UNY telah memiliki 42 jenis layanan elektronik untuk melayani warga kampusnya. Fasilitas tersebut diharapkan bisa melayani kebutuhan civitas, sekaligus menjadi stimulus dalam mendorong karya berbasis teknologi digital
Mahasiswa boleh jadi kerap mengasosiakan Kebun Apel sebagai simbol serta momentum digitalisasi hadir di UNY. Wajar dianggap demikian, karena Kebun Apel yang kerap menjadi sebutan para sivitas UNY atas fasilitas yang ada dalam Digital Library UNY, sebenarnya merujuk pada wujud perpustakaan tersebut yang alih-alih menyediakan buku, justru sepenuhnya menggunakan buku digital yang bisa diakses dari 500 iMac dalam jaringan Digital Library.
Digital Library UNY
Arsitektur komputerisasi yang mengedepankan format digital untuk keseluruhan koleksi perbukuan UNY tersebut, kemudian populer sebagai Kebun Apel karena tersedia komputer bermerek Apple.
Namun disebutkan oleh Anwar Effendi selaku Kepala Humas Promosi Protokol UNY, gaung menyambut arus penggunaan teknologi telah dimulai jauh-jauh hari dengan penyediaan total 42 jenis layanan elektronik. Mulai dari E-Resources yang berisi database koleksi perpustakaan digital atau katalog konvensional, layanan hotspot dan email, borang akreditasi universitas, hingga aspirasi dan pengaduan online yang terintegrasi dengan Unit Layanan Terpadu.
“Termasuk Siakad UNY untuk lihat nilai, itu juga layanan digital. Totalnya telah diluncurkan 42 jenis layanan e-service. Mahasiswa, dosen, pegawai, alumni dan stake holder dapat memanfaatkan e-service ini sesuai dengan kebutuhannya. Termasuk untuk berkarya,” pesan Anwar guna menegaskan bahwa fasilitas layanan elektronik yang disediakan UNY dapat melayani kebutuhan civitas, sekaligus menjadi stimulus dalam mendorong karya berbasis teknologi digital.
Pembelajaran Online
Fasilitas-fasilitas yang telah disebutkan di atas, disebut Prof. Herman Dwi Sujono selaku Kaprodi S2 Teknologi Keguruan sebagai sarana online dalam melengkapi (komplemen) pembelajaran. Selain komplemen, ada juga sarana yang menurutnya bisa diaplikasikan sebagai tambahan (suplemen) fasilitas belajar mengajar. Sehingga makin mengintensifkan proses pendidikan dan transfer pengetahuan, yang selama ini masih berfokus di dalam kelas.
Fasilitas suplemen berbasis teknologi tersebut, salah satunya adalah Be-Smart UNY. Portal ini memungkinkan UNY melakukan pembelajaran berbasis blended learning, yang memadukan pelaksanaan pembelajaran berbasis daring dengan pembelajaran tatap muka. Dengan portal ini, ujian serta bimbingan skripsi juga bisa dilangsungkan paperless lewat administrasi jaruk jauh. Misalnya mahasiswa tinggal mengunggah file skripsi, lalu dosen menyetujui atau memintanya revisi di portal yang sama.
“Sangat memudahkan. Menggunakan teknologi tapi tetap dipadukan dengan kedekatan humanisme berbasis tatap muka, sehingga pendidikan karakter yang vital tetap tidak ditanggalkan,” ungkap Herman.
Beberapa fitur yang ada di Be-Smart secara garis besar, di antaranya adalah course catagories (kategori materi berdasarkan fakultas, jurusan, dan prodi), online users (tampilan user yang sedang aktif ), calendar (menampilkan kalender acara), pengingat waktu, UNY site (link-link yang berhubungan dengan UNY), web link, jurnal berlangganan, serta berita. Di dalam menu-menu materi tersebut pengguna bisa mengunduh materi, sehingga tidak harus selalu terhubung Be-Smart atau koneksi internet untuk memetik ilmu dari portal tersebut.
Mendorong Startup
Penggunaan fasilitas teknologi tersebut, kemudian juga diterapkan dosen dan peserta didik dalam karya. Pada event I3E Kemristekdikti yang digelar di Atrium City Mall, Weapon Robot V.1. tampil sebagai startup yang telah didanai dan dibina UNY.
Produk yang dibuat oleh Ponco Walipranoto, M.Pd., Rizki Edi Juwanto, M.Pd., Rio Nurtantyana, S.Pd. dan Widiasto, S.Pd ini, berbentuk tank yang dilengkapi senjata. Namun tank tersebut berukuran kecil dan tidak perlu dikendarai, karena dapat mengenali musuh dan menyerang secara otomatis melalui artificial intelligence
“Ini didanai oleh Ditjen Penguatan Inovasi Kemristekdikti. Kami diundang ke I3E sebagai inovator yang dibina,” lanjut Ponco.
UNY juga memiliki inkubator bisnis yang berdiri di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Di bawah badan ini, bisnis yang ditekuni oleh pengusaha pemula kemudian dibina, diberi modal, serta fasilitas untuk berkembang. Plaza UNY adalah salah satu bentuk fasilitas yang disediakan kampus.
“Tentu ke depan akan diperluas lagi scope dari fasilitas pengembangan. Sehingga bisa inklusif dan banyak mengentaskan bisnis,” ungkap Prof. Nahiyah Jaidi Faraz selaku Ketua Inkubator Bisnis LPPM UNY.
No Responses