Genderang perang menuju World Class University, telah ditabuh Menristekdikti M. Nasir bersama segenap civitas UNY ketika gelaran groundbreaking 22 Juli 2017. Tapi alih-alih menjadikannya sekadar susunan batu di tengah Karangmalang, tugas dan amanah dari sang menteri atas gedung-gedung tersebut telah menanti. Untuk menambah kapasitas layanan bagi 15.000 mahasiswa, peningkatan jumlah dosen doktor, peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian serta publikasi ilmiah, serta memperkuat penyelenggaraan Tri Dharma guna meningkatkan produktivitas dan daya saing setiap insan civitas akademik yang sejalan dengan Nawa Cita.
“Yang tak kalah penting jaga dan pertahankan kearifan lokal juga dalam pembangunan gedung. Nanti saya juga akan tagih kepada UNY untuk peningkatan publikasinya, karena dengan adanya gedung nanti pasti proses riset juga akan lebih baik,” kata Nasir, dalam acara groundbreaking. Sebuah peringatan dari sang menteri, yang hendak dijawab UNY dengan kerja-kerja keras dalam target prioritas 2018. Karena September 2018 nanti, gedung tersebut ditargetkan sudah beroperasi, serta menanti kiprah segenap civitas di dalamnya dalam menggunakan fasilitas yang telah disediakan untuk kerja-kerja nyata.
Pengembangan Mutu dari IDB
Sejak diinisiasi pada tahun 2008 dan mengalami perjalanan panjang sebelum merekah pada Juli 2017 lalu, dua ruang lingkup tujuan proyek 7 in 1 dari IDB senantiasa menjadi inti dari pembangunan gedung-gedung ini. Yang pertama, peningkatan akses pendidikan tinggi untuk meningkatkan daya tampung melalui usaha peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Dan yang kedua, perbaikan relevansi dan kualitas pendidikan untuk meningkatkan daya saing lulusan baik di bidang kependidikan maupun non kependidikan di tingkat internasional. Di samping dua program utama tersebut, terdapat satu program pendamping yaitu manajemen proyek dalam program pembangunan gedung baru dan renovasi guna meningkatkan kualitas pembelajaran, infrastruktur serta laboratorium yang lebih baik.
Senada dengan hal tersebut, Direktur IDB PIU UNY, Slamet Widodo mengungkapkan bahwa misi utama pembangunan fisik UNY adalah untuk perluasan akses. “Dengan adanya gedung ini targetnya memang perluasan akses. Gedung baru ini, yang dirobohkan kan gedung kecil atau berlantai satu dan dua. Dijadikan skala berlantai empat dan lima. Jadi pembelajaran lebih optimal, kualitas meningkat, karena ruangnya lebih luas. Jadi satu ini kualitas pendidikan S1 terutama di Karangmalang, meningkat,” ungkap Slamet.
Selain itu peningkatan fasilitas menjadi agenda yang tidak kalah penting. Peningkatan fasilitas kampus, ungkap Wakil Rektor I, Prof. Margana, akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran. Baik mahasiswa maupun dosen diharapkan akan memiliki better students’ learning capacity dimana peningkatan kapasitas pendidik, kurikulum dan bahan ajar, iklim pembelajaran, media belajar, fasilitas belajar, dan materi belajar, akan mampu menyusun kemampuan mahasiswa sesuai kapabilitasnya.
Hal tersebut kemudian akan disokong dengan penambahan laboratorium, yang memang menjadi fokus dari pembangunan IDB. Delapan dari 13 gedung IDB yang akan difungsikan sebagai laboratorium diharapkan dapat meningkatkan kualitas serta kuantitas riset dan publikasi sivitas akademika ditengah adanya fasilitas serta ruang untuk menambah sumber daya manusia. Sedangkan beberapa gedung lainnya yang digunakan sebagai gedung perkuliahan terpadu maupun memiliki beberapa bilik ruang kelas, akan digunakan untuk menambah daya tampung.
“9 dari 13 gedung IDB itu kan laboratorium. Dukungan unutk menghasilkan riset lewat laboratorium selama ini sangat vital, (sehingga dengan adanya fasilitas gedung IDB) pengembangan riset kita harapkan lebih baik (ditengah) kualitas lab yang disediakan IDB cukup bagus. Sehingga sangat berkontribusi bagi peningkatan universitas maupun peningkatan kompetensi lulusan,” sambung Sutrisna.
