Warta Revolusi Industri 4.0. seakan tak pernah lesap. Meski dimulai bukan dari kemarin sore, lecutan pengaruhnya terus terasa. Kini, digadang-gadang demi memenuhi dunia yang bergerak serba cepat dan serba dinamis, Revolusi Industri 4.0. dijadikan tameng hampir untuk urusan tiap lini, termasuk pendidikan. Terakhir kali, Kemristekdikti mengatasnamakan perubahan zaman sebagai acuan perombakan sistem seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Digunakannya komputer untuk keperluan ujian memang bukan kali pertama. Sejak 2015 Kemendikbud sudah mulai memberlakukan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara massal. Sekarang, Kemristekdikti mencontoh penyelenggaraan tersebut sebagai cara masuk PTN: Menggunakan komputer, dan meninggalkan kertas.
Ujian Tulis Berbasis Komputer alias UTBK yang mulai diselenggarakan tahun 2019 ini berbeda dari ujian masuk yang pernah ada di tahun-tahun sebelumnya. Selain cara ujiannya menggunakan komputer, para peserta juga bisa mengikuti UTBK hingga maksimal dua kali. Sistemnya mudah. Masuk ke dalam website khusus yang sudah disediakan, daftar, bayar, lalu ujian sesuai jadwal yang ditentukan. Jika belum yakin dengan nilai pada ujian pertama, peserta bisa mengambil ujian sekali lagi, kemudian nilai paling besar bisa digunakan untuk mendaftar ke PTN idaman. Benar, caranya kurang lebih sama dengan mendaftar SMA. Para peserta yang kini sudah bisa mengetahui besaran nilai UTBK bakal melombakan nilainya dengan nilai peserta-peserta lain demi meraih bangku kuliah impian lewat SBMPTN.
Namun, yang menjadi pertanyaan besar dari kontestasi nominal nilai calon mahasiswa versus passing grade universitas ini adalah apakah benar LTMPT, sebagai lembaga resmi terstandar yang mengurusi ujian masuk PTN, sudah siap?
Hampir dapat dipastikan website akan diserbu oleh banyak peminat ketika waktu pendaftaran tiba. Tentu LTMPT harus bersiap menyediakan layanan paling baik demi menyambut calon cendekia terbaik bangsa. Server haram down demi kelancaran proses merupakan hal mutlak. Sosialisasi cara baru ini juga wajib dilakukan supaya semua orang mendapatkan kesempatan sama untuk memintal mimpi mengenyam bangku kuliah. Layanan Konsumen juga harus siaga dalam memberikan uluran tangan bagi para peserta ujian. Panitia juga harus memastikan unit komputer yang tersedia bisa memfasilitasi seluruh peserta di seantero Indonesia.
Revolusi Industri atau tidak, agaknya penting disadari bahwa demografi Indonesia yang luas memerlukan pengawasan lebih dan peninjauan kontinu, guna memastikan betul bahwa UTBK bakal berjalan mulus. Tidak lucu jika misalnya nanti di tengah tes pada kawasan agak terpencil tiba-tiba listrik padam akibat kurangnya pasokan, atau komputer ngadat saat waktu ujian terus berlangsung. Ujian berbasis komputer juga menuntut penggunanya melek teknologi. Ini yang membuat sosialisasi jadi begitu krusial dan uji coba wajib dilaksanakan di berbagai tempat, tak cuma di kota-kota besar saja, apalagi bila hanya berpusat di Pulau Jawa.
Agaknya, memang harus menunggu 1 Maret nanti untuk melihat sejauh mana kesiapan pemerintah menalangi antusiasme anak negeri yang tengah berusaha meraih pendidikan setinggi-tingginya. Tabik.
No Responses