PKKMB dan Softskill menghadirkan tradisi yang membangun karakter holistik. Selepas libur lebaran dan mudik, mahasiswa baru UNY harus siap mengikuti keduanya.
Pelonco bukanlah tradisi ilmuwan. Kegiatan Ospek (orientasi studi dan pengenalan kampus)yang masih berbau perpeloncoan, secara ilmiah tidak akan menghasilkan disiplin ilmiah yang baik. Kegiatan semacam perpeloncoan yang dimaksudkan untuk menanamkan disiplin itu hanya merupakan pemaksaan sesaat. Yang justru hanya menghasilkan rasa takut dan taat pada perintah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Budiono Santoso, Ph.D., Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (Yogyakarta Academy of Science). Ditengah tantangan zaman yang makin dinamis, tidak selayaknya universitas menggunakan cara perpeloncoan. Budiono menilik balik budaya Ospek yang seharusnya tertinggal di masa lalu. Masa Orientasi Mahasiswa, di masa lampau kerap disebut Mapram, sudah dilarang keras bersama pada kegiatan apapun yang mengarah ke bentuk perpeloncoan.
“Dan itu larangannya melalui Surat Edaran Dirmawa Ditjen Pendidikan Tinggi No. 15 Juni 1995. Aturan itu terus dikembangkan hingga sekarang. Kalau ada yang masih melanjutkan, kebangeten!,” tegasnya.
Senada dengan ide tersebut, Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa menggarisbawahi bahwa pengenalan mahasiswa baru di institusi yang dipimpinnya takkan menolerir adanya tindakan menyimpang. Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) dan Softskill yang digelar sebagai rangkaian kegiatan bagi mahasiswa baru, juga diharapkan memupuk insan yang hendaknya tidak hanya berpengetahuan dan menguasai keterampilan.
Namun juga menguasai iptek, serta memahami permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia. Sekaligus menanam karakter dan menjaga nilai-nilai ideologi Pancasila, kebangsaan, Bhinneka Tunggal Ika, serta menjaga NKRI. Bagi Sutrisna, kegiatan belajar menjadi lebih baik juga upaya mudik. Membangun diri dengan cara berpindah dari zona nyaman, untuk menjadi mahasiswa dengan karakter Unggul, Kreatif, Inovatif yang berlandaskan Takwa, Mandiri, Cendekia.
“PKKMB ini, bersama softskill sebagai sarana menanam karakter. Mahasiswa dapat manfaatkan untuk mengenal UNY dan menyesuaikan cara belajar di perguruan tinggi. Tekunlah belajar, miliki jiwa profesional, berkarakter, dan berdaya juang tinggi. Sehingga ke depannya mahasiswa akan mampu berkontribusi untuk kepentingan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Ini tujuannya, ” tandas Sutrisna.
Soft Skill
Penanaman karakter bagi mahasiswa baru UNY layaknya dijabarkan diatas, dimulai dalam gelaran softskill. Kepala Biro Akademik, Kemahasiswaan dan Informasi (BAKI) UNY Setyo Budi Takarina, menuturkan bahwa kegiatan tersebut telah berjalan sejak 2 Juli 2018 dan akan berakhir secara keseluruhan pada 11 Agustus 2018.
Masing-masing mahasiswa baru akan mengikuti agenda softskill diantara tanggal-tanggal tersebut. Namun, bukan berarti mahasiswa baru harus mengikuti pelatihan sepanjang sebulan penuh. Hanya pada tanggal-tanggal yang ditetapkan untuk masing-masing jalur masuk.
“Misal, mahasiswa masuk jalur SBMPTN, mengikuti softskill pada 23-28 Juli. Mahasiswa masuk jalur SNMPTN sebelumnya. Sedangkan jalur seleksi mandiri nanti bermacam-macam di sesudahnya. Tujuannya agar efektif sekaligus menyesuaikan rangkaian kegiatan lain layaknya daftar ulang,” ujar Setyo.
Secara garis besar, ada dua jenis materi yang akan didapatkan para mahasiswa baru. Yang pertama, materi teori, akan digelar secara klasikal dengan melibatkan dosen maupun tenaga kependidikan UNY. Termasuk dalam beberapa materi, akan dibawakan oleh Rektor, Wakil Rektor, Rektor Senior, hingga Para Guru Besar. Masing-masing sesi akan berlangsung dalam satu-dua jam, dan membahas materi secara spesifik.
