Sutrisna Wibawa: Repurtasi UNY Ditentukan Alumninya

 LAPORAN UTAMA

Para anak-anak muda itu memang tak bisa selamanya terus duduk di bangku kampus. Setelah puluhan mata kuliah ditempuh, serta beragam diskusi kajian maupun UKM minat bakat menjadi tempat berlabuh, ada saatnya bagi para mahasiswa untuk menunaikan tugas sejatinya sebagai cendekia. Tugas yang juga jadi poin terakhir tridharma perguruan tinggi; pengabdian pada masyarakat.

Dan dalam proses pelepasan mahasiswa dari bangku perguruan tinggi menuju kewajibannya mengabdi sesuai bidang masing-masing, transisi kemudian menjadi vital. Karena menurut Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, beberapa sarjana seantero negeri bahkan menyatakan diri gagal dan menyerah dalam sengitnya dunia kerja sebelum bertarung.

“Bayangkan, data BPS itu 11% lulusan perguruan tinggi menganggur. Dominan fresh graduate. Dari situ menjadi penting untuk tetap in touch (mengantarkan dan membimbing). Karena reputasi perguruan tinggi, termasuk UNY, ditentukan oleh alumninya,” tegasnya pada Pewara Dinamika.

Proses pendampingan tersebut menurut Sutrisna dapat dilakukan melalui Sub Bagian Kemahasiswaan dan Alumni yang dimiliki UNY. Sebagai anggota keluarga besar, alumni menurutnya butuh pendampingan selalu dalam bentuk pelacakan dan survey. Sehingga dari masukan data tentang waktu tunggu selepas lulus untuk mendapatkan pekerjaan, dan bidang apa saja para alumni berperan, maka evaluasi bisa diwujudkan.

Hal serupa diamini oleh Ketua Ikatan Alumni (IKA) UNY, Prof Suyanto. Menurutnya, menjadi penting bagi UNY untuk terus membina dan melayani alumni sesuai kapabilitas yang dimiliki. Terlebih lagi, UNY yang berstatus sebagai perguruan tinggi kependidikan menurutnya akan berjalan linier dengan kebutuhan para alumni yang mayoritas mengabdi sebagai guru di penjuru Indonesia. Layaknya pelatihan profesi untuk para guru, panduan sertifikasi, peningkatan kapabilitas pedagogik, dan beragam lainnya.

“Alumni kebanyakan, walau tidak semuanya, berprofesi sebagai guru. Disini menjadi penting bagi UNY, maupun yang selama ini juga dilakukan IKA, untuk menggelar seminar dan kajian atas isu aktual yang bersentuhan langsung dengan alumni,” ungkap Suyanto.

 

            Treasure Study, Agar Mahasiswa Dididik Ilmu Konkrit

Walau demikian, bukan berarti relasi hanya berlangsung satu arah dalam wujud pembinaan UNY pada alumninya. Alumni, menurut Sutrisna, juga harus turut serta berkontribusi bagi kemajuan kampus. Pengembangan fasilitas, layaknya gedung serbaguna alumni yang sudah direncanakan pembangunannya oleh IKA UNY dan kini dalam proses fundraising, menjadi salah satu wujud pengabdian pada almamater. Gedung tersebut rencananya akan berbentuk wisma dan bisa digunakan baik untuk acara alumni, maupun berkontribusi bagi pengembangan usaha kecil mikro menengah (UMKM) lewat penyediaan lapak dan pelatihan.

“Tapi memang gedung itu belum jadi. Kita memang terus tawarkan dan kejar. Harapannya memang alumni juga bisa membantu,” ungkapnya.

Namun, menurut Sutrisna, kontribusi alumni selayaknya tidak hanya dipandang dari segi finansial maupun fisik semata. Keikutsertaan alumni pada bidang pengembangan akademik juga dapat menjadi langkah konkrit guna mengembangkan almamater dan para juniornya kelak. Program pengembangan akademik oleh alumni tersebut kemudian dikenal oleh UNY sebagai Treasure Study.

