Vokasi Habis Kuliah Cakap Kerja
Rony K. Pratama
Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, punya pemikiran futuristik. Ia bukan pimpinan kampus yang sekadar mengurusi tumpukan kertas untuk diparaf. Sutrisna lantip membaca peluang praktis. Di tengah arus Revolusi Industri 4.0. dan Society 5.0. yang dipercakapkan publik internasional, Sutrisna mendarasnya sebagai strategi dan siasat guna mengembangkan perguruan tinggi. Salah satunya ia wacanakan sekolah vokasi pada visi-misinya.
Gap antara kuliah dan kerja sering dijadikan buah bibir sebagai masalah kontemporer di Indonesia. Nadiem Makarim, Mendikbud, menyuarakan hal serupa. Ia pernah mengatakan di depan forum akademik kalau melansir data lulusan yang bekerja sesuai bidangnya hampir sedikit. Kebanyakan bekarier di luar bidang studinya. Bahkan terdapat anekdot kalau dunia kerja hanya memerlukan keterampilan khusus. Sedang kecakapan itu sekadar perlu dilatih barang sepuluh hari pelatihan. Ini masalah serius yang perlu dicarikan solusi cerdas.
“Sekolah vokasi diorientasikan agar lulusan siap dan terampil ditempatkan di dunia kerja. Memang diarahkan supaya keterampilan praktis lulusan bermanfaat bagi tempat mengabdi,” jelas Sutrisna. Konsep Sutrisna mengenai sekolah vokasi diharapkan setarikan napas dengan kerangka kerja Mendikbud. Apalagi, menurut Sutrisna, dipilihnya Nadiem menyiratkan pemerintah serius memerbaiki kesiapan kerja para lulusan. “Selama ini kan antara linkdan match masih belum terimplementasikan dengan baik,” jelasnya.
UNY sendiri telah mempunyai program studi diploma. Sutrisna hendak memperluas ranah jangkauan ke wilayah yang sekarang strategis dicari jamak orang. Sebagai contoh, Sutrisna melihat peluang Teknik Informatika, Akuntansi, Tata Busana, Tata Boga, Bisnis Digital, Bisnis Kreatif, Logistik Perdagangan Internasional, dan Pengelolaan Usaha Rekreasi sebagai program vokasi yang legit. Selain popularitasnya diminati dunia industri, semua hal itu memang meniscayakan keterampilan praktis sebagai modal kecakapan.
Terlebih soal jurnalistik yang kini makin menjamur media daring. Sutrisna berharap pengajar selain dari dosen, juga praktisi di bidang jurnalistik sendiri. Antara dosen pengampu yang menguasai materi akademik dan keterampilan praktis yang dimiliki jurnalis diharapkan mampu menambah wawasan lulusan. Sinergi tersebut digadang-gadang Sutrisna terwujud. Ia juga merencanakan bekerja sama dengan instansi bersangkutan. Di sini letak linkdan match dapat berjalin-kelindan.
No Responses