Tahun Baru Membentang Progres PTNBH

 LAPORAN UTAMA

“UNY menjelang status PTNBH makin prestatif dan produktif. Tahun ini menjadi titik benderang. Segenap civitas akademia didorong berperan aktif menyukseskan hajatan prestisius itu”

Resolusi utama tahun baru 2019 dirayakan dengan menengok progres. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, mengulas ketercapaian prestasi. Prestasi mana saja yang sudah ditempuh dan yang belum tertunaikan Sutrisna perkuat strategi dan siasatnya. Masa kepemimpinannya ia gunakan untuk mewujudkan harapan kolektif lewat karya nyata. Termasuk bagaimana UNY menembak status Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTNBH).

Status PTNBH bukan semata-mata predikat eksistensial. Di baliknya tercitra posisi sebuah perguruan tinggi dengan segenap komponen otonominya mampu membangun kualitas bertaraf internasional. “Persiapan kita mulai sejak 2015. Itu kan tarik-ulur tahun 2015-2016. Tapi setelah pergantian pimpinan Pak Rektor ini kan menegaskan kembali PTNBH. Pak Menteri mengimbau agar segera dipersiapkan karena UNY ada di kluster 1 dan peringkatnya 11 sehingga didorong go PTNBH,” papar Margana.

Menyabet nilai Akreditasi A, bagi UNY, adalah modal paling primer menggondol status PTNBH. “Di samping nilai akreditasi universitas, prasyrat kampus berbasis PTNBH juga meliputi sebesar 70% program studi yang harus berpredikat A,” ungkap Sutrisna.

Menggondol predikat A tentu ditempuh melalui kerja keras sekaligus cerdas. Makna nilai di sana memberi gambaran bahwa sebuah perguruan tinggi punya kualitas akademik dan nonakademik yang jempolan. Margana, Wakil Rektor I, menegaskan kualitas dan kuantitas publikasi dan doktor juga menjadi parameter penilaian. Itu kenapa tahun ini ia terus mendorong publikasi dosen di tingkat internasional. “Dosen yang belum doktor juga kami dorong untuk studi lanjut,” katanya.

Titik dasar PTNBH terletak pada otonomi universitas dalam pengelolaan kampus secara mandiri. Kemandirian ini, menurut Margana, dilihat dari segi orientasi kebijakan perguruan tinggi, sarana-prasarana, pembiayaan, dan lain sebagainya. Bila UNY sudah masuk kategori itu maka bisa dikatakan dewasa karena lebih dinamis secara manajerial. Posisi simbolis UNY di mata khalayak otomatis makin meroket.

Segi positif lain dari gaung sebuah universitas ber-PTNBH antara lain bebas membuka program studi baru. Rektor berhak meneken SK sendiri. Keluwesan secara birokratis itu memberi independensi universitas untuk mengembangkan wilayah akademiknya tanpa intervensi pusat. Senam, Wakil Rektor IV, menjelaskan kalau UNY sekarang belum bisa demikian karena belum PTNBH. “Jika sekarang mau membuka program studi, ya harus menunggu sampai setahun dengan tambahan revisi yang bisa dua atau tiga tahun,” katanya.

Dasar hukum PTNBH mengacu pada Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum. Perguruan tinggi seluruh Indonesia yang hendak mencapai status prestisius itu mengikuti regulasi di sana agar memiliki otonomi akademik dan nonakademiks secara total.

Jika didaras lebih detail, terdapat prinsip PTNBH, yakni akuntabilitas dan fleksibelitas. Lebih jauh, PP di atas menguraikan lima ciri mekanisme PTNBH antara lain sebagai berikut. Pertama struktur organisasi yang handal sesuai dengan kebutuhan dan strategi pengembangan PTN.

Kedua, setiap struktur organisasi dikendalikan oleh pejabat yang sesuai dengan kompetensi dan kapasitasnya sehingga manajemen pendidikan tinggi pada PTNBH dapat diselenggarakan secara dinamis dengan inovasi dan kreativitas yang tinggi.

Ketiga, mengenai kualifikasi sumber daya manusia untuk menempati jabatan didasarkan pada kebutuhan dan kompetensi yang mendukung efektivitas dan efisiensi pada PTNBH. Keempat, sarana dan prasarana yang digunakan sesuai kebutuhan PTNBH. Kelima, anggaran sesuai skala prioritas PTNBH.

Kilas Balik Prestasi

Imaji akan PTNBH yang sedang dihela UNY tak berangkat dari angan-angan kosong. Proses mencapai predikat itu telah diperjuangkan lama. Terutama manakala Sutrisna menakhodai kampus ini. Menuju PTNBH makin benderang setelah jamak prestasi diraih. Oktober tahun lalu UNY masuk 500 besar universitas top di Asia. Capaian ini termasuk ke dalam target-target jangka panjang yang sudah dirumuskan Sutrisna bersama jajarannya.

“Semoga apa yang dicanangkan pada 2025 akan tercapai. Target besar kita masuk cluster 1 sebagai universitas yang unggul. Di kementrian ada 14 perguruan tinggi. Kita di peringkat 11. Selain itu, paling tidak masuk 50 di ASEAN pada tahun 2021,” ungkap Sutrisna.

Pekan terakhir Februari, UNY masuk peringkat empat untuk kategori perguruan tinggi paling top di Indonesia. Penilaian ini besutan 4 International Colleges & Universities (4ICU). Indikator penilaiannya berdasarkan Majestic SEO (Referring Domain, Citation Flow, Citation Trust), Alexa Traffic Rank, dan Google Page Rank. Di Yogyakarta, sepuluh besar dikuasai UGM dan UNY. “Juli 2018 peringkat delapan,” jelas Sutrisna. Kenaikan empat digit menjelaskan popularitas laman UNY di mata masyarakat meroket signifikan.

Tinjauan 4ICU acap disepelekan khalayak karena sebatas melihat dari indikator siber. Tapi 4ICU tak sekadar merangking sekadar itu semata. Ada tiga kategori lain yang menjadi pertimbangan. Pertama,status akreditasi sebuah perguruan tinggi. Kedua, kampus harus sudah menawarkan program sarjana (empat tahun) atau pascasarjana (magister dan doktoral). Ketiga, universitas menyelenggarakan program kuliah berbasis pendidikan tatap muka, bukan sistem belajar jarak jauh. Yang terakhir ini harus diseimbangkan sesuai porsi kebutuhan masing-masing.

Pada level internasional, Sutrisna optimis membawa UNY sebagai perguruan tinggi mumpuni di dunia. Strategi utama menuju mancanegara itu Sutrisna kuak agar dosen melakukan sitasi sebaya. Jumlah sitasi dosen UNY di scopus baru sekitar 3000. “Sitasi kita masih kecil. Para dosen diharapkan mensitasi artikel ilmiah berstandar scopus sejawatnya,” tutupnya.

No Responses

Comments are closed.