Salah satu dari materi tersebut, diantaranya adalah Tranformasi Kehidupan Kampus dan Kebijakan UNY menuju Unggul, Kreatif, Inovatif Berlandaskan Takwa, Mandiri, Cendekia. Materi ini dalam beberapa kesempatan dibawakan oleh Rektor UNY Prof. Sutrisna Wibawa. Ia menjadi rangkaian dalam materi-materi lainnya yang bersifat teoritis, layaknya Growth Mindset dan Pengembangan Karier di Era Abad 21, Pembinaan Prestasi Bidang Penalaran, Pembinaan Prestasi Bidang Seni, Pembinaan Prestasi Bidang Olahraga, dan Pembinaan Prestasi Bidang Kesejahteraan dan Minat Khusus
Dengan adanya materi-materi yang sifatnya teoritis ini, mahasiswa baru akan memperoleh bekal softskill dasar agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik. Pembinaan-pembinaan di bidang prestasi, ungkap Setyo, berperan signifikan dalam mencegah mahasiswa baru sebagai sasaran utama bagi kelompok-kelompok ekstrim. Sepakat dengan hal tersebut, Yudi Latif sebagai Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (2017-2018) dan Dosen UNY menuturkan bahwa p
restasi dapat menjadi benteng kokoh menghadapi radikalisme.
” Jika anak muda menjalankan, memahami dan melaksanakan Pancasila, maka mereka sedang menumbuhkembangkan prestasinya. Hasil dari prestasinya itulah yang dinikmati oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Pancasila akan semakin teguh lewat prestasi. Alhamdulillah jika pengenalan mahasiswa baru sudah memupuk dan menyemai hal ini,” tukas Yudi.
Disertai Praktek
Selain materi berupa teori, jenis pembelajaran yang akan didapatkan para mahasiswa baru dalam agenda softskill adalah kegiatan praktik. Dalam kegiatan praktik, mahasiswa akan diberikan studi kasus, sesi diskusi, ataupun penugasan yang terkait dengan item-item materi yang telah dijabarkan. Termasuk, beberapa materi yang dapat dikembangkan dari teori yang sebelumnya telah diberikan.
Setyo mencontohkan, adanya praktik transformasi kehidupan kampus dan growth mindset sebagai bagian dari pengembangan teori Transformasi Kehidupan Kampus. Selain dua praktik tersebut, ada juga kegiatan berupa praktik mind mapping learn how to learn, pengembangan karier di era abad 21, manajemen waktu, pengambilan Keputusan, etika perilaku mahasiswa, peningkatan kesejahteraan mental mahasiswa, dan pengembangan Karakter Mahasiswa Berbasis Budaya Lokal.
“Semuanya adalah irisan dari materi kehidupan sehari-hari, dan pengembangan dari teori yang ada,” imbuh Kristiyono, Kabag Kemahasiswaan UNY.
Dua praktek lain yang tak kalah penting, ujar Prof. Sumaryanto selaku Wakil Rektor III UNY, adalah membangun organisasi mahasiswa yang berkarakter. Layaknya telah ia sampaikan dalam Majalah Pewara Dinamika dan dinukil pada edisi Oktober 2017, kampus memiliki kewajiban untuk menghantarkan putra-putrinya kepada pintu gerbang kesuksesan. Tentu hal tersebut harus dilakukan dengan menimbang talenta dan minat masing-masing mahasiswa.
“Dan ini jadi tantangan kita juga. Bagaimana UKM dan organisasi di UNY ini bisa profesional. Lihat kompetensinya, dan proporsional juga. Dipupuk sejak dalam agenda softskill,” ungkap Sumaryanto.
Mahasiswa baru yang nantinya terlibat aktif dalam organisasi dan UKM, biasanya disebut aktivis, disebut Sumaryanto harus belajar manajerial dan strategi komunikasi yang baik semasa ia mengikuti softskill dan menekuni minatnya tersebut. Dengan demikian, mahasiswa baru nantinya bisa menjembatani gagasan maupun kesibukan yang ada, guna menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan universitas.
Sumaryanto juga berharap, pembekalan dapat menjadi wadah bagi para mahasiswa yang secara linier menambah kapasitas diri lewat organisasi dan UKM. Kegiatan yang mereka lakoni nantinya harus berjalan beriringan dengan kewajiban mahasiswa untuk belajar dan menunaikan Tridharma Perguruan Tinggi.
