Sutrisna siap membawa perubahan. Ia berbekal visi-misi yang terintegrasi Nawa Cita dan Kemristekdikti. Jangka dekatnya berkibar di ASEAN.
REKTOR baru UNY, Sutrisna Wibawa, tak merasa sendiri. Ia arsitek pengembangan UNY di belakang layar selama lima tahun ke depan (2017-2021). Tapi Sutrisna bukan tipe pemimpin yang bekerja secara individu. Bukan pula yang menyendiri dalam sepi. Ia bekerja bersama, bahu-membahu, mewujudkan UNY melalui tangan kolektif. “Civitas akademia itu meliputi semua warga UNY. Tak terkecuali mahasiswa,” katanya. Sutisna menyebut mereka semua instrumen penting kesuksesan UNY di hari depan.
Jangka setengah dekade berikutnya Sutrisna dasarkan pada visi-misi. Ia hasil pergulatan intelektual Sutrisna yang mengacu pada analisis kebutuhan. Di samping itu, tiap poin visi-misi diderivasikan dari Nawa Cita dan Kemristekdikti. Karenanya, buah pikiran Sutrisna tak lepas konteks. Arah dan tujuan sesuai navigasi Presiden Joko Widodo dan Menteri Kemristekdikti M. Natsir. Dengan begitu, kata Sutrisna, “UNY bisa berperan sebagai lembaga pendidikan.”
Sembilan butir Nawacita, dua di antaranya, berkelindan dengan pendidikan. Pertama, peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan. Kedua, melakukan revolusi karakter bangsa. Sutrisna menghayati dua elemen tersebut sebagai landasan filosofis. Agar cakupannya jelas ia tak melepaskan visi Kemristekdikti: terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta kemampuan IPTEKS dan inovasi untuk mendukung daya saing bangsa.
Menurut Sutrisna, IPTEKS semata tak cukup. Diperlukan unsur lain. “Kita harus menambahkan olahraga. Jadi, sasaran kita bukan hanya IPTEKS, melainkan IPTEKSOR (Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Seni, dan Olahraga),” ujarnya. Sutrisna percaya bahwa manusia harus berolahraga supaya jasmaninya sehat dan kuat. Ini sesuai pepatah masyhur dari bahasa Latin, yakni mens sana in corpore sano—bila tubuh sehat maka jiwanya pun demikian.
Dua substansi nilai dari pemerintah itu Sutrisna kembangkan sehingga muncul visi UNY yang berlandaskan ketakwaan, kemandirian, dan kecendikiaan. Pertama, Sutrisna hendak membawa UNY melalui dorongan religius. Semua agama dan keyakinan warga UNY Sutrisna dukung. Tentu dengan konsisten dan menghormati praktik agama lain.
Selain religiositas, Sutrisna menekankan kemandirian. “Baik dosen, pegawai, maupun mahasiswa, mereka hendaknya mandiri dalam berpikir dan bertindak,” ungkapnya. Independensi ini merujuk pada profesionalisme dalam bekerja. Sutrisna menerjemahkan kemandirian itu sebagai bentuk inisiatif yang dilakukan dalam ranah individu dan komunal.
Setelah takwa dan mandiri diterapkan, Sutrisna mengharapkan warga UNY mempraktikan pribadi yang cendekia. Poin terakhir ini sesuai dengan peran UNY sebagai kampus yang menjunjung tinggi ruh ilmiah dan bertanggungjawab. Konsekuensi logis butir ini, menurut Sutrisna, “Akan terdidik karakternya. Sebetulnya itu semua fondasi pendidikan karakter yang digalakan UNY.”
Sutrisna mengakui bahwa dalam mewujudkan progamnya ia mengacu pada indikator keberhasilan. “Saya polanya pekerja. Bukan pewacana. Saya tidak ingin mewacanakan sana-sini tapi tidak dilakukan,” tuturnya. Karena itu, Surtisna cenderung langsung merealisasikan target dan tujuan sehingga lekas dikerjakan.
Dilansir dari Indikator World Class University (WCU) UNY versi RJP 2015-2025, terdapat tujuh sasaran strategis: (1) peringkat ke-1 universitas kependidikan versi webometrik; (2) peringkat ke-6 universitas di Indonesia versi webometrik; (3) peringkat ke-17 terbaik ASIA Tenggara versi THES; (4) peringkat ke-250 terbaik ASIA versi THES; (5) peringkat ke-750 terbaik dunia versi THES; (6) tersebarluaskannya keunggulan UNY; dan (7) peningkatan pendapatan UNY melalui income generating activities (IGA).
Sutrisna akan memprioritaskan pencapaian UNY pada wilayah regional (ASEAN) selama lima tahun ke depan. Fokus ini ia tetapkan sebagai jawaban UNY untuk wacana Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Tantangan saya sekarang itu menanggapi wilayah global,” tegasnya.
No Responses