Wawancara Khusus BASIKIN, PhD.
28 Seminar untuk Kontribusi Keilmuan UNY
Kelahiran: Kebumen, 19 Juni 1972 ∫ Pendidikan: S1 Pendidikan Bahasa Inggris UNY (1998) ∫ Experimental Phonetics Leiden University, (M.Phil, 2001) ∫ Teacher Professional Development Monash University (M.Ed, 2008) ∫ English Teacher Professional Development dari Monash University (Ph.D, 2016) ∫ Karir: Associate Lecturer, La Trobe University (2007) ∫ Dosen Universitas Negeri Yogyakarta (1999-sekarang) ∫ Tim Perintis Indeks Sinta Kemristekdikti (2015) ∫ Sekretaris Eksekutif UNY (2017-sekarang)
Konferensi dan seminar internasional telah datang silih berganti di UNY. Hingga akhir tahun nanti, total 28 seminar dihelat UNY dalam setahun. Pada ruang seminar, civitas UNY akan mendiskusikan hasil pemikiran dalam paper-papernya. Mencetak prestasi lewat kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Kepada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Basikin kemudian berkisah bagaimana alasan dibalik digelarnya 28 seminar yang dihelat UNY tahun ini. Serta bagaimana potensi dan tantangan dalam helatan konferensi internasional di UNY maupun yang diikuti dosen-dosen UNY di penjuru belahan dunia, dalam kacamatanya sebagai Anggota Tim Asistensi Jurnal Ilmiah dan Tim Asistensi Konferensi Internasional Internasional Terindeks Scopus, dapat dimitigasi sebaik-baiknya untuk menghasilkan prestasi bagi almamater ini. Termasuk terus mendorong, agar UNY bisa merangsek dalam pemeringkatan QS.
Apa yang mendasari digelarnya 28 seminar tersebut?
Sebelumnya memang pembentukan seminar ini terkait erat dengan capaian yang hendak dicapai UNY. Misi kita jelas, akhir tahun (2017) atau awal tahun depan (2018), kita punya 400 artikel jurnal Scopus agar bisa masuk dalam pemeringkatan QS. 2025, target kita peringkat 500 QS.
Sejauh ini, kita ada dalam track tersebut. Target tercapai, walaupun saya tidak hapal betul data detilnya. Memastikan pemikiran civitas UNY bisa berkontribusi lebih luas dalam bentuk tulisan, sekaligus mendongkrak pemeringkatan UNY. Sejauh ini, UNY akan menggelar total 28 seminar untuk tahun 2018. 15 seminar diselenggarakan oleh Rektorat dimana UNY menjadi tim penyelenggara, melalui pemberian stimulan dan hibah kompetitif. Sedangkan 14 seminar lainnya, dilakukan secara
Sehingga salah satu tujuan utama dari penyelenggaraan seminar internasional, adalah untuk meningkatkan jumlah artikel yang ditulis oleh dosen UNY. Demi dihasilkannya kebermanfaatan dan sumbangan pemikiran yang lebih luas bagi bangsa.
Lalu kaitannya dengan pemeringkatan QS?
Gelaran seminar dan mendorong dosen untuk aktif menulis, juga memang tak bisa dilepaskan dari aspek penilaian QS Rank. Salah satu indikatornya adalah citation per faculty. Artinya, jumlah jurnal artikel/prosiding yang berepurtasi internasional dan terindeks Scopus, akan menjadi tumpuannya dalam menilai. Termasuk kemudian, jumlah citation atau kutipan dari artikel-artikel yang dihasilkan oleh dosen-dosen UNY.
Perlu digarisbawahi, QS sebenarnya hanya salah satu lembaga pemeringkatan. QS menghitung hasil indeksScopus. Ada banyak lembaga indeks lainnya, dengan pemeringkatan universitas berbasis pada citation per faculty yang beragam pula. Seiring dengan artikel dan sitasi yang didaftarkan di lembaga pengindeksan tersebut. Jadi pada dasarnya, ada banyak jalan menuju Roma untuk menyebarkan keilmuan kita.
