Tak hanya fokus pengajaran di kelas, menggandeng perusahaan sebagai mitra sekolah vokasi nyatanya banyak memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Oleh: Ema Safitri, Editor: Budi Mulyono
Mengenakan jas berwarna hitam dengan hiasan dasi berwarna merah, tampak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berbincang-bincang dengan Perdana Menteri Jerman, Angela Merkel, yang mengenakan kemeja berwarna senada dengan dasi sang presiden. Perbincangan tersebut fokus pada bahasan mengenai kerjasama pendidikan vokasi antar kedua negara.
Dikutip dari presidenri.go.id, dalam rangkaian lawatan ke Eropa presiden melakukan kerjasama dengan Jerman khususnya dibidang sekolah vokasi. “Jerman itu terkenal dengan kelebihannya di bidang pelatihan vokasional. Untuk pendidikan, kita sudah punya anggaran 20%. Tapi masih ada yang harus dikembangkan, yaitu vocasional training,” jelas Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga turut dalam rombongan presiden.
Tak hanya Darmin, Retno L.P Marsudi juga memberikan keterangan seputar sekolah vokasi saat gelar konferensi pers di Berlin. Menteri Luar negeri tersebut mengungkapkan bahwa pemerintah fokus pada kerjasama pendidikan khusus ini untuk menjawab kebutuhan pasar. Jerman memang telah lama dikenal sebagai negara yang sukses mengembangkan sekolah vokasi.
Di Indonesia sendiri, sekolah vokasi mulai mendapat perhatian. Hal tersebut terbukti dengan dibukanya berbagai jurusan vokasi di beberapa perguruan tinggi negeri. Dari 5o perguruan tinggi yang tergabung dalam Forum Pendidikan Tinggi Vokasi Indonesia, UNY termasuk jajaran universitas di dalamnya.
Sejalan dengan usaha yang dilakukan presiden dalam mengembangkan sekolah vokasi, kerjasama dengan berbagai perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri menjadi agenda yang perlu dicatat dan dilaksanakan universitas-universitas penyedia sekolah vokasi.
UNY sebagai lembaga pendidikan yang menyediakan jurusan vokasi telah melakukan kerjasama dengan pelbagai perusahaan beberapa tahun terakhir. Salah satu dosen vokasi bidang otomotif, Agus Budiman mengungkapkan bahwa jurusan D3 Otomotif telah melakukan kerjasama dengan perusahaan berbagai perusahaan “D3 otomotif sudah melakukan beberapa kerjasama terutama rekruitmen dengan NISSAN PAMA. Kerjasama dalam bentuk pendidikan kelas Alat Berat dengan perusahaan THIESS. Kerjasama dalam Praktik Industri jelas banyak. Misalnya dengan perusahaan jasa servis kendaraan mobil baik mobil penumpang jenis bensin, diesel ataupun bus dan truk,” jelasnya. Selain itu Pendidikan kelas diwujudkan dengan mendatangkan pengajar dari perusahaan pada bidang keahlian misalnya crane, backhoe dan lain-lain, serta masih banyak lagi.
Tujuannya tidak lain adalah sebagai penyedia sarana untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui program magang atau penempatan mahasiswa di instansi perusahaan misalnya. Hal tersebut akan memberikan pengalaman langsung melalui praktik kerja lapangan.
Kerjasama lain yang dapat dilakukan misalnya dengan menjadikan perusahaan sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa atau dosen. Selain perusahaan sebagai laboratorium praktik, ia juga dapat berperan sebagai wadah penelitian. Terlebih penelitian yang berkaitan dengan evaluasi pengembangan sebuah perusahaan beserta produknya.
Menghadirkan staf pengajar dari perusahaan juga dapat dilakukan sebagai wujud kerjasama sekolah vokasi dengan perusahaan terkait. Terkadang mata kuliah yang mengajarkan wirausaha diampu oleh dosen yang belum pernah berwirausaha. Dilema tersebut saat ini mulai teratasi dengan adanya pengajar dari perusahaan yang tentunya memiliki pengalaman langsung dalam dunia kerja, sehingga mampu memberikan gambaran secara lebih rinci kepada mahasiswa yang nantinya juga akan terjun di bidang tersebut.
Beberapa keuntungan lain dengan adanya kerjasama sekolah berbasis keterampilan dengan perusahaan terkait adalah adanya sinergisitas antara kebutuhan pasar dan kompetensi lulusan yang dibutuhkan. Pengalaman beberapa kali mengunjungi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Agus mengungkapkan ada banyaknya keuntungan menjalin kerjasama dengan perusahaan terkait. “Seperti pengalaman saya kemarin ke beberapa SMK otomotif ternyata SMK juga punya mitra, misal dengan TOYOTA, DAIHATSU, MITSUBISHI, ISUZU, dan lulusannya lebih terserap ke industri. Mitra tersebut ikut meng-arrange kompetensi atau materi yang diperlukan di dunia industri, yaitu mengembangkan kurikulum, membantu fasilitas praktik, pelatihan bagi guru dan siswa serta melatih budaya industri,” paparnya.
Kerjasama yang telah dilakukan UNY tentunya masih akan dikembangkan. Agus menambahkan jika belum ada prodi D3 yang belum menjalin kerjasama, hendaknya segera menjalin kerjasama. Kerjasama tersebut dapat berupa partnership atau collaborative, sehingga dapat menjawab kebutuhan dunia kerja. “Ya sudah pasti intensitasnya belum baik. Memang setiap lembaga pendidikan vokasi harusnya punya mitra dunia kerja. Kalau belum segera dibuat jalur kerjasama, baik partnership maupun collaborative. Program studi akan berkembang sesuai dengan need assessment atau kebutuhan dunia kerja,” pungkasnya.
No Responses