Mendongkrak income generating memerlukan siasat. Hasil purwarupa atau produk penelitian yang dipasarkan mesti seirama dengan kejatidirian UNY sebagai kampus kependidikan. Pendidikan menjadi penanda keunggulan untuk menaikkan angka income generating
Menyandang status Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTNBH) membuka babak baru bagi UNY. PTNBH bukan hanya perubahan status hukum sebuah lembaga. Ia sekaligus pula pemberian otonomi dan otoritas pengelolaan manajerial. Pada aras demikian tantangan hari depan UNY tengah berada di pelupuk mata. Prof. Dr. Margana, Wakil Rektor Bidang Akademik, mengatakan perubahan status kelembagaan mesti setemali dengan pergeseran paradigma universitas. Pergeseran cara pandang ini menjadi bekal utama hendak diboyong ke mana UNY di kemudian hari.
“Dengan menyandang status PTNBH,” ucap Guru Besar Linguistik FBS ini kepada peserta Workshop Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (10/11/2022) di Hotel Platinum Yogyakarta, “UNY harus mengubah paradigma menjadi universitas riset (research university) dan universitas kewirausahaan (entrepreneurial university).” Ia melanjutkan, perubahan paradigma berarti memerlukan pengidentifikasian lebih lanjut. Identifikasi itu meliputi pembagian potensi dosen. Kelompok pertama adalah dosen dengan kecakapan penelitian. Kelompok kedua merujuk pada dosen yang cakap berwirausaha.
Siasat pembagian kelompok dosen menyasar bentuk kolaborasi lintasdisiplin. Pasalnya, PTNBH memiliki kekhasan yang relatif berbeda ketimbang format perguruan tinggi sebelumnya. Bila dua format sebelumnya menekankan pada internal perguruan tinggi, format PTNBH mesti keluar dari tempurung kelembagaan. Daya keluar dari tempurung bermakna upaya kampus untuk menggandeng pelaku usaha dan industri lebih intensif dan ekstensif. Jadi, kerja kolaboratif lintas-disiplin menjadi niscaya bagi kampus ber-PTNBH.
Menjalin kerja sama dengan jagat industri menggadang dua bentuk sasaran. Sasaran pertama adalah ekspansi kemanfaatan yang dialamatkan kepada masyarakat luas. Sasaran kedua, masih rangkaian sasaran pertama, kemanfaatan itu dimungkinkan bila moda produksi massal (mass production) dihela pemangku industri. Itulah sebabnya, perguruan tinggi memandang signifikan peranan dunia industri. Kerja sama ini bersifat simbiosis mutualisme. Perguruan tinggi menawarkan produk atau purwarupa inovatif. Sementara itu, dunia industri memproduksinya secara massal supaya terdistribusi masif di tengah masyarakat. Relasi ini menggayung bukan hanya keuntungan ekonomi, melainkan juga keuntungan berupa modal sosial, simbolis, dan kultural.
Prof. Dr. Siswantoro, M.Kes, AIFO, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama, memandang kemanfaatan penelitian yang kelak dihasilkan UNY mesti berorientasi tiga ranah. Output, outcome, dan impact. Agar berjalan berkelanjutan dan berjangka panjang, tiga orientasi ini membutuhkan cetak biru peta jalan penelitian. Mitra usaha, industri, dan masyarakat kelak akan terlibat dalam setiap proses di dalamnya. “Road map penelitian ini diharapkan menghasilkan rekognisi nasional dan internasional, yang luarannya memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan berpotensi untuk dikomersialisasikan,” ujarnya.
Tak kehabisan ide atau produk penelitian, UNY sebenarnya punya segudang karya potensial besutan dosen, mahasiswa, dan alumni. Menengok helatan Indonesia Research and Expo 2022 gagasan BRIN di Innovation Convention Center (ICC) Building di Bogor pada 27-30 Oktober silam, Pusat Inovasi, Inkubator Bisnis, dan Kekayaan Intelektual LPPM UNY menyajikan pusparagam produk riset bernilai pasar. Acara bertemakan Digital, Blue, and Green Economy: Riset dan Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi ini antara lain menyajikan produk penelitian UNY berupa Nevair, Pembelajaran berbasis VR, Wapkan, Nano Pastadent, SPD Speedometer, Indobot Robotic, Astro Bike, dan lain-lain. Keikutsertaan ini membuktikan betapa UNY tak kekurangan produk saintifik dengan potensi pemasaran di masyarakat luas.
