Memperoleh pendidikan adalah hak semua warga negara. Tak terkecuali pendidikan bagi putra putri bangsa asal daerah 3T yang terwujud melalui beasiswa pendidikan.
Belasan calon mahasiswa UNY yang tergabung dalam kelompok penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) tahun 2017 berkumpul di ruang sidang utama rektorat UNY (26/7). Mereka diterima langsung oleh Wakil Rektor I, Prof. Dr. Margana, M. Hum. Dikutip dari uny.ac.id dalam sambutannya, ia mengungkapkan bahwa UNY telah beberapa tahun menerima mahasiswa program ADik Papua dan ADik SM3T. “Kami telah beberapa tahun ini menerima mahasiswa program ADik Papua dan ADik SM3T,” ungkapnya.
Sebelumnya para calon mahasiswa tersebut sudah mengikuti Diklat Bela Negara di Kementrian Pertahanan Keamanan RI sebagaimana diungkapkan ketua rombongan, Soni Trison. Soni mengatakan bahwa terdapat 800 putera-puteri terbaik asal Papua dan Papua Barat yang kemudian terbagi dalam 25 kloter yang tersebar di berbagai daerah seperti Ternate, Aceh dan Gorontalo.
UNY sendiri menawarkan banyak beasiswa dari pelbagai macam kerja sama. Beasiswa tersebut meliputi beasiswa yang diperuntukan jenjang S-2 dan D-3 serta S-2 dan S-3. Bagi jenjang S-2 dan D-3, beasiswa yang ditawarkan meliputi beasiswa Bidikmisi, Peningkatan Prestasi Akademik (PPA), Beasiswa Unggulan, Supersemar, Toyota Astra, ADik, ADik Papua, dan lain sebagainya.
Beasiswa bagi mahasiswa S-2 dan S-3 sendiri tak kalah banyak dengan beasiswa yang ditawarkan jenjang sebelumnya. Beasiswa itu antara lain Beasiswa Unggulan, Beasiswa Pemda, Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), PPs UNY, Kementrian Agama, P2TK, Beasiswa Pendidikan Pascasarjana dalam Negeri (BPPDN) dan lain-lain.
Dikutip dari laman bangsaku.web.id Beasiswa ADik merupakan beasiswa yang dibuka oleh Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti pada tahun 2012 silam. Beasiswa ini ditujukan bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ingin melanjutkan studi ke perguruan Tinggi. Namun, perlu diketahui bahwa beasiswa ini tidak diperuntukkan bagi seluruh siswa SMA di Indonesia, melainkan hanya untuk siswa SMA yang berasal dari daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) seperti wilayah Aceh, Sorong, Sumba Timur, Manggarai, dan lain-lain.
Pada mulanya beasiswa ADik hanya diperuntukkan bagi siswa-siswi yang berada di wilayah Papua. Jangkauan wilayah penerima beasiswa ini kemudian diperluas sejak 2013.
Tak banyak syarat untuk memperoleh beasiswa ini. Syarat utama adalah berasal dari daerah 3T. Sementara untuk seleksi administratif dilakukan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten/kota dan Provinsi dengan pertimbangan prcapaian prestasi akademik untuk kemudian diajukan mengikuti seleksi nasional. Jika lolos, siswa wajib bersedia ditempatkan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) manapun. Sebanyak 48 PTN, 22 Politeknik Negeri disediakan bagi para penerima beasiswa. Meski harus bersedia ditempatkan di PTN manapun, mereka tetap bebas memilih jurusan dengan tetap mengutakan jurusan yang benar-benar menjadi kebutuhan daerahnya.
Adapun untuk besaran beasiswa yang diterima, Beasiswa ADik menyediakan dana tambahan biaya pendidikan dan biaya hidup sebesar 6 juta pada tiap semesternya.
Tahun ini sebanyak 17 mahasiswa yang terdiri atas 8 pria dan 9 perempuan berkempatan belajar di UNY. Mereka tersebar ke berbagai fakultas seperti FIK, FMIPA, FE FT, FIS, FBS, dan FIP. Para mahasiswa tersebut berasal dari Papua dan Papua Barat yang direkrut berdasarkan rekomendassi sekolah dengan pertimbangan prestasi akademik.
Salah satu penerima beasiswa ADik Papua, Lia, mengungkapkan bahwa dirinya senang ditempatkan di UNY. “Kebetulan saya ditempatkan di UNY. Jadi, saya segera menyesuaikan,” katanya.
Gadis asal Merauke tersebut mengaku mengalami kesulitan saat awal di Yogyakarta. “Pada awalnya ragu dan pokoknya rasa takut nanti kesasar jalan gitu tapi sekarang sudah biasa di lingkungan sekitar saya,” tandasnya.
Para penerima beasiswa ini tentu mengemban amanah yang tidak ringan. Selepas lulus diharapkan mereka menjadi pilar kebanggaan daerah yang diharapkan untuk kembali dan membangun daerahnya. Harapan tersebut juga diungkapkan Lia. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah tersebut bercita-cita menjadi guru di daerahnya. “Saya mau pulang bangun Papua. Mau jadi guru,” katanya.
No Responses