UNY telah lama memiliki 11 program studi bergelar diploma yang tersebar di dua fakultas. Dan dalam rangka menguatkan peran prodi teknis tersebut di tengah pesatnya pertumbuhan industri dan kebutuhan tenaga ahli, Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, memiliki target untuk membuat fakultas baru berupa sekolah vokasi. Pada 2018, Fakultas tersebut ditargetkan sudah menyatukan seluruh program studi diploma dan berpindah ke Kampus UNY Wates. Sedangkan seluruh prodi sarjana di Wates akan dipindahkan ke kampus Karangmalang.
Kepada Pewara Dinamika, Kamis (04/05/2017), Sutrisna kemudian menjawab bagaimana latar belakang dan road map mewujudkan Sekolah Vokasi di UNY Wates.
Kenapa Vokasi UNY Perlu Dibentuk?
Guna memahami pembentukan vokasi UNY, menilik tipikal pendidikan Indonesia kemudian menjadi penting. Ada tiga jenis pendidikan yang kita kenal: akademik, profesi, dan vokasi. Pendidikan akademik adalah pendidikan strata satu, strata dua, dan seterusnya yang jamak kita kenal. Dimana, jalur pendidikan tersebut akan menelurkan lulusan ahli keilmuan yang perlu dilatih kembali lebih dulu sebelum terjun ke dunia pekerjaan. Baik lewat pendidikan latihan, maupun lewat pendidikan profesi.
Pendidikan profesi ini biasa kita temui pada lulusan akuntansi misalnya. Dimana setelah lulus dan mau jadi akuntan, harus ujian profesi dahulu. Dokter, notaris, pengacara, guru, juga begitu. Sehingga pendidikan profesi melekat dengan pendidikan sarjana akademik.
Disinilah vokasi berbeda. Dia menelurkan tenaga terampil bergelar diploma maupun sarjana terapan yang selepas lulus langsung bisa terjun ke lapangan. Sehingga jika mau langsung kerja, vokasilah jawabannya. Dari perbedaan lingkungan dan orientasinya tersebutlah vokasi jangan sampai digabung dengan akademik. Sehingga rencananya akan saya kumpulkan di Wates semua.
Ditengah tantangan mencari lapangan kerja saat ini, masih relevankah vokasi?
Sangat relevan. Bahkan bila merujuk statistik, kebutuhan industri kita begitu besar dan belum tercukupi. Hanya 8% dari total keseluruhan mahasiswa berada dalam naungan vokasi. Sehingga jika melihat betapa banyaknya orang yang bekerja tidak sesuai dengan bidang yang didalaminya di perguruan tinggi, disitulah sebenarnya gap yang dimiliki pendidikan vokasi indonesia dengan kebutuhan industri. Dan karena syarat pendirian sekolah vokasi adalah kewajiban untuk bekerjasama dengan industri, kita punya keunggulan untuk sediakan lapangan kerja bagi mahasiswa terbaik nantinya.
Ambil contoh dunia perbankan. Lulusan S1 memang bisa masuk bank. Dia punya kelebihan bisa menjadi apa saja asal syaratnya sarjana, jika kita menilik requirement perekrutan pegawai bank. Tapi mereka perlu pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu sebelum benar-benar masuk dan beroperasi di bank tersebut. Tapi kalau vokasi, mereka sudah jadi. Dengan gelar manajemen perbankan, mereka sudah siap ditugaskan sejak hari pertama.
Bagaimana kemudian menggaet calon mahasiswa?
Kembali ke statistik tadi. Kita memang tahu bahwa baru 8% dari keseluruhan mahasiswa yang memilih vokasi. Tapi kebutuhan industri sebenarnya begitu besar dan ada gap. Sehingga pangsa pasarnya terus tarang adalah generasi muda yang mau langsung kerja. Ini kan setara dengan politeknik. Sehingga cara kita memberi tahu masyarakat adalah, kalau ingin segera kerja, ambillah vokasi. Jangan sarjana. Walaupun ini juga butuh waktu. Karena masih ada satu dua masyarakat yang berpikir bahwa pokoknya sarjana. Tanpa memikirkan prospek kedepan.
Jurusan apa saja yang akan dibuka di Sekolah Vokasi UNY?
Semua jurusan bergelar diploma dan sarjana terapan yang sudah ada di UNY, kita pindahkan ke Wates. Melebur dalam satu fakultas: sekolah vokasi. Saat ini sementara ada 11 prodi yang semuanya D3, tapi masih tersebar di Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi. Dengan total jumlah mahasiswa baru yang masuk setiap tahunnya, jika menilik daya tampung 2017, sebesar 580 orang.