Treasure Study mengundang alumni ke perguruan tinggi untuk turut serta mengembangkan kurikulum program studi. Sutrisna menyebutkan, bahwa UNY telah secara rutin mengundang alumni yang berperan aktif di bidang sesuai keilmuannya untuk memberi masukan tentang apa-apa saja keahlian yang dibutuhkan di lapangan. Sehingga pengalaman mereka ketika bekerja, dapat berkontribusi bagi pengembangan kurikulum dan membuat ilmu di kelas tak jauh dari aplikasi di masyarakat.

“Supaya ilmu di kelas itu konkrit dan tidak sekedar teori di awang-awang. Walaupun saya perlu garis bawahi, teori juga penting untuk dipelajari. Tapi aplikasi bagi masyarakat memang harus ada dan kita kembangkan,” ujar Sutrisna.

Ia kemudian mengisahkan salah satu usulan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dimana alumni yang ikut duduk dalam program Treasure Study, mengusulkan bahwa PGSD memiliki mata kuliah pengembangan media pendidikan. Jikapun sudah ada, mata kuliah tersebut dimintanya untuk menjadi lebih komprehensif. Karena, guru masa kini dituntut bisa mengajar lebih menarik dan atraktif guna melibatkan siswanya secara aktif tanpa kekerasan.

“Dan usulan ini menarik, karena selain merefleksikan pengalamannya di lapangan, tujuannya juga mulia: agar siswa SD itu tercerdaskan,” ungkapnya.

 

Penguatan Jejaring dan Pengabdian Masyarakat

            Kerjasama dengan alumni kemudian menjadi salah satu upaya yang menurut Sutrisna cukup baik dalam mewujudkan hal-hal tersebut. Termasuk, untuk menjaga ikatan tali silaturahmi dan mengantarkan para alumni yang lebih muda untuk dapat memperoleh lowongan pekerjaan. Kerjasama yang semakin erat dengan korporasi dan tokoh tokoh UNY di dalamnya, menurut Sutrisna, dapat memberi insight tentang pengembangan kapasitas skill dan pelatihan apa yang dapat dilakukan kampus yang dipimpinnya agar dapat memberikan sesuai kebutuhan dunia kerja.

“Jadi alumni juga punya tanggung jawab pada lulusan kita. Agar bisa mengarahkan lowongan kerja, maupun memberi kita arahan atas pengalamannya. Skill dan pelatihan apa yang perlu kita kembangkan,” ungkapnya.

Selain itu, Sutrisna juga berharap bahwa para alumni UNY dapat berkontribusi secara maksimal di bidangnya masing-masing. Baik itu terserap sebagai tenaga kerja, membuka lapangan kerja tersendiri, maupun mengabdi pada masyarakat lewat aksi sosial maupun sebagai pejabat publik. Dosen UNY yang kebanyakan juga alumni UNY seringkali dipinjam, menurut Sutrisna, untuk memegang birokrasi kependidikan.

Hal yang sama juga terjadi di bidang keolahragaan, dimana UNY selalu menjadi leading dari penyediaan fasilitas maupun kepelatihan berbasis Sport Science. Baik menyediakan kelas khusus pada Timnas U-19, maupun mendukung tim dan pemain lokal berlaga pada PON hingga SEA Games.

Aksi sosial tersebut kemudian juga tercermin dari IKA UNY sebagai organisasi yang mewadahi alumni UNY lintas angkatan. Organisasi tersebut memiliki beragam aksi pembinaan masyarakat yang dilakukan di berbagai daerah. Salah satu aksi yang dilakukan IKA adalah penyuluhan dan pembinaan masyarakat desa wisata di Pathuk, Gunungkidul. Desa yang memiliki keindahan bentang alam dan potensi wisata tersebut didorong oleh IKA UNY untuk mengembangkan dan membuka diri sebagai desa wisata.

“Tentu dengan background kami sebagai guru berbagai bidang ilmu. Supaya desa lebih bergairah, kehidupan ekonomi yang baik, dan mengelola secara baik dan sustainable,” ungkap Suyanto.

Kedepan, Sutrisna berharap bahwa alumni dapat mengembangkan langkah yang sudah dirintisnya kini dan terus berinovasi dalam pengabidan masyarakat. Sehingga UNY sebagai lembaga kependidikan dapat dirasakan manfaatnya oleh khalayak luas. “Plus agar dapat menjaga dan mengharumkan nama baik almamater UNY,” pungkasnya.

No Responses

Comments are closed.