Akan tetapi, pemeringkatan secara umum di Indonesia dan dunia riset global pada umumnya, cenderung pada QS. Dan peringkat QS, menghitung hasil pengindeksan Scopus. Sehingga disitulah saat ini fokus kita. Menyebarkan keilmuan dan mengejar impact factor yang besar, agar tentu manfaatnya lebih besar pula.
Bagaimana kemudian proses gelaran konferensi?
Satu tahun sebelumnya, kita harus sudah identifikasi seminar-seminar internasional apa yang akan diselenggarakan di tahun berikutnya. Sejak 2017 misal, kita sudah petakan untuk tahun 2018. Setelah itu kita rapat-rapat persiapan. Mulai dari penentuan tema, cari keynote dan plenary speaker.
Pembicara yang diundang bisa saja dari sosok yang telah kita kenal, sosok yang pernah hadir sebagai pembicara atau peserta di konferensi yang UNY gelar, ataupun dari kampus-kampus luar negeri yang telah menjalin kerjasama dengan UNY. Ataupun, kita bisa cari dari pemeringkatan internasional yang tersedia secara online. Speaker dan scholar yang punya repurtasi internasional, mereka yang artikelnya substantif dan banyak disitasi, atau aktif dan banyak berperan di bidang keilmuan, pasti namanya muncul di peringkat atas. Kita kemudian akan asistensi untuk hubungan dengan para pembicara dan perumusan kontrak dan akomodasinya.
Lalu, bagaimana proses konferensi mempublikasikan artikel jurnal?
Kita kontrak penerbit. Biayanya bervariasi, dan itu nanti kita beritahukan kepada peserta. Pada umumnya tidak begitu sulit karena animo masyarakat umum maupun civitas UNY untuk mengikutsertakan karyanya dalam jurnal terindeks cukup tinggi.
Kontrak penerbit, kalau di Indonesia yang cukup favorit dan kita sering kerjasama, adalah CRC Press Balkema. Kontrak yang kita lakukan adalah per proceeding, per terbitan volume. Semisal kita membayar 600 USD untuk penerbitan satu volume jurnal berisi 500 halaman. Nanti kita akan minta peserta konferensi untuk membuat tulisan sekitar 4-6 halaman, supaya bisa 100 paper termuat. Memang kecil secara kuantitas, karena proceeding sendiri pada dasarnya hanya rangkuman poin pemikiran saja, bukan keseluruhan. Dan dalam menulis itu kita tak sekedar beri arahan harus sekian halaman atau memberikan juknis semata. Tapi juga kita beri arahan dalam pembuatan dengan mekanisme Coaching Clinic.
Apa itu Coaching Clinic?
Sederhananya ya, pelatihan menulis artikel jurnal. Sifatnya tidak wajib dan bukan sebagai komponen penilaian. Tapi kalau bisa, utamanya civitas UNY yang mengikuti konferensi tersebut, diusahakan ikutlah. Karena dalam pelatihan tentu ada ilmu yang dibagikan, dan sangat bermanfaat untuk memastikan artikel yang kita usulkan tidak sampai ditolak penerbit atau reviewer.
Dalam tataran teknis, Coaching Clinic berperan untuk menyelaraskan tulisan yang sedang dibuat para peserta konferensi dengan format dan template yang dimiliki para publisher dan diakui secara internasional. Masing-masing publisher biasanya punya gaya selingkung dan syaratnya masing-masing. Misal, ada yang mewajibkan judul maksimal 15 kata. Tidak lucu kan kalau kita mengirim artikel yang judulnya 25 kata, lalu di quick refusal (penolakan langsung).
Selain itu, syarat panjang tulisan 4-6 halaman itu juga harus dipatuhi. Panjang tulisan itukan sekedar cara penyampaian kita saja. Substansi yang sangat padat pada dasarnya bisa disampaikan sesingkat dan sekomprehensif mungkin. Dan kepatuhan kita juga penting untuk membantu para reviewer artikel jurnal internasional, yang kebanyakan cukup terpandang secara akademis dan sangat sibuk. Kalau banyak kesalahan, selain kita juga malu, revisian juga susah kan?