Sehingga mulai dari Teknik Elektro, Akuntansi, hingga Tata Rias dan Kecantikan, kedepan akan dipindah ke Sekolah Vokasi UNY di Wates dengan membentuk departemen sesuai kompetensinya masing-masing.
Namun, sekolah vokasi tidak akan berhenti di 11 prodi tersebut. Akan dibentuk program studi baru sesuai dengan kebutuhan dan kooperasi dengan industri. Untuk menjawab potensi dan tantangan nasional. Misal saja teknik otomotif, informatika, hingga jika kita menilik program Nawacitanya Pak Jokowi untuk meneguhkan poros maritim, ya pertanian dan perkapalan.
Serta kini, lahan satu juta hektar akan dibuka di Papua. Kita siapkan tenaga kerjanya untuk memberdayakan masyarakat. Dan kita pun punya kerjasama beasiswa juga dengan Papua. Ada banyak anak Papua yang kuliah disini. Sehingga kedepan kita bisa beri para putra daerah keahlian konkrit yang bisa membangun daerah asalnya.
Di tataran lokal, bandara internasional baru Kulonprogo pastilah butuh pekerja infrastuktur. Disitulah nanti akan kita perbanyak kuota D3 teknik sipil. Juga diploma manajemen transportasi, pembangunan wilayah, maupun pariwisata. Agar bagaimana Kulonprogo nanti dapat terbangun tanpa meninggalkan nilai luhur khas Yogyakarta. Anak-anak lulusan UNY tentu akan siap dengan karakter lokal yang selama kuliah kita terus didik.
Bagaimana detil Roadmap Sekolah Vokasi UNY?
Tahun ini, 2017, kita sudah mulai tancap gas persiapkan. Target saya, tahun ajaran 2018/2019, semua vokasi sudah ada disana. Pengembangan sarana prasarana, maupun pembukaan program studi baru, akan berlangsung sedikit demi sedikit. Vokasi ini memang yang cukup kompleks adalah penyediaan laboratorium nya. Karena mereka tak sekedar penekanan teori. Tapi bagaimana membuat proses perkuliahan identik dengan dunia nyata pekerjaan. Sehingga kemudian hari siap langsung terjun kelapangan.
Untuk pengembangan sarana prasarana, dalam waktu dekat kami akan menghadap ke Pak Bupati (Bupati Kulonprogo, dr Hasto Wardoyo). Jadi kalau bisa dibantu tanah sekitar yang bisa untu pengembangan kampus, maka kita akan percepat.
Dan dari segi dosen, studi S3 nya akan kita percepat. Sekarang kan dosen kita sudah S2 semua. Tapi persentase dosen S3 maupun guru besar kita masih rendah dan dibawah perguruan tinggi lain. Di angka 27%. Padahal idealnya kalau mau bagus dan benar-benar World Class University, angkanya 70%. Begitu pula guru besar. Jumlah kita masih 6%. Paling tidak seharusnya 15% lah. Inilah yang kita kejar. Sembari mengubah status dosen sesuai kompetensinya. Jadi ada dosen dari Wates yang dipindah ke Karangmalang, mengajar S1. Dan ada beberapa dari Karangmalang kita tarik ke Wates, jadi dosen vokasi. Jika masih butuh tenaga pendidik, maka kita akan buka rekrutmen tenaga baru untuk vokasi.
Bagaimana kemudian kiat menggerakkan manajemen UNY untuk menggapai target tersebut?
Kita konsolidasi dan kolaborasi terus untuk kejar. Memang berat membentuk vokasi ini. Tapi kan tetapharus dimulai demi kebaikan bangsa ini juga. Karena seberapapun, yang paling penting bagi saya dan UNY, adalah tahapan dan keteguhan untuk berkontribusi.
Related Posts
Guru Itu Tugas Mulia, Penyalur dan Investasi Peradaban
Tilik Rancangan Dasar Hukum PTNBH UNY
Ir. Drajat Ruswandono, MT. (Sekretaris Daerah Gunungkidul) Pemkab Gunungkidul Dukung Penuh Kampus UNY!
Prof. Dr. Lantip Diat Prasojo, M.Pd. – Majukan UNY dengan Kecepatan Cahaya
GKR Hemas – Anugerah yang Sangat Layak
No Responses