Darah juara mengalir dalam urat nadi para seniman didikan Karangmalang. Dengan didikan para pembimbing diiringi semangat kuat berlatih dan berkompetisi, mahasiswa UNY menyabet dua emas dan tiga perunggu.
——
Suara Wiwit Wuji Astuti, Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UNY, tiba-tiba menggelegar di panggung Auditorium Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Jumat (18/9/2018) siang. Ketegasan dan kedalaman suaranya, menyimbolkan adanya pertentangan hati. Juga menjadi klimaks dalam pementasan naskah “Balada Sumarah,”karya Tentrem Lestari, yang ia tampilkan sebagai bagian dari lomba monolog teater Peksiminas 2018.
Menjalankan apa yang sudah dipersiapkannya dengan arahan Sutradara Trishe Setiani, suaranya bulat dan menyiratkan pesan. Bahwa apapun yang dikehendakinya, berikanlah kesempatan. Dan biarkan ia mengalir dari hulu ke hilir. Karena dengan keteguhan berlatih serta semangat berkompetisi , bukan hanya pertentangan hati antar tokoh dalam naskah yang bisa dituntaskan. Tapi juga tugas mulia, menghantarkan gelar perunggu bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Alhamdulillah sebagai Kontingen DIY, saya mewakili di monolog teater bisa memperoleh gelar juara tiga, setara perunggu,” ungkap Wiwit.
Wiwit adalah satu dari lima seniman didikan Karangmalang, yang berhasil meraih prestasi di ajang tersebut. Rekan-rekannya juga tak kalah cemerlang. Ajeng Tita dari Pendidikan Seni Rupa UNY, juga berhasil menyabet perunggu untuk lomba komik strip. Sedangkan Ahmad Hayya, Agisnia Nur, dan Harry Prayoga, merajai dengan memperoleh emas untuk lomba baca puisi putra, menyanyi pop putri, dan menyanyi tunggal dangdut putra.
“Lima anak UNY itu bagian dari kontingen DIY yang total berhasil menyabet 21 kategori perlombaan,” tukas Direktur Jenderal Belmawa Kemristekdikti (2015-2018) Prof Intan Ahmad, mengungkapkan selamat atas kebolehan yang telah ditunjukkan mahasiswa UNY.
Lomba Istimewa di Daerah Istimewa
Sesuai dengan namanya, Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) digelar setiap dua tahun sekali dengan mempertarungkan kebolehan mereka menguasai kemampuan seni. Tujuannya, agar mahasiswa tak hanya menguasai kompetensi pokoknya sesuai dengan bidang studi masing-masing. Tapi juga mahir berkesenian sebagai softskill dan kemampuan yang istimewa.
Hal tersebut diungkapkan oleh Rektor ISI Yogyakarta Prof. Agus Burhan, di sela-sela persiapan Peksiminas pada Kamis (11/10). Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Anusapati sebagai Ketua Umum Panitia, sifat lomba yang istimewa ini membuat gelaran juga harus dilakukan istimewa. Salah satu keistimewaan tersebut, adalah penunjukkan Kemristekdikti atas Yogyakarta sebagai provinsi tuan rumah. Sembilan Perguruan Tinggi, meliputi UGM, UNY, UAD, UAJY, USD, UKDW, Stikom Akindo, dan STPMD APMD, menjadi homebase untuk beberapa mata lomba.
“Lomba dibuka dengan upacara pembukaan di Lapangan Pancasila UGM. Makan malam di ISI Yogyakarta. Penutupan di Sanata Dharma. Lomba di sembilan kampus. Sangat istimewa, menjunjung keberagaman,” ujar Pamungkas sebagai Kasie Humas dan Publikasi Peksiminas.
Kesempatan ini, kemudian digunakan UNY sebaik-baiknya untuk berprestasi. Pada bulan September, telah digelar Pekan Seni Mahasiswa Daerah (Peksimida) untuk menyeleksi perwakilan DIY. UNY menjadi juara umum dengan menyabet sembilan trofi juara satu dari 21 kategori lomba.
“UNY kemudian mewakili sepuluh lomba. Sembilan para juara satu, tambah satu orang lagi diajukan oleh DIY,” ucap Prof. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY.
Kampus dengan Mahasiswa Juara Terbanyak
Prestasi itu kemudian dilanjukan di tingkat nasional. Berbekal pelatihan yang berlangsung satu bulan penuh hingga dilepas oleh Rektor di Ruang Sidang Utama (RSU) UNY pada Jumat (12/10/2018), UNY berhasil menyabet prestasi gemilang.
Jika dihitung berdasarkan asal kampus, Misbah Fikrianto selaku Kasubdit Penalaran dan Kreativitas Kemristekdikti menyebut bahwa prestasi yang diperoleh mahasiswa UNY ini paling banyak dibanding seluruh universitas lain. Menanggapi prestasi tersebut, Sutrisna menyambut gembira dan menekankan bahwa prestasi tersebut tidak diperoleh secara instan. Perjuangan lewat pelatihan dan penyediaan fasilitas secara kontinu, penting untuk terus dilakukan agar prestasi bisa dipetik secara konsisten.
” Prestasi ini tidak bisa diperoleh dengan cara instan, karena melalui proses pembinaan dan pembimbingan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Kedepan, sistem seleksi masuk hingga pembinaan prestasi, pelatihan, fasilitas akan terus dikembangkan. Untuk menumbuhkan prestasi unggul,” pungkas Sutrisna.
No Responses