pimnas kali ini.  

Sultan berharap, karya-karya yang ada mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di dunia global. Untuk itu, ia berpesan agar peserta-peserta Pimnas, yang merupakan bibit-bibit peneliti, mampu memahami betul seluk beluk karya- karya ilmiahnya. Sehingga, mampu mengem- bangkannya menjadi inovasi-inovasi unggul. 

 “Jangan cuma jadi zona tukar, kita harus punya inovasi-inovasi yang bisa dimanfaatkan kepada masyarakat,” pesan Sultan  

Selain itu, Sultan juga berpesan , gelaran-gelaran seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa, dapat selalu diselengga- rakan demi menampung potensi-potensi bang- sa. Manfaatnya, sudah pasti meningkatkan daya saing dengan keterlibatan elemen masyarakat ilmiah. 

Senada, Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa menekankan bahhwa Pimnas harus bisa membuka peluang dari potensi-potensi yang dimiliki mahasiswa. Serta, mempertajam wawasan dan kreativitas yang menjadi modal mahasiswa ke depan. 

Terlebih lagi, gelaran ini bukan acara kecil sehingga pesan yang disampaikan diharapkan oleh Sutrisna dapat menyebar dan bermanfaat secara luas. Tercatat keturutsertaan 1.523 mahasiswa dari 136 perguruan tinggi. Mereka berlomba di tujuh bidang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). 

Keturutsertaan 136 perguruan tinggi dalam gelaran tersebut, bahkan sempat diungkapkan oleh Menristekdikti Prof. Mohamad Nasir sebagai rekor peserta paling banyak sepanjang sejarah kompetisi. Keberagaman yang muncul di ajang Pimnas ini, diharapkan oleh Nasir mampu  mendorong keluarnya ide-ide briliannya untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah. 

Hasil dari Pimnas ini, dirasa tepat dijadikan sebagai umpan balik terhadap proses belajar dan mengajar di perguruan tinggi. Sehingga, ada kualitas yang ditingkatkan dari perhelatan Pimnas yang menjadi kesempatan emas untuk menggalakkan inovasi. Sekaligus memastikan bahwa ke depannya, mahasiswa Indonesia memang harus memiliki karakter komplit tentang intelektual dan emosional. Sembari disertai dengan landasan kebhinekaan, dan penghargaan atas keberagaman dalam dirinya. 

“Ini pertamakali UNY menjadi tuan rumah Pimnas. Sebagai tuan rumah, kami berharap bisa memberikan pengaruh akademis lebih baik. Semua itu sudah berlangsung, dan UNY sukses secara penyelenggaraan dan prestasi,” pungkas Sutrisna.  

Author: 

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Semua tulisan di laman pewaradinamikauny.com, telah diterbitkan di Majalah Pewara Dinamika, Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk membaca versi lengkap dari setiap artikel dengan gambar ilustrasi dan infografis, baca versi (.pdf) majalah yang bisa diakses dan diunduh melalui bilah menu "Download Majalah".

No Responses

Comments are closed.