“Intinya softskill hendak memastikan bahwa kegiatan organisasi dan UKM, jangan kontraproduktif. Gunakan kepintaran itu untuk prestasi. Asah terus talenta yang ada lewat pembinaan maksimal sesuai minat dan bakat anda,” pungkas Sumaryanto
PKKMB
Selepas pembelajaran praktek dalam rangkaian kegiatan softskill berakhir, Setyo menekankan bahwa praktik pendidikan karakter tak hanya berhenti disana. Ia berharap bahwa karakter tersebut akan dijalankan dalam kehidupan sehari-harinya. Termasuk kala menempuh pendidikan di UNY. PKKMB, dapat menjadi awal yang baik untuk memastikan hal tersebut.
“Apa yang didapatkan di PKKMB, diharapkan konstruktif sehingga dapat menjadi bekal untuk mendukung keberhasilan studinya di perguruan tinggi,” tutur Setya.
Sejalan dengan Surat Edaran Dirjen Belmawa No. 413/B/SE/VII/2018 tgl. 4 Juli 2018, PKKMB bertujuan untuk memperkenalkan dan mempersiapkan mahasiswa baru dalam proses transisi menjadi mahasiswa. Di dalamnya, Setya menekankan bahwa UNY akan mengisi dengan berbagai kegiatan yang terkait dengan penanaman wawasan kebangsaan/cinta tanah air/bela negara. Sekaligus mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik, kegiatan kemahasiswaan serta kebijakan kampus.
Ada tujuh tujuan khusus yang dituturkan Setya, menjadi bagian tak terpisahkan dari gelaran PKKMB. Diantaranya adalah: 1) Mengenalkan arti pentingnya kesadaran berbangsa, bernegara, cinta tanah air, lingkungan dan bermasyarakat; 2) Menanamkan komitmen terhadap 4 (empat) konsensus dasar hidup berbangsa dan bernegara (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945); 3) Mengenalkan sistem dan tata kelola perguruan tinggi, sistem serta kegiatan pembelajaran dan kemahasiswaan (kurikuler, ko kulikuler dan ekstrakurikuler);
4) Memberikan pendidikan karakter khususnya nilai integritas, moral, etika, kejujuran, kepedulian, tanggung jawab dan kedisiplinan dalam kehidupan di kampus dan masyarakat; 5) Mendorong mahasiswa untuk proaktif beradaptasi, membentuk jejaring, menjalin persahabatan dan kekeluargaan antar mahasiswa dan dosen serta tenaga kependidikan; 6) Memotivasi dan mendorong mahasiswa baru untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi; dan 7) Membentuk sikap dan perilaku yang dilandasi rasa cinta serta pengabdian kepada Bangsa dan Negara.
“Dengan demikian, hasil yang kami harapkan adalah mahasiswa paham dan kenal lingkungan barunya, sadar berbangsa bernegara dan cinta tanah air, memahami arti penting pendidikan dan karakter, dan terciptanya persahabatan serta kekeluargaan seluruh civitas,” tukas Setya.
Guna mewujudkan hal tersebut, Setya menuturkan bahwa kegiatan PKKMB secara umum akan terdiri dari pembinaan kesadaran bela negara. Ini dilakuakn sebagai bagian dari upaya membangun sistem pertahanan negara dan merupakan upaya yang strategis dalam rangka menumbuhkan sikap dan perilaku setiap warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut dalam menunaikan hak dan kewajibannya dalam upaya bela negara yang dilandasi cinta tanah air.
“Termasuk penekanan atas kehidupan berbangsa dan negara. Dari pembelajaran ini, ditekankan Pemahaman tentang Pancasila sebagai dasar negara atau ideologi negara, Bhineka Tunggal Ika, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bela Negara,” ungkap Setya.
Beberapa materi lain yang juga termaktub dalam PKKMB, diantaranya adalah pembinaan gerakan nasional revolusi mental berupa penekanan atas filosofi Indonesia melayani, bersih, tertib, mandiri, dan bersatu, menyiapkan perguruan tinggi di era revolusi industri 4.0, dan mengenalkan sistem pendidikan tinggi di Indonesia.
“Termasuk materi lain yang dipandang perlu sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan perguruan tinggi. Kiat sukses dan motivasi belajar misalnya, serta menggali prospek dan peluang kerja setelah lulus. Kita ajarkan sejak dini,” pungkas Setya.
No Responses