Raih Posisi Top Level Asia

 LAPORAN UTAMA

“Tendangan tangkas menjebol gawang QS AUR, UNY patut berbangga atas perolehan itu. Ketiban hoki menjelang Dies ke-55 UNY. Langkah strategis untuk menembak ke level dunia”

Dua bulan menjelang Dies Natalis ke-55, UNY raih posisi universitas top di Asia. Masuk Quacquarelli Symonds Asia University Ranking (QS AUR) 451-500 berarti makin mendekatkan kampus Karangmalang itu ke tingkat dunia. Posisi strategis di Asia sudah UNY raih. Berikutnya tinggal lepas landas ke jenjang lebih tinggi lagi.

UNY dan UPI adalah dua perguruan tinggi negeri mantan IKIP yang meraih peringkat 451-500. Keduanya juga berhasil berturut-turut masuk peringkat nasional besutan Kemenristekdikti (2017-2018). Capaian ini memuluskan keduanya untuk berjuang mencapai QS World University Ranking (WUR) tahun 2021.

Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, bangga atas progres itu. Mencapai tingkat internasional telah direncanakannya secara matang sejak memimpin. “Capaian ini merupakan upaya mendukung program Revitalisasi LPTK yang diselenggarakan Direktorat Pembelajaran,” ucapnya. Dua tahun sebelumnya, Sutrisna mengawali ketercapaian itu di level nasional. Sutrisna menerapkan strategi bertahap agar memeroleh hasil maksimal.

Menjelang 2021, Sutrisna mempertajam strateginya. Sebanyak 14 program akan diejawantahkan. Antara lain transfer kredit, gelar ganda, lokakarya publikasi artikel internasional, kolaborasi kurikulum, mengundang profesor berkeahlian khusus dari negara lain, partisipasi aktif kegiatan QS Apple dan Qs World, posdoktoral dalam maupun luar negeri, kolaborasi seminar, pengembangan kompetensi dosen demi memperkuat PPG, melejitkan indeksitasi, dan lain sebagainya.

Program-program yang hendak digelontorkan itu merupakan prasyarat mutlak sebuah kampus menuju kontestasi global. Proses menuju WUR, bagi UNY, bukan angan-angan, melainkan penuh persiapan. “LPTK yang unggul ini diharapkan mampu meluluskan sumber daya manusia yang mumpuni dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,” tegas profesor bidang filsafat Jawa itu.

Paristiyanti Nurwardani, Direktur Pembelajaran, mengapresiasi sekaligus bungah atas prestasi internasional itu. Ia meletakan keberhasilan tersebut sebagai lompatan kemajuan dalam lanskap revitalisasi. “Saya kira program revitalisasi LPTK yang dilaksanakan oleh Direktorat Pembelajaran, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti ini merupakan upaya meningkatkan kualitas pendidikan di LPTK. Tentunya ini juga sekaligus upaya sistematis, terencana, dan masif untuk mewujudkan LPTK untuk meraih QS WUR,” jelasnya.

“Yang mesti dilakukan,” lanjut Paristiyanti, “adalah kerja sama antara LPTK dan Kemenristekdikti.” Ia mengatakan pentingnya sinergi antarelemen untuk mencapai hasil yang maksimal. Menurutnya, hasil akhir dari sinergi itu harus memberi dampak signifikan terhadap lulusan kampus yang cerdas bersaing secara internasional.

***

QS University Ranking acap kali menjadi kiblat melihat kualitas kampus. Tinjauannya atas peringkat-peringkat perguruan tinggi dunia memosisikan survei ini kredibel dirujuk. Sebelum dikenal, QS World University Rankings ini dikenal sebagai The-QS World University Rankings. Ia bekerja sama dengan majalah bergengsi Times Higher Education (THE). Tahun 2004-2009 ia menerbitkan tabel liga internasional. Selanjutnya mereka memisahkan diri untuk mengumumkan hasil analisis versi masing-masing.

Sejarah QS University Ranking dimulai enam belas tahun silam. Pada mulanya di Britania Raya, bulan Desember 2003, muncul ide untuk merilis peringkat perguruan tinggi sedunia. Ide ini dicetuskan Richard Lambert dalam rangka sinergi antara universitas dan industri. Richard merekomendasikan agar didirikan think-tank khusus untuk merilis peringkat universitas tingkat internasional. Menurutnya, ide ini membantu Inggris dalam hal perkembangan dan kompetisi pendidikan.

Konsep demikian akhirnya dikuak Ben Wildavsky (2010) dalam bukunya bertajuk The Great Brain Race: How Global Universities Are Reshaping the World. John O’Leary dari Times Higher kemudian memeriksa naskah tersebut. Singkatnya, Times Higher Education World University Rankings bekerja sama dengan Thomson Reuters.

Terdapat perseteruan di sini. THE mengritik metodologi pemeringatan. Polemik itu dijelaskan tuntas dalam tulisan Ann Mroz (2016) berjudul Leader: Only the Best for the Best. Kritikan lain juga menyasar seputar kecenderungan pilih kasih, terutama ranah metodologi yang mendikotomikan ilmu eksak dan humaniora. Akhirnya, THE, bersama Thomson Reuters, merilis metodologi baru. Tahun 2010 lahirlah Times Higher Education World University Rankings.

No Responses

Comments are closed.