Mendongkrak income generating adalah upaya pemaksimalan nilai ekonomi produk penelitian perguruan tinggi. Selain pemanfaatan aset berupa bangunan dan purwarupa riset, cara efektif menggayung income generating semaksimal mungkin bisa lewat pengelolaan profesional. Anang Priyanto, tim perumus rancangan hukum PTNBH UNY, berpendapat laiknya sebuah usaha, maka analisis risiko mesti menjadi lambaran utama. Lambaran ini hendaknya dikelola secara profesional dengan strategi dan siasat jitu supaya potensi kerugian dapat ditekan.
Selain produk-jadi, Anang meneropong potensi civitas akademika UNY untuk merambah usaha di ranah jasa konsultan. “Nah, usaha jasa konsultan kan punya ahli- ahli seperti profesor dan doktor. Mereka bisa dikelola perguruan tinggi untuk jadi konsultan. Misalnya, ada swasta atau apa dengan proyek membuat sesuatu, nah [mereka] ini harus promosi Jasa konsultan harus dihidupkan,” ungkap Anang kepada reporter Pewara Dinamika
Perusahaan negeri atau swasta membutuhkan jasa konsultan yang kesempatan ini membuka peluang bagi civitas akademika UNY. Membuka jasa konsultan seirama dengan jati diri UNY di bidang pendidikan sumber daya manusia. Terlepas program studi di dalamnya, jasa konsultan melengkapi ikhtiar pelejitan income generating kampus. Jati diri kependidikan ini, menurut Anang, harus memberi makna sebagai identitas—kekhasan penanda atas latar belakang kampus penghasil guru terbaik di Indonesia itu.
“Kalau barang, misalkan, kita kan punya tata boga dan tata busana,” terang Anang mengimbuhkan, “hasil-hasil karya mahasiswa itu harus dipajang di showroom untuk ditawarkan. Kita kan punya kegiatan pembelajaran. Mosok kalah sama Ruang Guru. UNY lho pendidikan, menghasilkan guru. Ruang Guru itu padahal latar belakangnya bukan guru tetapi bisa menghasilkan nilai jual.” Anang menandaskan, kejatidirian kependidikan UNY seyogianya memberikan peta jalan untuk membidik angka tinggi income generating. Dasar hukum yang sekarang sudah dimiliki UNY juga memberikan keleluasaan lembaga untuk membuka badan usaha.
Legitimasi hukum untuk membuka badan usaha berarti melancarkan proses manajerial, termasuk pembukaan pegawai di badan usaha terkait. “Nanti dia bukan pegawai UNY tapi pegawai PT. Dan PT itu milik UNY karena sahamnya sebagian besar milik UNY. Paling tidak 50%. Bisa dijual saham untuk umum,” paparnya menambahkan
Alumni UNY berpeluang untuk gabung di badan usaha milik UNY. “Kita itu punya PT Alumni IKA. PT IKA itu kan anggaran dasarnya baru dibuat dan sekarang sudah jadi.
Sudah jalan baru setahun. Kalau perkembangannya bisa kita mulai dari kerja sama dengan kampus. Misalkan, kita butuh barang seperti kursi dan sebagainya, nah IKA bisa mengusahakan, dan ditenderkan dengan ditunjuk. Keuntungannya dibagi. Nanti arahnya ke sana,” kata Anang.
Secara legal, tubuh birokrasi UNY akan memperkuat LPPM yang kelak diubah menjadi Direktorat Riset dan Pengembangan. Perubahan ini berusaha mempercepat paradigma berpikir civitas akademika yang bukan hanya meneliti lalu berhenti, melainkan melakukan penelitian untuk melangkah pada proses penjualan lebih lanjut. “Ini juga menghasilkan HKI. Biar hak paten tidak mandek. Kenapa mandek? Karena tidak bisa dijual. Jadi, harus membuat hak paten melalui tahapan- tahapan berikutnya sehingga bisa dijual. Peneliti menghasilkan paten untuk bisa menjadi produk,” ungkapnya.
No Responses