Itulah mengapa sebelum kita kirim ke penerbit, ada internal review. Para guru besar maupun doktor-doktor UNY mengoreksi artikel yang masuk. Lalu, external review. Rekan sejawat keilmuan dari kampus lain, mengoreksi kembali artikel yang masuk. Baru setelah itu reviewer yang sebenarnya. Supaya mereka yang orang-orang besar itu fokus critical review argumen saja. Jangan review salah format penulisan.
Lalu, apa keunggulan UNY menggelar seminar sendiri? Kenapa tidak mengirimkan para civitas ikut seminar di luar negeri?
Kembali ke tujuan untuk mendorong dosen kita menulis. Kalau mengirim keluar, kita tidak punya flesibiltas dari biaya dan waktu. Katakanlah misal, kita punya target mencetak 100 artikel jurnal terindeks Scopus. Maka kita harus mengirimkan 100 dosen itu ke luar negeri, lengkap dengan mengurus segala perizinan, tiket pesawat, akomodasi, biaya seminar, dan lain-lain.
Kita memang belum tahu secara spesifik angkanya. Akan tetapi, secara kasar biaya pengiriman itu angka yang relatif besar. Terlebih jadwal dan deadline nya tidak fleksibel. Jika kita menggelar seminar sendiri, kita bisa siasati waktu-waktu dimana dosen memiliki waktu senggang. Seminar ICERI dan beberapa seminar lain misalnya, digelar September-Oktober. Itu karena dosen sudah menggunakan waktu liburan kuliah, untuk menulis. Sehingga di awal tahun ajaran bisa langsung menseminarkan artikelnya.
Kalau kita seminar di luar negeri, mau tidak mau kita ikut jadwal mereka terus. Disamping faktor tadi, bahwa kita harus membayar fee yang tidak sedikit. Disamping, seminar internasional juga harus bisa digelar oleh UNY. Ini meningkatkan kualitas sekaligus repurtasi sebagai lembaga akademik.
Yang terakhir, bagaimana harapan bapak untuk penyelenggaran konferensi internasional selanjutnya yang digelar UNY?
Civitas UNY harus lebih intens terlibat, itu poin pertama dan yang utama. Dalam setiap konferensi yang kita gelar, ada proporsi artikel yang kita alokasikan seoptimal mung- kin untuk civitas UNY. Misal Asia TEFL yang kemarin digelar di UNY, dari 100-200 artikel yang akan kita scopuskan, 80-nya di- usahakanlah dari UNY.
Harapan kami tentu agar bapak ibu dosen mempunyai publikasi yang berkualitas dan terindeks oleh lembaga pengindeks internasional. Dengan itu UNY bisa meningkatkan impact factor, tidak hanya berkontribusi lokal tapi internasional. Imbasnya kita berharap reputasi UNY akan naik dan rangking lebih bagus. Tapi ranking bukan semata tujuan kita. Peringkat naik, jika kualitas kita naik. Peringkat adalah representasi dari kualitas yang hendak senantiasa dikembangkan kampus ini, untuk menjadi World Class University
Jadi, rajinlah menulis dan membaca bahan. Dan selalu hati-hati atas plagiasi. Terkadang kita tidak sadar melakukan auto-plagiasi, menuliskan kembali ide kita yang sebenarnya sudah pernah terselip atau tertulis sebagian di artikel lain. Jadi kreatifitas dan ketajaman pemikiran kita benar-benar diuji dalam hal itu.
Related Posts
Guru Itu Tugas Mulia, Penyalur dan Investasi Peradaban
Tilik Rancangan Dasar Hukum PTNBH UNY
Ir. Drajat Ruswandono, MT. (Sekretaris Daerah Gunungkidul) Pemkab Gunungkidul Dukung Penuh Kampus UNY!
Prof. Dr. Lantip Diat Prasojo, M.Pd. – Majukan UNY dengan Kecepatan Cahaya
GKR Hemas – Anugerah yang Sangat Layak
No Responses