Sedangkan salah satu gedung IDB lainnya, perpustakaan digital, juga akan berperan sentral dalam pengembangan universitas. Di dalam perpustakaan yang kelak diproyeksikan tak memiliki buku konvensional sama sekali tersebut, buku elektronik, jurnal internasional, serta Skripsi, Tesis, dan Disertasi civitas UNY lintas zaman akan disediakan secara daring. Langganan jurnal UNY yang juga terus ditingkatkan seiring waktu, diharapkan dapat mendukung kualitas penelitian maupun tugas akhir para mahasiswa. Sehingga sebagai keluarannya lagi-lagi, ialah grand design universitas di tahun 2018 untuk meningkatkan kompetensi lulusan sekaligus memantaskan diri sebagai World Class University.
“Perpustakaan dalam pandangan saya adalah jantung sekaligus urat nadi menuju World Class University. Karena disinilah lumbung ilmu kita, dan secara bertahap kita menyediakan untuk layanan sekitar 300-400 komputer sekaligus e-library. Sehingga dari mana saja, asal ada koneksi internet, mahasiswa bisa akses koleksi daring perpustakaan,” ungkap Dr. Zamtinah, Kepala UPT Perpustakaan UNY.
Pengembangan SDM Jadi Kunci
Kesemua hal tersebut kemudian disokong dengan dukungan IDB atas penyediaan dana untuk pengembangan riset serta kemampuan sumber daya manusia lewat degree training serta non degree training. Dua jenis pengembangan sumber daya manusia tersebut, akan memberikan dosen kesempatan untuk menempuh studi lanjut maupun sertifikasi kompetensi dengan kuota tertentu. Sehingga sebagai muaranya, UNY dapat mempersembahkan karya bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, menelurkan karya bagi kehidupan masyarakat, serta meningkat publikasi internasional sekaligus peringkat dunia UNY berdasarkan QS University. Sesuai dengan Visi UNY 2025 yang mengharapkan UNY untuk berada di peringkat 500 dunia.
“Sehingga dengan program IDB ini, pembangunan gedung lab akan berdampak pada kualitas lulusan. Menyesuaikan dengan pengalaman real life experience, dan pusat riset yang baru ini akan mendukung pencapaian world class university. Bukan hanya gedung bertaraf dunia, tapi juga jiwa yang bertaraf dunia lewat jiwa dan semangat riset,” pungkas Sutrisna.
Walaupun demikian, pengembangan gedung IDB dan penambahan daya tampung mahasiswa menimbulkan problematika tersendiri. Kemristekdikti mempunyai rasio ideal jumlah dosen dengan mahasiswa adalah satu banding 30 untuk mata kuliah eksakta, dan satu banding 45 untuk sosial humaniora. Saat ini, UNY telah memenuhi persyaratan tersebut dengan rasio satu banding 27 untuk eksakta, dan satu banding 28 untuk sosial.
“Dan ada pula pesan dari Dikti, bisa menambah daya tampung. Walau memang pengadaan SDM itu tidak dibiayai IDB. Menambah mahasiswa itu kan juga menambah dosen, itu belum ada dananya,” ungkap Slamet.
Untuk menjawab tantangan tersebut, otonomi akademik yang dihadirkan oleh PTNBH menurut Dr. rer. nat. Senam, Wakil Rektor IV UNY, dapat menghadirkan pemecahan. Selama ini, UNY mengangkat dosen kontrak untuk mengisi pos-pos sumber daya manusia yang dibutuhkan. Walaupun keberadaan dosen kontrak disebutnya sudah mampu memberikan ruang bagi UNY untuk mengembangkan diri, namun pengangkat dosen tetap non-PNS yang dapat dilakukan PTN Berbadan Hukum sebagai entitas yang beroperasi secara mandiri diharapkan mampu mengintensifkan percepatan program pengembangan universitas guna menjadi World Class University.
“Jadi Surat Keputusan Rektor, nantinya (saat UNY menjadi PTNBH) bisa membuka prodi baru, bisa mengangkat dosen tetap non-PNS, dan pegawai-pegawai lainnya yang dibutuhkan universitas ini. Ini menarik, dan masa depan kita menuju kesana,” pungkas Senam.
No Responses