Studium Generale untuk Petik Ilmu dari Ahlinya

 LAPORAN UTAMA

Studium Generaleuntuk Petik Ilmu dari Ahlinya

*Ilham Dary Athallah

 

UNY mendatangkan tokoh berepurtasi nasional untuk setiap materi Studium Generale PKKMB. Harapannya, mahasiswa baru dapat langsung belajar dari ahli yang sudah berpengalaman secara teori dan praktik.

 

—-

 

Bertema “Penguatan Wawasan Teknologi”, studium generaleyang digelar UNY pada Senin (08/09) mendatangkan langsung Rudiantara, tokoh kaliber di bidang TIK yang telah melalangbuana sebagai Direktur Telkom dan kini sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika.

 

Hanya berselang satu hari, PKKMB kembali menyaksikan studium generale. Kali ini bertema kebangsaan. Jenderal TNI (Purn.) Agum Gumelar yang sekarang menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, turun gunung untuk menekankan pentingnya Empat Pilar Kebangsaan dan cinta tanah air agar diresapi para mahasiswa baru.

 

Orasi sang Jenderal kemudian dilengkapi dengan kajian akademis dari Ismunandar selaku Direktur Jenderal Belmawa Kemristekditi. “Pak Ismu juga jenderal. Beda tugas saja,” seloroh Agum kepada Pewara Dinamika menanggapi kehadiran Ismunandar dan para tokoh penting nasional lainnya dalam PKKMB UNY.

 

Kehadiran para tokoh tersebut bukan tanpa alasan. Sutrisna Wibawa selaku Rektor UNY menghendaki agar mahasiswa baru tidak hanya mengenali kehidupan kampus yang biasa-biasa saja. Apalagi didominasi satu perspektif saja.

 

“Mahasiswa harus memahami dinamika hidup berbangsa. Para ahli inilah yang bisa jadi jembatan kita mengenali. Saya atas nama UNY mengucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak sekalian,” ungkap Sutrisna di sela-sela agenda serupa, menegaskan banyaknya ilmu yang dapat dipetik mahasiswa baru dari para ahli.

 

Peran Teknologi Informasi

 

Ilmu yang dipentik dari Rudiantara, antara lain seputar cepatnya perubahan teknologi di Revolusi Industri 4.0 dan berbagai keterampilan baru yang dibutuhkan era ini terutama dalam hal internet of thingsdan sensor artificial intelligent. Di masa depan, lebih banyak dibutuhkan guru atau dosen yang interaktif, yang lebih banyak bersifat konseling atau mentoring,bukan hanya mengajarkan satu arah.

 

“Jika tidak memiliki nilai tambah yang applicable, kita akan kalah,” ungkap Rudiantara kepada 7.754 orang mahasiswa.

 

Mereka terdiri atas 801 orang mahasiswa D4, 5589 mahasiswa S1, 1.312 mahasiswa S2, dan 151 mahasiswa S3. Selain itu, UNY juga mengampu PPG dalam Jabatan sebanyak 1.502 orang dan 51 orang Program Profesi Insinyur. Seluruhnya hadir dalam rangkaian studium generale.

 

Kepada 7.754 mahasiswa tersebut, Rudiantara berpesan bahwa  mahasiswa harus beradaptasi. Mengisi masa depan Indonesia dan perlu sumber daya manusia berbasis digital talent. Mahasiswa juga harus merebut kesempatan digital seperti membuat perusahaan start-up.

 

“Kita harus menjadi bagian yang cepat dan adaptif terhadap perubahan agar kita bisa menundukkan perubahan itu sendiri,” tegas Rudiantara.

 

Paparan tersebut, menurut Sutrisna, penting untuk didengarkan karena menjadi harapan baru bagi Indonesia. Rektor mengajak mahasiswa baru untuk mengarungi dunia tanpa rasa takut ataupun cemas. UNY akan menyiapkan para mahasiswa menjadi pribadi-pribadi yang matang dengan mengasah soft skillmaupun hard skill, mengembangkan keilmuan dengan penelitian, dan berdedikasi tinggi melalui pengabdian.

 

Mencintai Indonesia

 

Agum membawakan pesan yang tak kalah tegas. Sembari menyelipkan lagu “Berkibarlah Bendera Negeriku” yang ia bawakan bersama Sutrisna, Agum mengajak mengajak mahasiswa menelusuri kembali tonggak sejarah negeri Indonesia, mulai dari berdirinya Boedi Oetomo hingga Kemerdekaan Indonesia.

 

“Mahasiswa haruslah mengerti sejarah bangsanya dan bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa pahlawannya” kata Agum Gumelar.

 

Menurutnya, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar apabila bisa melakukan pembangunan di semua sektor kehidupan dengan tiga syarat, yaitu ada jiwa nasionalisme, daya saing dengan kunci pada sumber daya manusia, dan disiplin. Ia juga berpesan bahwa generasi muda harus punya idealisme yang berwujud sikap mengkoreksi segala sesuatu yang tidak benar, namun juga konsekuen dengan tidak melakukannya.

 

Ismunandar menyatakan sepakat dengan poin Agum. Belajar dengan sungguh-sungguh adalah cara terbaik bagi mahasiswa dalam mencintai Indonesia.

 

Untuk itu, para mahasiswa baru harus segera menyesuaikan diri untuk belajar di universitas. Dosen pun bertanggung jawab untuk menginspirasi mahasiswa, memberi tantangan, dan mendorong untuk terus belajar dan terus maju.

 

“Tanggung jawab mahasiswa adalah belajar dengan giat dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan belajar. Kesuksesan bergantung pada passiondan ketekunan, dan tugas mahasiswa baru adalah menemukan apa passion-nya masing-masing,” ungkap Ismunandar.

 

Dengan belajar tekun dan bekerja keras, maka mahasiswa dapat mencapai apapun keinginannya. Karena sejarah telah membuktikan, pendidikan tinggi merupakan elevator paling cepat dalam meningkatkan derajat manusia. Terlebih di era revolusi industri 4.0 yang secara intens mengadu kompetensi danskillsetiap masyarakat.

 

“Kini eranya big data, artificial intelligent, robotics, daninternet of thing.Oleh karenanya, mahasiswa harus menguasai literasi baru, seperti literasi data, teknologi, dan kemanusiaan agar ketika lulus akan semakin kompetitif dan adaptabel dengan perkembangan zaman. Juga, harus menjadi pembelajar sepanjang hayat agar tidak tergantikan oleh robot atau mesin,” tukas Ismunandar.

 

Seluruh pesan tersebut, diharapkan Sutrisna dapat membawa mahasiswa di era industri 4.0 menjadi unggul untuk memenangkan persaingan di dunia kerja regional dan global. “Dengan mempunyai keunggulan komparatif Anda akan mempunyai nilai tambah dalam persaingan tersebut” kata Sutrisna Wibawa.

 

Untuk mewujudkan hal itu, UNY memberi kesempatan dan dukungan yang memadai, tidak hanya melalui perkuliahan. Tetapi, juga melalui pusat-pusat kegiatan mahasiswa baik dalam bidang penalaran, olah raga, seni, dan bidang khusus lain. “Termasuk informasi A1 dari para tokoh seperti ini untuk memperluas perspektif,” pungkas Sutrisna.

No Responses

Comments are closed.