Mendaftar karena tak diterima sarjana, sekolah vokasi masih dinomor sekiankan banyak orang. Padahal banyak perusahaan yang membutuhkan lulusannya.
Mendadak jalanan di sekitar lingkungan perguruan tinggi sesak oleh kendaraan pribadi baik roda dua maupun empat. Mereka adalah para keluarga yang sedang mengantar sanak saudaranya untuk mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi jenjang Strata 1 atau sarjana.
UNY menjadi salah satu jajaran kampus favorit yang diburu para calon mahasiswa baru. Dirilis dari solopos.com, pendaftar SNMPTN seluruh Indonesia sebanyak 517.166 siswa. UNY menempati peringkat 10 pendaftar SNMPTN terbanyak tahun 2017 dengan jumlah pendaftar mencapai 23.838 peserta. Dari sekian banyak pendaftar hanya 1.405 yang diterima sebagai mahasiswa baru.
Melihat angka yang begitu besar mengindikasikan bahwa sarjana masih menjadi tujuan utama. Betapa banyak masyarakat menginginkan putra putrinya dapat masuk program sarjana dengan jaminan harapan masa depan cerah.
Di sudut lain, sekolah vokasi masih menjadi pilihan kedua manakala siswa gagal mengikuti seleksi program sarjana. Sekolah vokasi masih dijadikan sebagai batu loncatan dengan alasan mudah diterima dan dapat melanjutkan sarjana. Padahal sejatinya ilmu terapan yang diajarkan di sekolah vokasi berbeda dengan program sarjana yang lebih menekankan teori ketimbang praktik.
“Latar belakang pendidikan kita, SMK 9,44%. Sedikit sekali SMK dan D3 dibandingkan universitas. Memang tidak ada data riil. Tapi secara kasat mata, (menunjukkan) betapa sedikitnya,” ujar Sutrisna saat mengisi sarasehan mengenai sekolah vokasi Senin, 05/06/2017 lalu. Dalam pemaparannya, rektor baru UNY ini juga melihat kecenderungan masyarakat ibu kota yang sudah mulai menaruh minat di sekolah vokasi. Lulusannya pun laris manis di perusahaan. Namun orientasi masih pada tataran karyawan produksi.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa tantangan UNY sebagai instansi pendidikan saat ini salah satunya adalah meningkatkan jumlah peminat sekolah vokasi. “Tantangan kita adalah menarik anak kita masuk ke D3. Termasuk menarik anak ke SMK. Dulu sempat kampanye besar besaran SMK Bisa. Jadi meningkat,” katanya.
Tak banyak yang melirik sekolah vokasi lantaran kalah pamor dengan program sarjana. Dibalik itu, pelbagai keuntungan hanya dapat diperoleh para mahasiswa vokasi. Keuntungan tersebut antara lain adalah besarnya peluang untuk masuk di program vokasi. Tidak seperti sarjana yang memiliki banyak pesaing, vokasi cenderung lebih sedikit. Para calon mahasiswa dapat dengan mudah masuk tanpa harus menyingkirkan banyak peserta lain. Tak hanya itu, banyak beasiswa yang disediakan baik pemerintah maupun pihak swasta bagi mahasiswa vokasi.
Besarnya persentase praktik juga menjadi keunggulan tersendiri bagi mahasiswa vokasi. Saat mahasiswa sarjana pusing memikirkan teori, mahasiswa vokasi asik dengan praktiknya. Komposisi program vokasi adalah 60% praktik dan 40% teori. Dengan begitu, lulusan vokasi diharapkan dapat langsung bekerja dengan bekal pengalaman praktik yang lebih.
Sekolah vokasi sebagai program yang menitikberatkan ketrampilan, secara tidak langsung menjadi sarana pengembangan bakat. Seseorang dengan bakat tertentu dapat memperdalam serta mengasah bakat yang dimiliki ketika memilih untuk mengenyam pendidikan vokasi.
Keterampilan yang dimiliki mempersiapkan para mahasiswa vokasi untuk siap terjun langsung di dunia kerja. Dengan kesiapan tersebut, mahasiswa dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari penyedia lapangan pekerjaan yang mensyaratkan kriteria seperti penguasaan ketrampilan sesuai bidang.
Bagi mahasiswa yang bermimpi bisa melancong ke luar negeri, sekolah vokasi dapat dijadikan jembatan. Banyak perusahaan asing yang menjalin kerjasama dengan sekolah vokasi Indonesia. Kegiatan berupa magang dimanfaatkan para mahasiswa untuk dapat merasakan praktik keterampilan di negeri orang. Hal tersebut juga berlaku bagi lulusan D3. Dengan ijazah D3 ditambah dengan sertifikat keahlian, seseorang dapat bekerja di luar negeri dan memperoleh gaji yang lebih besar ketimbang lulusan sarjana. Skill yang dimiliki menjadi nilai tersendiri dalam urusan gaji daripada sekadar gelar.
Selain mudah mendapatkan pekerjaan dengan perusahaan mitra, lulusan vokasi dengan segala keterampilannya dapat pula mengembangkan usaha pribadi atau berwirausaha. Tak jarang, para lulusan yang sukses berwirausaha kemudian membuat komunitas wirausaha yang tentunya memberikan banyak keuntungan bagi para anggotanya. Komunitas dapat dijadikan sarana bertukar pendapat atau bahkan sebagai ajang kerjasama yang menguntungkan semua pihak.
Pelbagai keunggulan sekolah vokasi sudah saatnya dipahami oleh banyak pihak. Tanpa itu, masyarakat akan terus terkungkung dalam tradisi lama tanpa menyadari bahwa persaingan dunia kerja yang semakin sengit serta mengancam siapa saja yang miskin keterampilan.
No Responses